Siapa pemuda itu?! (#Part5)

13 0 0
                                    

Tiba-tiba, ada sosok pemuda yang pernah ku temui sebelumnya memberikan secangkir sirup strawberry kepadaku.

"Nih.. Biar ga pusing mikirin jodoh." Ucapnya.

"Makasih. Ko bisa tau apa yang ada di pikiran Saya?" Aku bertanya penasaran.

"Udah minum aja dulu, tuh di soffa." Perintahnya sambil menunjukkan sebuah soffa merah dengan bola matanya.

Aku langsung pergi ke soffa tanpa meninggalkan senyuman ataupun kalimat padanya.

Beberapa menit kemudian, acara pun dimulai.

Aku yang tengah asyik minum di soffa sambil berdzikir itu, terlambat untuk ada di barisan paling depan.

Akupun segera menyelundup ke barisan paling depan. Karena badanku yang kecil mungil ini, akhirnya berhasil berada di barisan paling depan.

Kulihat Kak Rendy dengan kedua orangtuanya berada di depan kue ulang tahun. Kemudian Kak Rendy memotong kue ulang tahun dan menyuapi kedua orang tuanya.

Juga 1 suapan untuk orang yang bisa dikatakan spesial menurut Kak Rendy.

"Sekarang.. 1 suapan untuk orang yang spesial." Ujar Kak Rendy sambil memegang sepotong kue ditangannya.

Kak Rendy melihat ke arahku. Aku menunduk.

'Apa jangan-jangan, orang spesial itu Aku ya.' Ucapku dalam hati.

Setelah menunduk, Aku mengalihkan pandanganku ke depan kembali.

Ternyata sudah berdiri sosok wanita yang menyapa Mama Kak Rendy tadi.

Sakit hati, kecewa, marah, jengkel, kesal, semuanya campur aduk saat itu.

Namun, Aku berusaha menahan air mata yang hampir jatuh itu lalu memutuskan untuk pergi ke belakang barisan mencari toilet.

Aku setengah lari menuju toilet.

Saat berlari, tiba-tiba pemuda yang memberikan sirup tadi menghentikan langkahku dan memberikan sapu tangan.

"Nih. Air mata wanita terlalu mahal untuk menangisi orang yang belum jadi mahromnya." Ujarnya sambil menyodorkan sapu tangan.

"Terimakasih." Aku segera mengambil sapu tangan itu dan melanjutkan perjalanan ke toilet.

'Siapa sih pemuda itu. Seperti penguntit. Tau apa yang aku rasakan dan tau segalanya tentangku.' ucapku dalam hati.

Setelah acara selesai, Aku tidak sengaja melihat Kak Rendy sedang berincang dengan wanita tadi di halaman belakang.

Sepertinya sedang berbincang hal serius. Aku pun mengupingnya.

"Ren, hm..kamu, jadi kan menikahiku?" Tanya wanita itu.

Baru mendengar kalimat itu saja, dadaku sudah sesak, nafasku terasa pendek, hatiku bagaikan kaca yg dilempar batu, dan Aku putuskan untuk pulang ke rumah saja dengan memesan grab.

Aku berlari dari tempat ngupingku sambil mengusap pipiku yang terus dibasahi air mata yang entah kenapa tidak berhenti mengalir itu.

Ketika sedang berlari ke halaman depan, tak sengaja Aku menabrak pemuda yang tadi memberikan sapu tangan.

Kami pun terjatuh.

Aku langsung meminta maaf padanya atas kecerobohanku.

Namun bukannya marah, pemuda itu justru tersenyum tulus kepadaku.

"Boleh saya tau, kenapa kamu menangis?" Tanya nya sambil melihat mataku.

'kenapa dia begitu peduli padaku?' Tanyaku heran dalam hati.

Merayu AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang