BAB 10: MIE KOCOK MAWAR

8 0 0
                                    

CINTA PAK JARWO
BAB 10: MIE KOCOK MAWAR

Berbeda dengan pagi hari yang diguyur gerimis, sore ini Kota Bogor hanya berawan mendung diiringi dentuman petir yang saling menyahut tanpa ada air yang berlarian membasahi kota yang berjuluk Kota Hujan itu.

Gibran dan Radea berencana untuk mentraktir guru-guru di sekolah dengan membelikan camilan untuk dibagikan besok karena berhasil memenangkan lomba mencari bendera saat kegiatan berkemah.

"Cepetan, nanti keburu hujan!" cecar Radea pada Gibran.

"Sabar, dong. Aku kan cek jas hujan buat kamu dulu, udah aku masukin ke bagasi motor lagi apa belum, takut beneran hujan." jelas Gibran.

"Emang ada hujan yang bohongan?" balas Radea.

"Nggak ada lah, buat kamu nggak ada yang bohongan, sayang aku juga beneran kok ke kamu!"

"Cepet ist, gaje! Katanya mau makan mie kocok!" Radea menarik jaket Gibran.

"Pantes ngajak buru-buru! Cepet naik! Pegangan, nanti kayak tadi pagi lagi nih!" ucap Gibran pada Radea. Mereka pun tancap gas untuk berburu camilan.

*****************************************

Senja di Kota Bogor kini berubah menjadi romantis, saat langit mendung berubah menjadi langit berwarna jingga kemerahan. Rupanya semesta mendukung perjalanan Radea dan Gibran.

"Belanjaannya simpan di motor aja ya? Nggak usah aku bawa?" tanya Gibran pada Radea saat mereka melipir ke tempat makan mie kocok di Jalan Mawar. "Ih, aku dicuekin!" ucap Gibran saat Radea tak menggubrisnya. "Tuh, dia mah kalau udah ketemu mie kocok suka lupa diri, lupa daratan, lupain aja aku!" rengek Gibran.

"Ibu.... Mie kocoknya 2 ya!" ucap Radea saat memesan mie kocok.

"Heh, kamu nggak denger aku manggilin kamu?" tanya Gibran.

"Nggak."

"Udah gitu doang? Nggak minta maaf gitu? Nggak bilang makasih aku udah temenin dan ajak kamu ke sini?"

Radea menatap ke arah Gibran dan memberikan senyuman yang manis, "Makasiiiihhhhhh," ucapnya membuat Gibran girang bukan kepalang, "Makasihhhh, udah antar mie kocoknya, Bu." ucapnya pada penjual mie kocok yang berada di belakang Gibran untuk mengantarkan pesanan mereka.

"Hah~," Gibran hanya bisa menghela napas. "Kirain," Gibran menekuk wajahnya.

"Pesen minum sana, biasa ya, jeruk anget." ucap Radea.

"Baik, Nyonya." ucap Gibran sambil bangun dari duduknya.

Melihat Gibran yang fokus pada pesanan minumannya membuat sesuatu muncul di benak Radea. Ia mengambil dua sendok sambal dan memasukkannya ke mangkuk milik Gibran dan ditutupinya kembali dengan mie agar tidak terlihat.

"Nih, minumannya." ucap Gibran sambil menyodorkan jeruk hangat pesanan Radea.

"Maaciiiihhhh," ucap Radea. "Makannya pake sambal dong!" ucap Radea saat Gibran hendak mengaduk mie kocok miliknya.

"Kamu kan tahu kalau aku nggak kuat makan pedes." ucap Gibran.

"Sekaliiiii aja, sesendok aja deh, gua pengen liat lo makan pake sambal, Gib."

"Ih, nggak asik ah gua elo!" balas Gibran.

"Iya, iya. Aku pengen liat kamu makan pakai sambal ya, biasanya kan cowok suka pedes, Gib. Ya, keles lo nggak kuat cuma sesendok doang."

"Yah, udah bagus aku kamu, endingnya nggak enak ah, males."

"Iihhhhh, ayooooooo pakai sambal ya, pleaseeeeèeee."

CINTA PAK JARWOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang