CINTA PAK JARWO
BAB 9: WALI KELASSenandung riang bergema di ruang makan. Jarwo menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya. "Ini untuk Zahra, ini untuk Yudha," ucapnya sembari menaruh susu hangat di hadapan kedua orang itu.
"Coklat untuk Zahra, keju coklat untuk Yudha," sambung Jarwo sambil meletakkan roti dengan isian sesuai selera dari Zahra dan Yudha.
Yudha dan Zahra saling menatap, mereka bingung dengan sikap yang ditunjukkan Jarwo.
Yudha menaikkan alisnya pada Zahra, tapi Zahra hanya menggeleng. Ia memberikan kode kepada Zahra agar mencari tahu.
"Eyang kenapa? Kok hepi banget kayaknya?" tanya Zahra mulai mencari tahu.
"Pagi yang cerah ya?" ucap Jarwo sembari menyeruput kopi hitamnya.
Zahra lalu menatap Yudha, mereka lalu melempar pandangannya ke luar jendela. Sepagi ini Bogor sudah mulai kuyup karena gerimis sejak subuh tadi.
"Bapak sehat, Pak?" tanya Yudha, memastikan.
"Sehat dong! Makin sehat malah Bapakmu ini!"
"Ada apa sih, Pak?" alis Yudha semakin tegas menyatu.
"Zahra, kamu hari ini pulang cepat kan?" tanya Jarwo.
"Iya, Yang. Soalnya hari ini cuma pengumuman wali kelas dan pemilihan ekskul."
"Oh, ya, ya," Jarwo mengangguk, "Kamu berangkat bareng Om Yudha ya."
"Eh/Hah?" ucap Zahra dan Yudha serempak.
"Kenapa, Yang? Kok Eyang nggak anter aku ke sekolah?"
"Hari ini, hari pertama aku di kantor Bogor loh, Pak." tegas Yudha.
"Iya, Bapak tahu. Makanya Bapak yang siapin sarapan pagi ini." ucap Jarwo.
"Memang kenapa sih, Pak? Lagian sekarang gerimis loh, Pak. Nanti Zahra kehujanan gimana?"
"Ini, Bapak sudah siapkan jas hujan Zahra, toh cuma gerimis." ucap Jarwo.
"Kenapa aku nggak pake mobil Bapak aja? Toh, Bapak nggak kemana-mana kan?"
"Weis, jangan! Bapak mau keluar, nanti baju bapak basah, nggak keren nanti!"
"Emang eyang mau kemana?" tanya Zahra, nimbrung.
"Eyang mau beli bunga sama kue, mau ketemu sama masa depan Eyang."
"Masa depan Eyang?" Zahra semakin bingung.
"Bapak kenapa sih, Pak?" Yudha semakin heran.
"Yowis, kalian berangkat sana! Jangan banyak tanya, nanti juga tahu! Hayo, cepetan, nanti hujannya makin deres." usir Jarwo pada anak dan cucunya.
"Ck," Yudha berdecak keberatan, "Ayo, Ra. Nanti telat." ajak Yudha pada Zahra. Mereka pun pergi bersama.
*****************************************
Yudha dan Zahra tiba di sekolah PBB. Ia membuka kaca helm full facenya, "Nanti kamu dijemput eyang kan?"
"Iya, Yuyud." jawab Zahra.
"Ya, udah masuk sana, nanti keburu deres hujannya." ucap Yudha.
Zahra pun mencium tangan Yudha, "Dadah..."
"Dah....," ucap Yudha sambil membalas lambaian tangan Zahra. Ia pun bergegas menyalakan motornya, baru beberapa meter meninggalkan sekolahan, tetiba ia menginjak remnya saat sebuah motor secara sembrono belok ke arahnya.
#Buk, suara dari tubuh pengendara motor itu beradu dengan orang yang duduk di belakangnya.
"ISH, CUMI!" Radea memukul bahu Gibran. "Sakit tau idungnya nih!" ucap Radea sembari memegang hidungnya yang menubruk helm Gibran.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA PAK JARWO
RandomSesuatu di masa kini mendatangkan masa lalu di hati Jarwo yang membuatnya merencanakan sesuatu. Takdir memang tak pernah ada yang tahu...