Lepas Kendali

12 5 0
                                    

Now i know how much i like you

Listen now: Lose Control-MEDUZA

Matahari menyulut pagi. Hari ini masih menjadi masa orientasi sekolah. Bianca kini sudah siap untuk pergi ke sekolah bersama Barra.

"Bang, ayo!"

"Iye iye"

Sesampainya di sekolah, seperti biasa Bianca terpisah dengan Barra. Kini ia berjalan menuju kelasnya. Setelah sampai di kelas, ia melihat sudah ada Reva yang tengah asik berkutat dengan catatannya.

"Rev, rajin banget lo, gila" kejut Bianca saat masuk kelas.

"Ahaha, biasa lah gue gabut jadi ya coret coret aja gitu"

Pagi ini di awali dengan obrolan canda tawa antara Bianca dengan Reva. Hingga tak terasa sudah terdengar suara bel masuk.

Perlu diketahui MOS di SMA Angkasa itu diselingi pula dengan beberapa mata pelajaran agar tidak keteteran dengan sekolah lain.

Karena MOS disini dilaksanakan selama satu minggu full. Apalagi semenjak tahun kemarin, ada misi khusus para staff OSIS yang menghabiskan waktu sebulan lamanya.

Tak terasa pukul istirahat telah tiba. Bianca dan Reva sudah menempati salah satu bangku yang terdapat di kantin sekolah.

"Ca, lo tauga kalo Kak Fabian tuh anak basket paling dingin" ucap Reva membuka topik obrolan.

"Ngga tau, emangnya kenapa sih kok sampe segitunya"

"Nih ya, Kak Fabian tuh coolboy, gak pernah lirik cewek, ngomong sama dia tuh susah banget buat sampe 5 menit aja, anak basket, sekertaris OSIS, dan orangnya tuh misterius banget" Reva menunjukan muka yang terkagum kagum saat menceritakan sosok Fabian.

Padahal ia sudah berkali kali menceritakan hal yang sama pada Bianca namun Bianca tidak ingin temannya sakit hati, jadi ia selalu mengiyakan saja jika Reva mengulang obrolan yang sama.

"Emang gak pernah ada yang jadi pacarnya gitu? Atau PDKT?" tanya Bianca.

Jujur saja kini Bianca merasa sedikit tertarik akan lelaki yang sering dibangga banggakan oleh sahabat barunya ini.

"Gak pernah pacaran woy! Gila kan susah banget cari cowok yang belom pernah punya mantan" Reva mengusap usap keningnya.

"Hmm, boleh juga tuh" balas Bianca sekenanya.

"Lo mau kan sama kak Fabian? Gue dukung deh kalo lo yang maju"

Bianca mengernyit.

Kenapa pula perkataannya langsung mencelos begitu saja dari mulutnya. Sumpah serapah dengan perkataannya barusan. Sungguh ia tidak menyadari itu semua.

"Lo banyak kesempatan, Ca. Peluang lo lebih gede ketimbang cewek manapun!" sambung Reva dengan nafas yang memburu.

"Kesempatan apanya? Oh iya yang kemaren lo mau omongin tu apa? Baru keingetan nih gue"

"Nah ini yang gue mau omongin ke lo dari kemaren. Jadi kan kak Fabian deket sama kak Barra terus lo adiknya kak Barra, ya gampanglah. Tinggal tanya tanya terus pepetin deh, gampang banget kan?"

Ucapan Reva barusan membuat Bianca bergidik. Tapi boleh juga kalau memang dia harus menyukai lelaki es itu. Kini rasa Bianca pada Fabian merupakan rasa penasaran.

Gue jadi penasaran juga sama kak Fabian. Apa ntar gue tanya si abang aja gitu ya?

Seusai dari kantin, Bianca berlari lari kecil akibat canda tawa yang dikeluarkan oleh Reva.

Fabian [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang