Chapter 7

70 8 2
                                    

Pagi hari yang cerah. Membuat sang mentari bersinar indah. Persahabatan mereka masih dengan keadaan yang cerah. Tanpa adanya halangan yang memisahkan mereka. Karena mereka tahu pentingnya arti persahabatan dari kecil hingga sekarang. Yang kini mereka sudah memakai baju putih abu-abu.

Disisi persahabatan mereka, pasti timbul rasa saling menyukai ke lawan jenis. Ya kan? Tentu itu benar. Kalau seseorang yang tidak mempunyai rasa suka kepada lawan jenis, itu berarti tidak normal. Masa pubertas seharusnya gitu. Kalau tidak ada rasa berarti dia tidak normal.

Sejak lama, Vivi saling suka dengan Delvin. Tentu mereka saling balas kasihan. Yaitu saling mengasihi selayaknya mereka adalah keluarga sendiri. Bener sih mereka belum pacaran. Tetapi, di sisi lain mereka menjaga komitmen.
Karena, Vivi masih kelas X. Belum juga dia harus fokus belajar. Kelas X kan memang bimbang untuk yang namanya percintaan.

Kok jadi bahas Delvin sama Vivi ya? :V
Nggak apa-apa deh! Nanti di chapter selanjutnya pasti ada cerita Delvin dan Vivi yang bersama.

***

Suara deru mobil terdengar di depan rumah Andre. Andre pun menghampirinya. Serasa dia kenal kalau mobil itu milik sahabat yaitu Qilla.
Qilla menuju kerumah Andre bersama Vivi. Memang mereka sengaja main kerumah Andre. Soalnya hari itu libur.

Andre berjalan menghampiri pintu rumahnya. Qilla dan Vivi sudah berdiri di depan pintu. Tinggal mereka menunggu tuan rumahnya untuk membuka.

"Lama" Vivi mendengus kesal ketika Andre sudah membukakan pintu untuk mereka berdua.

"Ish! Daripada nggak di bukain" sotak Andre dengan mengacak-acak rambut Vivi.

"Mending nggak usah di bukain! Terus gue pulang" sotak Vivi dengan mengibaskan tangan Andre yang masih mengacak-acak rambutnya.

"Ya udah sono pulang" ujar Andre dengan nada mengusir.

"ISH!! APAAN SIH KALIAN SEMUA!!!!" Qilla mengacak rambutnya sendiri dengan kesal mendengar perdebatan mereka hanya karena masalah pintu. "Kalian udah besar! Mikir dong ah" Qilla langsung menuju kedalam rumah Andre tanpa harus di suruh masuk oleh tuan rumah.

"Tu kan dia marah" bisik Andre di telinga Vivi. "Lagian Lo tu bikin gue emosi"

"ANDRE!!! SIAPA SIH YANG BIKIN GUE EMOSI DULUAN?!!!" Ujar Vivi dengan teriak.

"OEEE DIAM DONG AHHH" sahut Qilla yang juga teriak.

Ramenya minta ampun deh!! Rumah Andre kek pasar malem saat mereka sedang ribut.
Emang sih! Semanis mereka bersahabat pasti ya kek gini, ada ribut-ribut nya :v

"Lo semua pada PMS ya?" Tanya Andre dengan memandang Qilla dan di teruskan memandang Vivi secara bergantian.

"Lo mana tahu kalau gue PMS" ujar Qilla dengan menatap wajah Andre yang kesal.

"Dari buku" jawab Andre dengan polosnya. "Kalau gue baca tu, biasanya cewek PMS itu suka marah-marah gitu" jelas Andre.

"Ahhh diam Lo bikin gue pusing" sotak Vivi juga kesal dengan Andre.

"Apa sih salah gue?" Ujar Andre dengan nada lembut menunjuk dirinya sendiri. "Dari tadi yang gue ucapin tu salah mulu. Ya Allah, semoga Sabahat gue, selalu di beri umur yang panjang bahagia terus, jangan kau beri amarah terus-menerus" seraya Andre mengangkat kedua tangannya untuk berdo'a.

Qilla tersenyum melihat aksi Andre yang barusan. "Lo berlebihan deh" ujar Qilla mendapatkan wajah yang masih marah. Padahal dia udah ngempet tertawa.

Vivi tertawa dengan aksi Andre tersebut. Membuat Andre kebingungan. "Lo tu ndre kek ndk jelas deh" ujar Vivi yang di selingi dengan tawa.

"Apa gue salah?" Andre menunjuk dirinya sendiri. "Kan gue tadi cuma berdo'a" ujar Andre sang polosnya.

"Nggak ndre Lo nggak salah! Gue kan udah bilang Lo tu udah dewasa! Lo tuh udah kelas XI Ndre!" Ujar Qilla dengan menasehati.

Dari zaman SMP Andre udah pernah suka sama cewek. Tetapi, Andre selalu memendam rasa itu. Jadi, cewek yang Andre sukai tiba-tiba menjauh begitu saja. Namanya juga cewek. Kan dia harus punya kepastian.
Selama dua tahun Andre sekolah di SMA, kedua sahabatnya belum tahu kalau Andre suka sama cewek. Layaknya dia harus memendam rasa itu sendiri tanpa di ungakap ke siapapun. Kecuali kepada hatinya sendiri.
Jadi, jangan kaget sifat Andre kek gitu! Dia tu sebenernya tahu tentang cinta. Tapi, dia sok-sokan nggak ngerti.

***

Mereka bubar kerumahnya masing-masing. Karena hari sudah mulai sore. Besoknya mereka harus sekolah.
Mereka berangkat sekolah mengunakan mobil milik Andre. Andre pun harus menjemput mereka satu persatu. Pertama sih jemput Vivi dulu. Kalau jemput Qilla terlebih dahulu, pasti Vivi marah-marah. Karena dia nggak mau nunggu lama. Hmmmm namanya juga masih kecil ya kan? :V
Mobil Andre melaju kerumah Vivi. Sekitar lima menit, Andre bersama Vivi menjauh dari perkaranya rumah Vivi. Selanjutnya, ke rumah Qilla.
Tidak usah menunggu lama, Qilla pun udah nunggu di depan rumahnya.
Tanpa basa-basi Qilla pun masuk kedalam mobil milik Andre.

***

Jam istirahat sudah berbunyi. Qilla dan Salma berjalan menuju kantin. Tiba-tiba ada seorang cowok yang manggil nama Qilla. Qilla terhenti dari langkahnya. Kepalanya pun berputar kebelakang.

"Hmmm l-lo kan va-varel" ujar Qilla dengan gugup.

"Iya masak kamu udah lupa" Varel menyodorkan tangannya kedepan Qilla. "Gimana kabar Lo?"

"Baik" Qilla membalas jabat tangannya.

"Dia siapa kok kenal sama Lo?" Bisik Salma di telinga Qilla.

"Hmmmm" Qilla tersenyum kepada Salma. "Ni kenalin temen gue" Qilla menunjuk Salma.

"Ohhh iya" sotak Varel sambil menyodorkan tangannya. "Gue Varel anak pindahan" guman Varel dengan lembut.

"Gue Salma teman Qilla satu kelas"  Salma pun menurunkan jabat tangannya.

"Btw, kalian mau kemana?" Tanya Varel.

"Ohhh kita mau kekantin"ujar Qilla dengan wajah senang. "Kalau mau gabung nggak apa-apa" tawar Qilla dengan lembut.

"Iya, anggap aja kita udah kenal lama" Salma meringis kearah Varel.

"Hmm ya udah deh, ayo" Varel berjalan menuju kekantin.
Varel berjalan duluan.

"Qill, dia ganteng ya" bisik Salma menggelidik. Cekikikan nggak jelas.

Qilla pun hanya senyum kepada Salma dengan kata yang barusan dia dengar.
Varel mencari bangku yang kosong. Qilla dan Vivi juga mengikuti dimana Varel berada.

"Kalian mau pesen apa?" Tanya Varel. "Biar gue pesenin"

"Hmmm gue mie ayam aja deh sama es jeruk" ujar Qilla.

"Kalau-" ujar Varel terpotong dengan kalimat yang keluar dari mulut Salma.

"Gue sama aja deh kayak Qilla" Salma tersenyum.

"Oke" Varel beranjak ke arah penjual kantin untuk memesankan pesenananya.
Qilla dan Salma tak henti-hentinya mengobrol.
Sampai makannya datang mereka masih juga mengobrol.

"Hmmm ni udah datang makanannya!" Varel menurunkan makanannya ke atas meja. "Kek asik banget ya?" Tanya Varel yang duduk di kursi miliknya.

"Hehehe, nggak juga" Salma terkekeh.

"Berdo'a dulu sebelum makan" ujar Qilla menatap wajah Salma dan juga Varel yang sudah menyodorkan sebuah sendok yang ke depan mulut.
Salma dan Varel terkekeh meletakkan sendok yang dan kemudian mengangkat kedua tangannya untuk berdo'a. Begitu juga dengan Qilla.
Mereka menyantap makanan dengan lahap dan tak ada lagi yang tersisa.

Bel masuk pun berbunyi. Varel, Salma dan juga Qilla berlari menuju kelasnya. Varel sih berada di kelas XII IPS 2.










Jangan lupa vote and komennya dong! :(
Kasian kan aku nggak bisa buat kata-kata :(
Coba deh beri aku solusi biar lancar kek jalan tol :v
Update malam Minggu gaes 😂

Halah bacod 😂

Kisah PersahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang