🌚EMPAT🌝

35.1K 3.6K 130
                                    

Astaga bagaimana ini. Aku tidak bisa memejamkan mata setelah mendapat senyum mematikan dari Agarish si pria kelainan.

Mati aja kau Tania, bisa-bisanya kau baper ketika dikasih senyum.

Murahan sekali!.

Malam semakin larut tapi mataku tetap tidak bisa diajak kompromi. Jantungku masih deg-degan.

Gila gila gila...

Aku berkali-kali memukulkan kepala pada bantal yang aku pegang.

Tidak bisa, aku harus mencari udara segar biar bisa cepat mengantuk.

Aku mengambil jaket lalu keluar dari dalam kamar. Tujuanku sekarang adalah taman belakang rumah. Sepertinya menghirup udara menjelang pagi ini lumayan juga.

Aku duduk dikursi taman sambil memejamkan mata. Menikmati hembusan angin yang menyapu wajah juga rambutku.

Ahh nikmat sekali

"Kenapa tidak tidur?" Suara berat itu membuatku membuka mata.

"Karena belum ngantuk" ucapku sekilas. Kemudian kembali memejamkan mata.

Bisa aku dengar Agarish berdecak pelan. Dia ikut duduk disampingku.

"Kembali ke kamar sana!. Sebentar lagi pagi akan datang"

"Ck, mengapa kamu menyebalkan sekali sih. Mau aku tidak tidur sekalipun itu juga bukan urusanmu" ketusku.

Enak sekali dia datang-datang mengusik waktu tenangku.

"Urusanku. Jangan lupakan aku ini suami kamu"

Aku menghembuskan napas kasar. Kubuka mataku lalu menatap tajam kearahnya.

"Suami hanya sebatas status saja. Nyatanya kamu tidak pernah menjadi suami sungguhan bagiku"

"Apa maksudmu" ucapannya datar, sedatar wajahnya saat ini.

Menyebalkan.

"Anda pikir sendiri saja tuan" aku bangkit dari dudukku lalu menjauh dari area taman. "Ah yah, aku ingatkan sekali lagi. Aku juga bisa mencari laki-laki lain untuk memenuhi keinginan biologisku"

"Yasmin!"

Aku berbalik lalu mengacungkan jari tengah. Wajahnya menjadi merah padam.

Bodo amat. Siapa suruh dia menggatal pada sekretaris sialan itu.

Saking kesalnya aku menendang batu berukuran bola kasti dan

Aduhhhh

Aku menjerit saking sakitnya.

Sialan! kuku kaki aku lepas , mana darahnya langsung mengucur lagi.

Aku buru-buru masuk ke dalam rumah, mencari P3K. Kaki ku benar-benar sakit saat ini.

Tak sempat lagi duduk di sopa, aku mendaratkan pantat dilantai. Mengusap darah yang masih saja keluar. Bahkan air mataku kini ikutan mengalir saking sakitnya.

"Sialan!" umpatku.

"Bodoh" sebuah tangan merampas kapas yang aku pegang dengan kasar.

Pelakunya adalah Agarish. Dia mengambil alih untuk mengobati luka di jariku.

"Makanya gak usah sok jagoan!. Batu pake ditendang segala, dikira bola apa?" dia terus-terusan mengomel sepanjang mengobati kaki ku.

"Aku mana tau kalau itu tadi batu" ucapku sambil terisak.

"Makanya kalau punya mata itu dipake, jangan cuman jadi pajangan aja"

"Pelan-pelan sakit tau" rengekku.

SEHANGAT KOPI SUSU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang