"Kak Bay, Varel kemana ya?" tanya Vivi kepada Bayu yang sedang duduk di depan ruangan Qilla.
"Ada apa?" belum sempat dijawab oleh Bayu orang yang Vivi cari sudah ada di depannya.
"Qilla udah sadar" Vivi tersenyum.
"Ohhh" jawab Varel cuek.
"Alhamdulilah" jawab Bayu. "Gimana keadaannya Vi?" lanjutnya.
"Masih belum baik sepenuhnya, setidaknya dia udah sadar gue udah seneng" jawab Vivi. "Kata dokter kalau mau jenguk harus satu orang takutnya Qilla terganggu dengan keramaian"
Bayu menganggukkan kepalanya.
"Lo lihat Qilla deh, gue sama Vivi mau cari makan dulu" ujar Bayu kepada Varel.
Tanpa ada jawaban Varel pun masuk ke ruangan. Sedangkan Vivi dan Bayu pergi cari makan.
Cklek
Knop pintu terbuka. Mata Qilla langsung tertuju ke sumber suara. Wajahnya tersenyum melihat Varel datang.
"Lo kenapa senyum?" tanya Varel.
"Ga tahu, aku seneng aja" jawab Qilla tersenyum memandangi wajah Varel.
"Ohh seneng udah bikin nyawa orang hampir melayang?" kalimat Varel membuat Qilla bingung.
"Maksudnya apa Rel, aku ga paham" Qilla memposisikan tubuhnya senyaman mungkin.
"Gue udah tahu semuanya tentang kebusukan Lo Qill, seharusnya gue ga mudah percaya sama sikap baik Lo itu, ternyata Lo juga punya sifat busuk" ujar Varel.
"Hah? Aku belum paham apa yang kamu katakan Rel" Qilla masih bingung dengan apa yang dikatakan Varel.
"Pura-pura bego biar Lo kasihan sama Lo? Gue ga akan pernah kasihan sama orang yang punya sikap dendam"
"Dendam? Maksudnya apa?"
"Lo udah bikin nyawa Naila hampir melayang, dan bahkan Lo pura-pura bego" ujar Varel menunjuk wajah Qilla. Rahangnya mengeras.
"Naila? Lo udah kena hasutannya bodo! Yang membuat gue kek gini dia Rel, bukan gue yang salah" ujar Qilla tidak terima.
"Dengan mudahnya gue akan percaya sama omongan Lo? Ga akan!"
"Lo ga percaya sama gue ga papa Rel, tapi Lo harus tahu kalau yang bikin gue kek gini dia, dia udah nyelakain gue" ujar Qilla berubah marah. Karena emang dia tidak salah.
"Gue muak sama Lo" Varel beranjak pergi dari tempatnya.
"Gue butuh Lo untuk dengerin ceritanya semua Rel, emang gue ga salah" teriakan Qilla tidak ada pengaruh sama sekali dengan Varel. Varel tetap berjalan meninggalkannya. Detik berikutnya, Qilla meneteskan air matanya.
"Lo mau kemana Bro?" tanya Bayu. Tidak ada jawaban sama sekali.
Varel meninggalkan tempat Qilla berada. Entah apa yang ada dipikirannya.
"Haloo Qilla!" seru Vivi yang nampak dari balik pintu.
Yang mempunyai nama itu, tidak merespon sama sekali. Pandangan Qilla terarah ke jendela sampingnya ia tidur.
"Lo kenapa Qill?" tanya Vivi duduk disamping Qilla.
Qilla menggelengkan kepalanya dan menghapus air matanya.
"Kok Lo nangis? Apanya yang sakit biar gue panggil dokter" ujar Vivi mulai panik. Ia tidak mau Qilla kenapa-napa.
"Gue gapapa Vi, cuma gue butuh waktu sendiri aja" jawab Qilla pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Persahabatan
Teen FictionKisah tiga sahabat! Mereka adalah Qilla, Vivi, dan Andre. Mereka bersahabat dari kecil. Mereka bertiga umurnya bertahap-tahap yang hanya kelewatan satu tahun. Saat Qilla sudah SMP kelas 9 Andre kelas 8 dan Vivi kelas 7. Di salah satu mereka ada m...