Dijodohkan? (#Part7)

5 0 0
                                    

Keesokannya, Aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Karena memang tidak ada jadwal kuliah.

Dengan menggunakan motor beat pink, gamis hitam, masker, sarung tangan dan sepatu yang serba pink, tak lupa juga memakai helm berwarna hitam, Aku mengendarai motor itu dengan santai.

1 jam kemudian, Aku sampai di rumah sederhanaku dengan selamat.

"Assalamu'alaikum." Aku membuka pintu dan menghampiri ibu dan Ayah.

"Wa'alaikumussalaam warahmatullah." Jawab ibu dan Ayah sambil tersenyum

Aku langsung beranjak pergi ke kamar mandi untuk berwudhu. Kemudian pergi menuju ke kamar dan mengunci pintu.

Terdengar suara Adzan yang begitu merdu. Aku menyegerakan shalat dzuhur. Tak lupa unuk selalu berdzikir dan juga berdoa.

Akupun curhat kepada Allah atas apa yang sudah terjadi selama ini.

Aku meminta petunjuk kepadanya, agar bisa melapangkan hatiku untuk mengikhlaskan orang yang aku sayangi ataupun yang aku kagumi.

"Yaa Allah. Maafkan hamba yang telah menaruh harap pada salah seorang hamba-Mu. Maafkan hamba karena sudah menjalankan pendekatan selama 3 semester dengan yang bukan mahromku.

Meskipun masih dalam batasan, namun hamba tetap melanggar peraturanmu. Ampuni hamba Yaa Allah.

Dan kini, ia akan menikah dengan wanita yang lebih shalihah dariku, lebih hebat dariku dan lebib cantik.

Bantu hamba untuk mengikhlaskannya Yaa Allah.

Hamba yakin, Engkau tidak akan melewatkan sesuatu yang sudah menjadi milikku.
Jikapun terlewatkan, pasti Engkau menggantinya dengan yang jauh lebih baik lagi Yaa Allah." doaku pada Allah sambil menangis terisak-isak.

Setelah selesai shalat, Aku memutuskan untuk menulis kutipan motivasi di wattpadku.

Alhamdulillah, sejak SMA Aku sudah mempunyai hobbi menulis di wattpad. Sudah ada 100k lebih pengikutku di wattpad.

1 jam Aku menyelesaikan tulisanku di wattpad.

Akupun tertidur dengan posisi ponsel yang masih terbuka di wattpad. Adzan ashar membangunkan tidurku.

Aku segera berwudhu kembali dan melakukan shalat asar. Setelah shalat asar, aku bermunajat kembali pada Allah. Do'aku masih sama seperti yang ku sampaikan dzuhur tadi.

Sampai pada saat yang tepat untuk memanjatkan doa, yakni di sepertiga malam.

Aku mencurahkan semuanya kepada Allah dengan penuh pengharapan dan keyakinan bahwa Allah maha baik, Allah maha pengasih. Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya bersedih.

Setelah selesai shalat tahajud, Aku menjalankan rutinitasku ketika di pondok pesantren yakni tilawah qur'an juga murojaah hafalan.

Alhamdulillah Aku sudah menyelesaikan hafalan sebanyak 28 juz, dan target bisa hafal 30 juz agar bisa mengambil beasiswa untuk pergi mondok/mencari ilmu di kota impian, Tareem.

Adzan subuh berkumandang merdu, Aku segera menunaikan shalat fardhu. Setelah shalat, Aku membantu pekerjaan ibu.

Hari ini, Ibu memasak banyak. Aku membantu ibu memasak hingga selesai.

"Bu, ko hari ini masak banyak banget? Mau ada tamu ya?" Tanyaku penasaran.

"Iya, sekaramg akan kedatangan Bu Nyai dan Pak Kyai pemilik pondok pesantren Al-Khaf, Nak." Jawab Ibu sambil mengelus kepalaku.

"Oalah.. Udah lama ga silaturahmi ya, Bu." Jawabku polos.

"Iya, Nak. Ayo sekarang kamu mandi dulu. Pak Yai dan Bu Nyai mau bertamu, masa kanunya belum bersiap-siap. Pakailah pakaian yang sopan dan rapi ya, Nak." Ucap Ibu Sambil merangkulku.

"Ayayay. Siap kapten!" Jawabku.

Setelah selesai mandi, Aku melanjutkan dengan mengerjakan tugas kampus di kamar.

"Tok..tok..tok.." Tiba-tiba terdengar bunyi pintu diketuk. Ibu segera membukanya dan segera mempersilakan tamu untuk masuk dan duduk di ruang tamu yang beralaskan karpet saja.

"Assalamu'alaikum." ucapan salam mereka terdengar di luar pintu kamarku. Terdengar ramai. Dan membuatku penasaran kenapa Ibu dan Bapak pondok ramai-ramai berkunjung kesini. Namun, Aku belum diperintah untuk keluar dari kamar oleh ibu.

"Wa'alaikumussalaam warahmatullah wabarakaatuh. Eh Bu Nyai. Silakan duduk bu duduk." Ibuku menjawab salam mereka.

"Iya, Bu terimakasih. Ibu, gimana kabarnya bu? Udah lama ga ketemu ya." Kata perempuan tua yang duduk di sebelah ibu.

"Alhamdulillah, nyai, Baik. Nyai sendiri bagaimana? Sehat? Pak yai sehat?" Ibuku bertanya kepada pemilik pondok pesantren Al-Kahf itu.

"Alhamdulillah kita baik-baik saja, Bu."Jawab Bu Nyai.

"MaaSyaaAllah senang sekali hari ini banyak tamu ." Ibuku menjelaskan.

"Oh iya, kami kesini mau membicarakan soal perjodohan anak kita. InsyaaAllah Gus sudah siap mengkhitbah hari ini." Ujar Pria tua yang duduk di sebelah Ayahku.

Seketika mataku terbelalak. Diam-diam ibu menjodohkan Aku dengan anak Bu Nyai, pemilik pondok pesantren Al-Kahf itu.

Ada perasaan senang karena dijodohkan dengan anak ulama. Namun sisi lain, aku juga sedih karena tidak menikah dengan orang yang aku inginkan, Ustadz Azhar.

Allah akan memberikan apa yang kamu butuhkan.
Bukan yang kamu inginkan.
Sesuatu yang sangat kamu inginkan, belum tentu baik untukmu.
Dan sesuatu yang sangat tidak kamu inginkan, belum tentu buruk untukmu.
Allah lebih mengetahui apa yang dibutuhkan hamba-Nya.
Berhenti menjadi hamba yang sok tahu ya.

Tunggu part selanjutnya ya readers....sampai jumpa... :)✨

📌 membaca Al-Quran lebih utama
📌 Tandai jika ada kesalahan mengetik (typo)
📌 Apakah kamu sudah vote cerita ini?
📌 Jika dirasa bermanfaat, share sebanyak-banyaknya
📌 Jika ada kesalahan penyebutan hadis atau terjemahan Al-Quran, beri komentar untuk meluruskan.
📌 Terimakasih!

Merayu AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang