8. CINTA PAK JARWO
BAB 8: Ketakutan#tok tok tok
Jarwo mengetuk pintu kamar anaknya, Yudha. Tapi, tak mendengar balasan dari dalam kamar itu. Ia lalu membuka pintu kamar dan melihat seorang pria tengah tertidur.#buk #pakkkkk
Jarwo melempar bantal dan memukul bahu Yudha dan membuatnya terbangun."Lusa, kamu sudah mulai kerja di Bogor toh?" tanya Jarwo.
"Hmmmm."
"Bangun! Bapak lagi ngomong juga!" Jarwo lalu mencabut bulu halus di kaki Yudha.
"Awwwww~" Yudha membenarkan posisinya sambil menggosok matanya. "Kenapa sih, Pak?"
"Ini, Bapak kepikiran si Zahra! Takut dia kenapa-kenapa. Kan baru pertama kali dia ikut kemah dan tidur di luar rumah."
"Biarin aja, Pak. Biar cepet gede." jawab Yudha.
"Jangan, nanti dia nggak nemenin Bapak lagi. Bapak belum mau dia tumbuh cepat-cepat. Hayo, cepet susul dia sana! Tapi, jangan sampai ketahuan ya. Takut Zahra merasa terbatasi." pinta Jarwo pada Yudha.
"Ya, makanya nggak usah ke sana akunya, Pak."
"Ehhh, kamu ini kalau dimintai tolong. Cepet toh, Yud!" menarik tangan Yudha.
"Iya, iya!" Yudha pun bangun bergegas menyusul ke lokasi kemah Zahra.
************************************
Sepasang mata memerhatikan kegiatan anak-anak dari kejauhan. Sambil menguap ia lalu memperbaiki masker dan topi yang dikenakannya. Ia mengedarkan pandangannya ke arah sisi kanan dan melihat wanita yang tak asing baginya."Aduh! Anak Ibu!" bisik Radea yang tengah memerhatikan anaknya dari kejauhan dan terkejut saat melihat salah satu murid terjatuh.
Gibran menghampiri Radea, menepuk bahu Radea dan berdiri di sampingnya. "Anak Ibu?" tanya Gibran, "Anak kita mana?"
"Dalem perut!" balas Radea singkat.
"PERUT KAMU?!" tanya Gibran meledek.
"Perut lo lah. Nih, banyak cacingnya!" ucap Radea sambil memukul perut Gibran.
"Aduh." ucap Gibran. "Aku ke toilet dulu ya bentar."
"Mau ngapain lo?"
"Mules. Kamu sih pukul-pukul aku segala!"
"Ish! Cepetan kan mau cari bendera juga!"
"Iya, bebebbbbb." Gibran pun pergi meninggalkan Radea.
Sepasang mata yang sama masih memerhatikan mereka. Kali ini, ia berusaha untuk menghampiri Radea, memastikan bahwa ia benar mengenalnya. Ia berjalan dari arah belakang Radea.
#krekk
Pria itu menginjak ranting kering dan membuat Radea ketakutan.
"Hh~! Gibran, itu lo kan?" tanya Radea tanpa menoleh ke belakang. "Gib?" pikirannya mulai memutar pada kejadian saat ia digigit ular. "Gib?" Radea menutup wajahnya dengan tangannya saat ia mendengar suara gesekan rumput semakin kencang. "GIBRANNNN!!" Radea memutar tubuhnya dan refleks memeluk pria yang ada di belakangnya. "Gibran ayo pergiiiiii!!!!!!!" ia mencengkram pinggang pria itu.
Pria itu terkejut saat tiba-tiba Radea memutar tubuhnya dan langsung memeluknya. Tangannya terangkat setengah di udara. Saat Radea semakin kencang mencengkramnya, perlahan tangan pria tersebut secara refleks turun berusaha untuk mengusap bahu Radea, tiba-tiba...
"De?" suara Gibran muncul dari balik tubuh pria itu.
Radea yang masih memeluk pria itu mulai mengernyitkan keningnya, ia lalu mengangkat wajahnya untuk memastikan siapa yang tengah dipeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA PAK JARWO
AcakSesuatu di masa kini mendatangkan masa lalu di hati Jarwo yang membuatnya merencanakan sesuatu. Takdir memang tak pernah ada yang tahu...