"Adik mbak nggak apa-apa cuma ada--" ujar dokter terpotong.
"Cuma apa dok?" Tanya Qilla dan Vivi dengan serentak
"Cuma ada luka di kepalanya. Dan dia harus di operasi. Dia sekarang masih belum sadar. Di tunggu aja nanti keadaannya akan pulih kembali" ujar dokter.
"Apa hal itu sudah di laksanakan dok?" Tanya Vivi dengan panik.
"Alhamdulillah sudah, kami pihak rumah sakit sudah melakukan operasi kepada adik mbak" ujar dokter dengan sopan."Terima kasih dok, atas kerjasamanya" ujar Qilla. Dokter pun tersenyum.
"Dok, apa ini boleh masuk?" Tanya Vivi.
"Ohhh belum, nanti perawat akan membawa saudara mbak ke ruang inap" ujar dokter dengan ramah. Qilla dan Vivi hanya manggut-manggut. "Ya udah saya pergi dulu" ujar dokter.
"Ohhh iya dok" jawab Qilla.
Qilla dan Vivi duduk di depan UGD. Yang masih menunggu Andre di bawa menuju ke ruang inap.
Perawat pun membawa Andre keluar. Qilla dan Vivi membuntuti dari belakang. Saat itu keadaan Andre masih belum sadar. Andre Alhamdulillah baik-baik saja. Dokter sudah melakukan uang terbaik buat Andre.
Sesampai di ruang inap, perawat pun keluar. Tinggal Qilla, Vivi dan Andre dalam ruang itu.
Qilla dan Vivi duduk di samping Andre yang masih terpejam matanya.
Mereka berdua ikut merasakan apa yang di rasakan oleh Andre.
Karena sahabat adalah satu orang yang bisa membuat kita mengetahui tentang keadaan.
Sebenarnya sahabat adalah salah satu orang yang paling istimewa. Tidak ada yang orang yang sebaik sahabat.
Sahabat adalah orang yang baik. Tapi, hati-hati. Disisi lain, sahabat memiliki sifat yang berbeda. Namanya fake friend. Jagalah sahabatmu dengan dua kata itu.***
Satu hari Qilla dan Vivi masih menunggu Andre di rumah sakit. Mereka berdua merelakan ketinggalan pelajaran demi orang yang terbaik bagi hidupnya. Yaitu Andre.
Kondisi Andre sudah membaik.
Hanya saja, Andre masih butuh istirahat yang cukup di rumah sakit. Karena kepalanya kena benturan yang sangat kuat. Itu menjadi pusing di bagian kepala. Kalau kurang istirahat, pasti akan kambuh lagi pusingnya.Qilla dan Vivi duduk di kursi tangan ada di ruangan itu. Mereka hening dengan menatap layar ponselnya masing-masing. Karena takut ganggu Andre yang sedang istirahat.
Tiba-tiba knop pintu terbuka. Mereka berdua menatap arah pintu dengan seksama.
Ada seorang yang masuk kedalam ruangan."Delvin?" Sotak Vivi dengan nada bertanya. Ternyata yang masuk ruangan tersebut adalah Delvin.
"Hmm kok gitu?" Delvin kembali nanya.
"Nggak gue nggak apa-apa, cuma reflek" ujar Vivi dengan meringis.
Delvin pun menutup pintu dan bergabung dengan mereka.
"Lo mau ngajak Vivi jalan ya?" Tanya Qilla dengan nada aneh.
"Nggak, gue kesini mau jenguk Andre" jawab Delvin. "Sekarang keadaan Andre gimana?" Ujar Delvin.
"Alhamdulillah mendingan" jawab Vivi. Delvi langsung menatap wajah Vivi.
"Kok tumben Lo nggak ngajak Vivi jalan, bukannya Lo sama Vivi udah pacaran?" Tanya Qilla.
Delvin dan Vivi saling tatapan mata. Selepas itu mereka berdua tertawa dengan keras. Tapi, nggak keras benget. Cuma sedengan.
"Kok Lo pada tertawa?" Ujar Qilla masih belum paham apa yang dimaksud mereka berdua.
"Jadi, selama ini Lo belum tahu?" Vivi bertanya kepada Qilla.
Qilla pun menggeleng-gelengkan kepalanya. Pertanda dia belum tahu apa yang mereka maksud.Delvin dan Vivi kembali tertawa.
"Sttttt" Qilla menaruh jari telunjuknya di depan mulutnya. Yang itu sebenarnya menyuruh mereka untuk diam. "Apaan sih Lo pada! Gue beneran nggak paham deh" sotak Qilla mulai kesel.
"Jadi, gini!" Delvin membuang napasnya dengan pelan. Wajahnya pun masih terlihat sedikit tertawa. "Gue sama Vivi itu nggak pacaran. Gue sama Vivi cuma sahabat" Delvin merangkul pundak Vivi.
"Kok bisa?" Tanya Qilla. "Terus Vivi juga nggak pernah ngomong ke gue kalau kalian nggak pacaran cuma sahabatan?" Mimik Qilla terus berbicara.
"Saat gue ngungkapin perasaan gue ke Vivi, Vivi nolak gue. Maunya dia sahabatan. Katanya dia ingin deket gue terus sama gue. Tanpa ada rasa sakit di antara kita. Jadi, kita berdua memutuskan untuk bersahabat" ujar Delvin tersenyum kearah Vivi yang pundaknya masih di rangkul oleh Delvin.
Qilla melongo kebingungan.
"Iya itu bener yang dikatakan Delvin barusan" ujar Vivi. "Udah deh Del, lepas dong" Vivi mendorong tangan Delvi yang ada di pundaknya. Delvin pun melepaskan tangannya.
"Kok Lo sama sekali nggak cerita sama gue?" Tanya Qilla.
"Ya gue malu lah" ujar Vivi dengan wajah kusut.
"Kok bisa?" Tanya Qilla dan Delvin serentak.
"Ya kan Delvin dulu adalah cowok yang gue bikin alasan buat ngrasin apa itu cinta? Tapi, kan gue punya niatan baik buat hubungan gue dan Delvin tetap bersama. Jadi, geu putuskan untuk sahabatan" Vivi tersenyum lebar. "Dan yang bikin gue malu untuk cerita ke Lo ya ini. Nanti malah lk ketawain deh" ujar Vivi mendongak ke arah Qilla.
Qilla menahan tawanya sampai wajahnya merah.
"Ya ampun Vi, nggak seharusnya gitu dong" Qilla tetap tertawa."Ya lagian kan gue malu qil" ujar Vivi.
"Nggak apa-apa Vi, gue selalu ada buat Lo kok. Gue adalah sahabat Lo" ujar Delvin menatap Vivi.
"Dan sahabat Lo dan juga Andre" ujar Delvin menatap wajah Qilla.Vivi dan Qilla tersenyum hangat kepada Delvin. Yang kini status Delvin adalah sahabat mereka.
***
Andre pun tersadar dari pingsannya. Vivi dan Qilla masih menunggu Andre di rumah sakit. Sedangkan Delvin, kini pulang. Dia harus sekolah. Selepas sekolah, Delvin kembali lagi ke rumah sakit.
Hari ini Andre sudah boleh di bawa pulang.
Mereka bertiga, membawa Andre pulang kerumahnya.
Di rumah Andre tidak ada orang tuanya. Kedua orang tuanya masih di luar negeri untuk mencari nafkah Andre. Jadi, ketiga sahabatnya harus menunggu Andre di rumahnya sampai Andre benar-benar."Gue mau keluar mau beli makanan kalian mau apa?" Tanya Delvin.
"Hmm gue bawakan batagor aja deh" ujar Vivi sambil menatap layar ponselnya.
"Kalau gue terang bulan yang masih anget" ujar Qilla.
"Oke! Andre Lo mau apa?" Tanah Delvin.
"Gue nasi goreng aja, tapi jangan pedes-pedes. Sayang perut gue" ujar Andre sedikit terkekeh.
Delvin pun keluar dari perkarangan rumah Andre.
Delvin membelah jalan raya kota Bandung untuk mencari pesanan makanan para sahabatnya.
Di balik sifatnya yang sombong, Delvin adalah satu orang yang baik.
Karena dia tahu, lebih penting arti persahabatan dari pada arti cinta yang akan menimbulkan luka.***
Delvin kembali ke rumah Andre dengan membawakan sekantong plastik yang berisi makanan pesanan para sahabatnya.
Mereka berempat makan bersama dan di selingi dengan canda dan tawa.
Indahnya persahabatan tidak ada yang memudar.
Selain kata kita bersama, juga ada kata jangan bersedih kawan kita sahabat.Yeaaahhhh up lage :V
Sebenernya sudah aku siapkan di jauh-jauh hari :V
Cuma aku mau tahu komen dari kalian yang baca cerita ku yang ini :VVote and komennya y :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Persahabatan
Teen FictionKisah tiga sahabat! Mereka adalah Qilla, Vivi, dan Andre. Mereka bersahabat dari kecil. Mereka bertiga umurnya bertahap-tahap yang hanya kelewatan satu tahun. Saat Qilla sudah SMP kelas 9 Andre kelas 8 dan Vivi kelas 7. Di salah satu mereka ada m...