Tak lama kemudian, Qilla langsung memesan tiket pesawat lewat ponselnya.
Qilla berharap, dia cepet kembali ke Indonesia, untuk melihat keadaan Delvin. Meskipun, dia sudah di ambil Allah.
Qilla mengambil sebuah koper dan mengisinya dengan beberapa pakaian.
Qilla turun dari kamarnya."Qilla, kami mau kemana?" Tanya mama menghampiri Qilla.
"Qilla mau ke Bandung ma" ujar Qilla dengan pelan.
"Lho kok buru-buru amat, sebelumnya mama kan belum ngizinin kamu" ujar mama Qilla.
Qilla meneteskan air mata. "Qill, kenapa kamu nangis?" Tanya mamanya seraya memeluk tubuh Qilla.
"Delvin kecelakaan dari pesawat ma, dan Qilla harus kesana" ujar Qilla dalam pelukan mamanya.
"Hmmm ya udah mama izinin kamu kesana, yang penting kamu hati-hati. Terus kalau kamu balik ke sini, jangan lupa beritahu mama buat mama jemput" ujar mama Qilla dengan lembut.
"Iya ma, Qilla berangkat dulu assalamualaikum" ujar Qilla mencium punggung tangan mamanya.
"Iya sayang, wa'alaikum salam"
Qilla pun keluar dari rumahnya. Dia langsung pergi ke bandara. Tak lupa, dia menaiki taksi.
Sekitar lima belas menit, Qilla sudah sampai di bandara.
Pesawat Qilla take off tinggal beberapa menit lagi. Qilla langsung naik ke atas pesawat. Dia duduk di bangku yang sesuai.
Tak lupa, dia juga berdo'a untuk keselamatannya.***
Andre dan Vivi menangis terus-menerus melihat kejadian yang menimpa Delvin.
Orang tua Delvin juga sudah kembali ke Indonesia, untuk melihat musibah yang di timpa oleh anaknya.
Kedua orang tua Delvin, juga merasa kehilangan, sosok laki-laki yang menjadi kebanggaanya. Delvin adalah anak tunggal dari mereka.Jenazah Delvin di keluarkan dari kamarnya.
Yang artinya, tak lama lagi akan di makamkan.
Kini sahabatnya belum datang. Yaitu Qilla.
Namun, orang tua Delvin untuk menyegerakan proses pemakaman anaknya.Setelah, jenazah Delvin terkubur, qilla baru datang. Dia menangis. Dia merasa kehilangan keluarganya sendiri. Qilla langsung menelusup di gerombolan banyak orang, untuk melihat makam Delvin. Di situ juga ada Vivi dan Andre. Mereka juga menangis. Tak lain juga ada keluarga Delvin.
"Delvin!!! Kenapa Lo ninggalin kita!!" Teriak Vivi.
"Kalian yang sabar ya, semoga Delvin di tempatkan yang istimewa di alam sana" ujar mama Delvin.
"Tante tahu kok, Delvin anaknya baik, jadi Tante tau kalau kalian benar-benar kehilangan mereka. Delvin tidak pernah membangkang saya sama papanya. Dia selalu nurut. Jadi, Tante berterima kasih kepada kalian yang selama ini sudah menjadi sahabat yang terbaik selama Tante dan om, tidak ada di sini. Tante tahu kalian semua anak baik dan juga sayang kepada Delvin. Jadi, kita terima saja apa yang telah terjadi" lanjut mama Delvin dengan penuh kasian. Qilla dan Vivi langsung meluk tubuhnya.
"Iya Tante, Delvin adalah bagian dari kehidupan kita. Karena selama aku kenal Delvin, dia tidak pernah membuat kita kecewa. Tante juga yang sabar ya. Tante jangan sedih. Di sini ada aku, Vivi dan juga Andre yang siap menghibur Tante" ujar Qilla.
"Iya" ujar mama Delvin meneteskan air mata.
Ketika itu, seluruh orang yang memakamkan jenazah Delvin, sudah pulang. Keluarganya juga ikut pulang. Namun, pulangnya agak lambat dari orang lain yang ikut takziah.
****
Sesampai di rumah Delvin, ketiga sahabatnya ikut membereskan barang-barang yang di sewa. Seperti kursi, meja dan sebagainya.
Setelah itu mereka pulang ke rumah Qilla."Qill, Lo tadi ke Bandung sendiri?" Tanya Vivi.
"Iya" jawab Qilla singkat.
"Kok Lo berani?" Tanya Vivi.
"Berani lah, emang ada apaan sih, gue sampai di sini juga selamat" ujar Qilla.
"Tau ah Lo nyebelin" ujar Vivi meninggalkan Qilla yang duduk di sofa. Qilla pun hnau tersenyum melihat Vivi.
"Eh ndre, ngomong-ngomong Lo mau kuliah dimana?" Tanya Qilla.
"Gue bingung, bonyok gue nyuruh untuk kuliah di jurusan administrasi di luar negeri. Katanya biar bisa nerusin perusahaan bokap gue. Seperti Lo. Dan gue nggak mau" ujar Andre.
"Emang Lo mau kuliah di jurusan apa sih?" Tanya Qilla.
"Gue mau kuliah di jurusan militer" ujar Andre.
"What? Sosok Andre yang postur tubuhnya kek gini mau kuliah di jurusan militer?" Ujar Qilla yang di teruskan tertawa.
"Apaa?? Andre mau kuliah di jurusan militer?" Sahut Vivi. Andre pun mengangguk cepat. Sedangkan Qilla dan Vivi tertawa terbahak-bahak.
"Apa ada yang salah?" Polos Andre.
"Nggak ada sih, cuma gue heran aja" ujar Vivi.
"Tapi, kalau niat Lo bagus nggak apa-apa mau kuliah di jurusan apa. Yang penting Lo yakin. Dan bonyok Lo menyetujuinya" ujar Qilla.
"Iya itu pasti kok, terus apa yang kalian tertawa tadi?" Tanya Delvin
"Nggak ada apa-apa kok" ujar Qilla dan Vivi serentak. Mereka bertatapan dan menahan tawanya.
Andre bingung mengartikan raut wajah mereka.
***
Usai seminggu berakhir, Qilla kembali lagi ke Amerika untuk meneruskan kuliahnya.
Begitu juga dengan Andre dan Vivi kini sudah mengalami ujian akhir semester satu.
Sebentar lagi, Andre juga akan ujian-ujian seperti tryout dan sampai ujian akhir yaitu ujian Nasional.
Dan Vivi pun juga. Dia akan mengalami kelas XII yang artinya, dia akan menjadi kakak kelas yang paling tertua di sekolahnya.Menginjak masa itu, mereka sudah mulai dewasa. Pikirannya tidak seperti anak-anak lagi. Yang biasanya berdebat dengan amasalah sepele, sekarang hal.itu di rindukan oleh mereka.
Ya mereka sadar diri. Bahwa dirinya semakin dewasa dan semakin mengenal masa depan.
Tapi, tentang masa depan, mereka belum tahu. Apa lagi soal jodoh. Mereka belum pernah memikirkan pasangan. Padahal, Qilla yang sudah terkenal tua dari Andre dan Vivi, dia belum pernah pacaran. Varel? Dia hanyalah orang yang Qilla kenal di masa SMA nya. Setelah seminggu kemudian, Varel juga sempat mengungkapkan perasaannya. Namun, Qilla menolaknya. Katanya, Qilla harus fokus untuk mengejar cita-citanya. Tidak mikir soal yang namanya pacaran.Part nya terlalu pendek :(
Karena aku bingung mau buat kek gimana lagi :(
Jangan lupa vote and komen ya:)
Jangan jadi silent reader's :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Persahabatan
Teen FictionKisah tiga sahabat! Mereka adalah Qilla, Vivi, dan Andre. Mereka bersahabat dari kecil. Mereka bertiga umurnya bertahap-tahap yang hanya kelewatan satu tahun. Saat Qilla sudah SMP kelas 9 Andre kelas 8 dan Vivi kelas 7. Di salah satu mereka ada m...