CINTA PAK JARWO
BAB 11: PENGUNTITHujan yang mengguyur malam semakin menambah kengerian, saat seorang wanita berlari ketakutan. Sosok yang selama ini mengintainya memunculkan diri di hadapannya.
Rambutnya yang mulai lepek tak karuan, menutupi pandangannya ketika ia menabrak sebuah tong besi berkarat di gang sempit yang ia lalui untuk menghindari kejaran sosok itu.
#BRANG
Wanita itu berusaha untuk tetap lari sambil menyeka wajahnya yang basah karena hujan. Ia pun berbelok ke arah kiri, namun sayang tak ada jalan lagi di hadapannya.
Kini ia terpojok berharap seseorang menolongnya. Namun, sosok itu semakin mendekat dan mulai menunjukkan pisau yang dibawanya.
Wanita itu terpojok pada dinding yang kotor, berkali-kali ia menggelengkan kepalanya agar sosok itu tidak melakukan hal yang ditakutkannya.
"Jangan! Jangan! Jangan!" isak wanita itu.
Namun, sosok itu semakin dekat. Ia mengangkat pisaunya ke arah wanita itu, kilatan cahaya petir menampakkan siapa sosok itu sebenarnya. Tiba-tiba...
"RADEA!"
"Astagfirullaah, Ibuuuuuuuu!" Radea terkejut saat Ibunya menarik bahunya. "Dea kageeeeeettttt," rengeknya.
"Lagian ibu panggilin nggak nyaut-nyaut."
"Kenapa, Bu?" tanya Radea.
"Udah malem, tidur! Jangan nonton setan-setanan terus."
"Ih, Ibu. Ini bukan setan-setanan, tapi pembunuhan." jelas Radea.
"Apalagi yang begitu, nanti mimpi buruk baru tau kamu!"
"Iya, Bu. Radea matiin nih laptopnya ya."
"Ya udah, tidur ya."
"Iya, Bu."
*******************************************
#Tet~ Tet~ Tet~Bel masuk pun berbunyi. Beberapa guru sudah mulai meninggalkan mejanya untuk mengajar di kelas. Radea masih menatap kosong pada buku tulis siswa di hadapannya. Ia memainkan pulpennya, otaknya berputar entah ke mana. Kepalanya masih tertunduk pada buku siswa di hadapannya.
"Assalammualaikum, Bu." ucap salah seorang siswa di samping meja Radea. "Bu?" ucapnya lagi. "Bu Radea?" dan masih juga diabaikan.
Gibran yang kembali dari kelas untuk mengambil barang yang tertinggal menjadi heran melihat Radea. Ia lalu menghapiri Radea dan memberikan tanda pada siswa tersebut untuk bergeser. "ASSALAMMUALAIKUM!" ucap Gibran sembari memukul meja.
"Astagfirullaah!" Radea terkejut.
"Kok astagfirullaah sih? Waalaikum salam dong!" ucap Gibran menggoda Radea.
"Eh, iya. Waalaikum salam. Ada apa?" tanya Radea saat menyadari siswa di sampingnya.
"Sekarang sudah jam pelajaran Ibu." ucap siswa tersebut.
"Astagfirullaah!!!!!" ucap Radea sambil berdiri. "Ayo, ayo, ayo!" Radea lalu bergegas sambil membawa perlengkapan mengajarnya.
"Eh, ini ketinggalan!" ucap Gibran.
Refleks Radea pun berhenti dan melihat ke arah Gibran, "Apa?" tanyanya, tapi Gibran hanya menunjuk dirinya sendiri. "Ish! Ngga jelas." ucap Radea lalu meninggalkan Gibran.
"Hahahahha," Gibran tertawa puas.
*******************************************
Bel berbunyi lagi, kali ini seluruh siswa berhamburan menuju gerbang sekolah. Sudah saatnya mereka pulang ke rumahnya masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA PAK JARWO
RandomSesuatu di masa kini mendatangkan masa lalu di hati Jarwo yang membuatnya merencanakan sesuatu. Takdir memang tak pernah ada yang tahu...