BAB 6: EKSPEKTASI VS REALITA

6 0 0
                                    

6. CINTA PAK JARWO
BAB 6: EKSPEKTASI VS REALITA.

#drrrtttt~ drtttttt~

Terdengar getaran dari ponsel Pak Rekso yang hendak membuka pintu mobil, mengurungkan niatnya, lalu segera meraih ponselnya yang sedari tadi bergetar. Wajahnya tersenyum sumringah. Ia sudah tahu siapa yang menghubunginya. Entah mengapa setiap orang ini bahagia, ia pun merasa bahagia.

"BAPAKKKKKKKK~!" terdengar suara Radea yang sangat senang dari ujung sambungan telepon.

"Walah kuping Bapak bisa budek loh, De!"

"Ehehehe... Maaf~. Bapak... Bapak kok nggak bilang?"

"Bilang apa?"

"Kalau Zahra diterima, di sekolah kita, Pak?"

"Kejutan buat kamu, biar nggak lesu terus. Gibran bilang kamu lesu selama MPLS. Jadi, saya panggil dia buat jadi murid kita. Kebetulan ada anak yang mengundurkan diri karena ayahnya dipindahtugaskan ke luar negeri, karena kamu bilang nilai dan hasil tes anak itu bagus, ya saya jadi ndak banyak mikir, langsung ta' telepon aja."

"Iiiihhh, Bapak. Makasih banyak ya, Pak."

"Tapi, De!"

"Iya, Pak?"

"Ternyata dugaan saya meleset loh!"

"Dugaan apa yang meleset, Pak?"

"Saya kira kamu bakal telepon saya pas jam 6 tadi. Secara Zahra kan ikut berkemah juga kan? Tapi, ini telat sekali dari perkiraan saya."

"Oh, itu, Pak. Itu karena Zahra telat datang ke sekolah, terus guru-guru nggak ada yang tahu kalau Zahra diterima. Jadi, dia ditinggal sama rombongan. Terus, kakeknya antar langsung ke tempat kemah, Pak. Lagi Bapak nggak konfirmasi sih. Udah gitu, tadi saya sibuk ngurusin anak-anak, mau telepon tapi nggak sempet, baru sekarang deh. Makasih ya, Pak."

"Siapa bilang guru-guru nggak tahu? Gibran tahu kok."

"Eh? Masa, Pak?"

"Iya, waktu saya telepon Pak Jarwo kan dia ada di samping saya. Lagi nyemilin cilok."

"Tapi, tadi dia kayak yang kebingungan juga, Pak?"

"Alah, akting dia itu. Eh, De!"

"Iya, Pak?"

"Kamu tadi bilang sibuk urusin anak-anak? Anak kamu sama siapa?"

"Murid maksudnya, Pak."

"Oh anak orang maksudnya. Kirain anak kamu sama Gibran. Haha. Eh, kamu nggak lupa urusin anak orang yang satunya kan?"

"Anak orang yang satunya? Siapa, Pak? Zahra?"

"Anaknya Pak Rekso. Urusin dia juga ya. Haha."

"Ih, Bapak mah nggak jelas ah. Udah ah, pamit ya, Pak. Assalammualaikum. Eh, tunggu-tunggu, Bapak jadi ke sini?"

"Jadi, ini mau masuk mobil tapi ngak jadi-jadi karena kamu bicara terus. Yowis, Assalammualaikum."

"Waalaikum salam." Radea menutup sambungan teleponnya.

************************************
Radea yang awalnya sempat malas ikut berkemah meski ia menjadi penanggungjawab kini berubah 180 derajat berkat kehadiran Zahra. Kini ia dan guru yang lain tengah mengawasi murid-muridnya yang berlomba membuat makan siang untuk kelompoknya masing-masing dan tentunya setiap kelompok wajib menyediakan satu piring untuk dinilai oleh dewan guru yang mendampingi kegiatan perkemahan.

"Telor, telor, telor! Telornya mana?" ucap salah seorang murid. Sementara murid yang lainnya ada yang sibuk untuk menyalakan kompor, menyiapkan bahan makanan, membersihkan alat makan yang akan dipakai, dan sibuk meracik bumbu untuk masakan mereka.

CINTA PAK JARWOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang