Bab 14

511 57 7
                                    

Happy reading para pembaca setia aku🥺🧡
-
-
-
-
-


Tidak seperti biasanya, pagi ini Raline sangat rajin sekali berbeda dengan biasanya yang hanya rebahan di kasur atau sofa. Han yang melihat hal itu agak sedikit terkejut. Han berjalan menuju meja makan dan sudah ada makanan yang tersaji walaupun hanya sekedar roti beserta susu. Tapi tidak mengapa, daripada tidak sama sekali. Padahal biasanya Han yang bangun terlebih dahulu tetapi pagi ini berbeda.

"Kamu sudah sarapan?" Tanya Han sambil memperhatikan Raline yang tengah menyapu.

"Belum," jawab Raline yang tengah fokus menyapu kolong meja.

"Mau makan bareng? Saya tidak selera makan sendiri," tawar Han kepada istrinya.

"Sebentar ya. Dikit lagi siap," ucap Raline dengan lembut padahal biasanya ia sangat ketus.

Han semakin bertanya-tanya dalam hatinya, tetapi ada baiknya juga jika Raline tidak marah-marah seperti biasanya.

Setelah selesai Raline menghampiri Han untuk sarapan bersama, Raline menyiapkan roti untuk Han santap. Dalam hati, Han tersenyum senang karena sebenarnya Raline adalah sosok perempuan yang baik. Hanya saja mungkin dahulu ia belum bisa menerima kenyataan.

"Kenapa melamun?" Tanya Raline.

"Eh gak papa."

Han ingin bertanya tetapi malah takut merusak, jadi ia berusaha untuk diam saja dan bersyukur.

"Nanti sore mau jalan-jalan?" Tawar Han.

"Kemana?"

"Kemana aja, daripada di rumah terus."

"Boleh deh. Sekalian mau belanja bulanan udah pada abis," setuju Raline.

Siapa yang tidak bahagia melihat orang yang di sayang selama ini akhirnya luluh juga. Begitulah yang Han rasakan, tiada henti ia mengucap syukur.

Disisi lain Raline terdiam memikirkan sesuatu hal.

Flashback

"Bun, Raline mau tanya lah," ucap Raline kepada sang bunda yang sedang melipat pakaian.

"Tanya apa?"

"Eumm, itu. Pak jin gak punya orang tua atau gimana? Kok waktu kami nikah gak ada keliatan dan sampe selama ini kami berumahtangga."

Raline sudah sangat penasaran dari awal namun belum ada waktu yang pas. Dan sekarang lah waktu yang tepat.

"Jadi gini. Han itu kan mualaf, sedangkan orang tuanya masih menganut agama Budha, bahkan kakaknya sendiri atheis," jelas Vina.

Raline yang mendengar fakta tersebut terkejut bukan main.

Vina melanjutkan ucapannya. "Jadi kamu harus jadi istri yang baik buat dia. Dia gak punya lagi temen cerita selain kamu, istrinya. Di Korea sendiri laki-laki seumuran Han belum mau nikah karena masih terlalu muda. Tapi dia berani menikahi kamu, padahal dia aktor. Dia juga gak takut karirnya hancur."

"Jadi orang tuanya juga gak tau kalau dia udah nikah, Bun?" Tanya Raline lagi.

Bundanya menggeleng.

Sekarang Raline tahu mengapa bundanya itu sangat sayang terhadap Han. Apalagi bundanya tidak memiliki anak laki-laki.

Dari situlah mengapa sikap Raline perlahan berubah walaupun belum seutuhnya. Raline mencoba untuk menerima takdirnya selama ini, toh selama ini ia sudah cukup puas dengan masa mudanya. Lulus kuliah, bekerja, bahkan sampai punya usaha sendiri. Toko kosmetik nya untuk sementara ini ia serahkan kepada sang bunda, ia hanya sesekali saja mampir kesana untuk mengecek hasil penjualan.

Imamku Seorang Aktor? [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang