Come Back ( #Part9)

7 0 0
                                    

"Eh kakak. Apa kabar, Kak?" Tanyaku sambil melihat wajah Kak Rendy yang glow up itu.

"Alhamdulillah kabar baik. Kamu sendiri apa kabar, Fa?"Kak Rendy nanya balik.

"Alhamdulillah, Kak. Ini keliatan sehat-sehat aja kan. Dua tahun ini kemana aja, Kak. Baru muncul lagi." Ucapku sambil sedikit tertawa.

"Alhamdulillah. Maafin Kakak ya, Fa.  Belakangan ini, Kakak di Aceh. Biasa, disuruh mengelola bisnis Papah. Oh iya, Fa. Besok Kakak mau mampir ke rumah kamu ya, sama keluarga Kakak."Ucap Kak Rendy dengan santai.

"Hah? Mau apa Kak?" Tanyaku refleks dengan bola mata yang hampir keluar.

"Ya... Mau apalagiii, Fa selain melamar Syafa Nurlaili si atlet bulutangkis ter-anggun se-Kampus kita." Ujar Kak Rendy sambil memegang kepalaku dan sedikit mengelusnya.

Tak lama, Aku menghindari tangannya yang memegang kepalaku.

"Bagaimana dengan perempuan kemarin, Kak? Bukankah Kakak akan menikah dengannya?" Jawabku sambil memasukkan camilan ke dalam keranjang.

"Siapa yang kemarin?" Jawab Kak Rendy sambil berpikir.

"Itu kemarin yang ada di ulang tahun Kakak." Jawabku dengan flat.

"Oh itu... Jadi gini, Fa. Dia itu sodara jauh Kakak yang menyukai Kakak. Kita dijodohkan, namun Kakak tidak mau. Terus dia kecewa lah sama Kakak dan memutuskan untuk memperbaiki diri dengan mondok di Tareem.

Di Tareem ada Kakeknya. Dan setelah pulang dari Tareem dia meminta Kakak untuk segera menikahinya saat di acara ulang tahun Kakak. Namun Kakak menjelaskan padanya bahwa Kakak udah punya calon sendiri yang bernama Syafa.

Dia memaksa Kakak, namun Kakak maunya sama kamu, Fa. Dan setelah wisuda, kakak Kakak memutuskan untuk mondok 1 tahun agar Kakak bisa menuntun Syafa dijalan Allah. 1 tahun lagi, Kakak merintis bisnis untuk biaya pernikahan kita, Fa. Itu alasan Kakak selama 2 tahun ini ilang kabar. " Jawab Kak Rendy dengan wajah yang ceria.

"Oh gitu kak... Tapi Kak, Semuanya sudah terlambat. Syafa sudah dilamar Ustadz Azhar kemarin. Dan kami akan menikah 2 hari kedepan." Jawabku sambil menundukkan pandangan.

"Azhar, teman Kakak yang suka mengisi pengajian di masjid dekat pondok Al-Kahf itu? Azhar anaknya Pak Kyai yang punya pondok pesantren Al-Kahf itu, Fa?" Pertanyaan datang bertubi-tubi dari Kak Rendy.

"Iya kak. Kakak jangan lupa dateng ya."Ucapku smbil melihat ke arah Kak Rendy.

Terlihat mata Kak Rendy berkaca-kaca. Namun dia tetap tersenyum dan memberi ucapan selamat kepadaku.

"Ya. Dia lebih pantas buat kamu, Fa. Selamat ya. Mudah-mudahan lancar sampe hari H. Nanti InSyaaAllah Kakak dateng ke pernikahanmu dengan teman bulutangkis yang lain.

Azhar. Dia pria yang baik, cerdas, apalagi ilmu agamanya, luar biasa. Dia juga dari keturunan yang baik-baik, Pak Yai yang tersohor akan ilmu agama dan akhlaknya yang baik, dengan Bu Nyai, yang mempunyai banyak harta dan dipergunakan dijalan Allah.

Yang sudah tentu anaknya juga sehebat orang tuanya. Gak kaya Kakak, bulutangkis masih level bawah, ipk dibawah rata-rata, apalagi ilmu agama, masih dalam proses belajar.

Kamu ngga salah pilih, Fa. Kakak seneng kamu bisa bersanding dengan Gus Azhar. Sekali lagi, selamat ya.

Kakak juga mau minta maaf jika selama 3 semester kemarin, Kakak ada salah sama kamu.

Oh iya, kamu tidak perlu meminta maaf, karena kesalahanmu sudah Kakak maafkan.
Semua ini salah Kakak, Kakak yang udah menggantung hubungan kita. Kakak yang ghosting selama 2 tahun. Kakak kalah cepat.

Qodarullah, InsyaaAllah Kakak ikhlas kamu menjadi milik orang lain, terlebih milik teman Kakak sendiri. Yaudah, Kakak pamit dulu ya, Fa., Assalamu'alaikum." Kak Rendy berpamitan tanpa mengelus kepala. Bahkan senyum pun tidak.

Kak Rendy berjalan lemas dengan kepala yang terus menunduk. Tak terasa, air mataku berjatuhan mendengar semua

Dulu, Aku sangat menanti kehadiranmu
Untuk berkunjung ke rumahku
Bersama keluargamu
Keluarga besarmu
Untuk segera meminang dan menikahiku.

Namun ketika harapan itu datang, kepahitan pun menyambar.
Ketika Aku merasa istimewa dihadapan keluargamu, ternyata ada yang lebih istimewa dariku.

Aku, wanita penuh dengan kekurangan, yang tidak banyak mempunyai hafalan.
Ilmu agama dalam proses belajar, amal baik pun masih harus ada yang mengingatkan.

Namun, salah kah ketika Aku berharap ada orang yang bisa menyembuhkan luka hati karena ditinggal orang yang disayang?

Dan kini, penyembuh luka hati, penenang dan penyejuk hati, penumbuh dan penyubur iman, nahkoda rumah tangga ku sudah datang padaku.

Aku tidak bisa menolak pemuda soleh yang datang melamarku.
Aku membutuhkannya, untuk bisa pergi bersama ke Syurga-Nya.
Untuk bisa membangun rumah, di dunia maupun di Syurga.

'Aku tidak lagi mengharapkanmu, Kak Rendy. Karena Aku sudah menjadi calon istri dari temanmu, Ustadz Azhar.' Gumamku dalam hati sambil mengusap pipiku yang banjir air mata itu.

Tunggu part selanjutnya ya readers....sampai jumpa... :)✨

📌 membaca Al-Quran lebih utama
📌 Tandai jika ada kesalahan mengetik (typo)
📌 Apakah kamu sudah vote cerita ini?
📌 Jika dirasa bermanfaat, share sebanyak-banyaknya
📌 Jika ada kesalahan penyebutan hadis atau terjemahan Al-Quran, beri komentar untuk meluruskan.
📌 Terimakasih!

Merayu AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang