BAB 5: LESU

8 0 0
                                    

Jarwo yang sudah hampir sepekan ini melihat wajah murung Zahra menjadi ikut tak bersemangat. Bagaimana tidak? Zahra adalah cucu semata wayangnya. Selain itu, ada alasan lain yang sebenarnya menjadi alasan kesedihannya.

Rencananya untuk antar jemput Zahra jika diterima di Sekolah PPB supaya dapat bertemu dengan Radea menjadi gagal. Bahkan ia sudah berencana untuk mencari tahu alamat Radea. Ia ingin membuktikan sesuatu yang menjadi dugaannya selama beberapa waktu ini.

Padahal untuk mengatur rencana yang demikian itu sudah sangat menyita waktunya. Meski baru beberapa kali bertemu dengan Radea, namun apapun yang berhubungan dengannya, selalu menyita waktunya, karena di sana ia mencari apa yang telah lama pergi dan menghilang dari hidupnya. Tentang cinta dan luka. Tentang tawa dan duka. Sepotong kisah yang sempat terajut, namun terputus karena takdir yang tak berpihak. Kali ini Jarwo memutuskan untuk menciptakan takdir yang baru, dengan Radea tentunya.

************************************
Seperti ada yang hilang dalam hidupnya. Radea setengah hati menjalankan tugasnya selaku penanggungjawab kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) bagi peserta didik baru. Meski berusaha untuk memberikan yang terbaik, bahkan Pak Rekso pun menilai dengan baik kegiatan MPLS yang dilaksanakannya, tapi Radea merasa masih ada yang kurang. Entah hilang di mana semangat 45 yang Radea miliki.

Dikenal sebagai sosok yang lincah dan energik membuat teman-temannya menjadi heran saat melihat Radea sedikit pemurung. Beberapa cara pun dilakukan oleh teman-temannya untuk menghibur Radea. Seperti dengan memutarkan lagu-lagu k-pop kesukaan Radea yang diselipkan di sela-sela kegiatan MPLS. Tapi, tetap saja tak memberikan perubahan yang berarti.

Meski wajah Radea terlihat sumringah di depan seluruh peserta didik baru, namun saat ia sendiri, semuanya berubah menjadi kaku dan bisu. Tak ada kicauan Radea seperti biasanya.

"De, lo kenapa sih? Gue denger dari bokap kalau lo kepengen banget anak itu diterima ya?" tanya Gibran yang berusaha menghibur Radea saat istirahat setelah kegiatan senam pagi dilakukan. Radea hanya mengangguk. "Kenapa sih? Kok pengen banget?"

"Nggak tau gue juga. Waktu gue ngobrol sama itu anak, gue ngerasa kok tatapan dia beda banget ya ke gue? Kayak ada harapan besar banget gitu. Udah gitu anaknya cerdas, bahasanya juga sopan, aktif lagi."

"Pecicilan kayak lo maksudnya?" tanya Gibran.

"Iya!" Refleks Radea mengangguk. Mata Radea membulat horor saat menyadari bahwa Gibran tengah mengejeknya, "YAH!" Radea memukul-mukul bahu Gibran.

Gibran tertawa puas, setidaknya dia berhasil membangunkan singa yang sedang terduduk lesu. "Haha. Jajan mecin, yuk! Biar lo semangat!"

"Masih pagi, cumi! Jajanin susu tobeli aja!"

"Ok! Mau yang berapa liter?" tanya Gibran. Mereka saling tatap.

"Ratusan." jawab Radea dan Gibran serempak. Mereka tertawa bersama.

************************************
"Ibu...." teriak Zahra di depan kelas saat melihat Radea akan memasuki kelasnya.

"Zahra, kamu sedang apa di sini?" tanya Radea.

"Zahra menunggu Bu Radea. Kan Ibu jadi wali kelasnya Zahra. Zahra seneng banget punya wali kelas seperti Ibu."

"Oh ya? Ibu juga seneng punya murid seperti kamu."

"Bu, Bu Radea!" panggil Zahra lagi menggoyang-goyangkan tangan Radea yang masih digenggamnya.

"De, Dea! Radea! Bangun! Katanya minta dibangunin jam 4 karena mau ada perkemahan sama sekolah? Sekarang udah jam 4 loh. Bangun, Nak." Ibu membangunkan Radea dari mimpi indahnya.

CINTA PAK JARWOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang