Affection

3.9K 49 1
                                    

Jangan lupa mampir ke shop ya. Link di profil.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ruangan kamar tidur itu mendadak cukup ramai. Melihat itu,Arief menyuruh semua orang keluar dan meminta bodyguardnya menjaga pintu depan untuk mengedalikan situasi. Ia tidak ingin kegaduhan ini mengganggu acara penting milik kakaknya sendiri.

"aku...gapapa.."suara parau Anin. Arief mendekap tangan kiri Anin yang sedang berbaring lemah. Tangan kanannya mengusap lembut dahi wanita itu,layaknya seorang pasangan yang sudah jatuh cinta sangat lama. Arief sendiri sedikit canggung dengan sikap itu apalagi Anin bisa dikatakan kakak perempuan angkat di keluarganya sendiri namun ia berharap usapan itu bisa membuat Anin tetap sadar sembari menunggu medis yang akan memeriksanya.

Tiba-tiba ada suara wanita yang memaksa masuk dari luar. Pintu depan kamar akhirnya terbuka kembali.

Seorang wanita pendek berambut bob berjalan,memakai kebaya putih dengan buah dada membusung seakan untuk dibebaskan.Perutnya sedikit menonjol menunjukan kehamilannya.Seorang pria botak cukup tinggi dan berbadan besar mengikutinya dari belakang.Ia berjalan cepat menghampiri di samping Arief dan segera membuka stetoskop di dalam tasnya.

Anin terperanjat melihat kedatangan mereka..Penglihatannya cukup kabur tapi wajah Lala,teman nongkrongnya saat bekerja bareng dulu tidak akan di lupa. Ingatannya justru tertuju pada sosok pria yang menemaninya itu. Ia teringat beberapa tahun lalu bahwa cowok itu adalah teman Lala ,seorang dokter ,yang sering menjemput mereka setelah berkegiatan bersama padahal Lala sendiri sudah memiliki kekasih lain yang seorang model. Namun ia kaget karena mereka terlihat belum memakai cincin pernikahan di jari manis mereka. Apakah mereka menikah? Ingatan itu justru membuat kepala Anin terasa berat dan merasa pusing kembali.

"Lala.."ucap Anin

"Hai Anin... lama ya tidak jumpa,tadi aku mo menghampiri kamu tapi kamu digopoh sama cowok disampingmu makanya kami buru-buru mengejar kalian kalau ada kenapa-kenapa" jawab Lala sambil melipat tangan di perut buncitnya.

"Hai.."Lala menyapa Arief dan ia balas senyuman. "Aku Lala,ini suamiku Alfa. Maaf tadi aku menyerobot penjagamu,aku khawatir dengan kondisi Anin.Kebetulan suamiku dokter jadi bisa mengecek kondisi Anin." Lala menjelaskan.

"Ah,saya Arief. Terima kasih.." Arief menjawab

"Alfa.. gimana?

Setelah mengecek tensi dan bertanya beberapa hal ke Anin,Alfa menjawab bahwa Anin perlu bedrest karena tekanan darahnya cukup rendah. Dia sendiri ada beberapa obat untuk membantu istirahatnya lebih rileks.

"Terima kasih ya kalian. " Anin menjawab lemah. " Jujur aku kaget kamu sekarang hamil,la.."

"haha..iya nih,baru jalan 3 bulan tapi udah terlihat besar perutnya. Bapak itu tuh yang bikin aku kayak gini..haha"jawab Lala sambil mengelus-elus perutnya lalu menunjuk cowok botak itu. Alfa tersenyum simpul melihat jawaban Lala.

"Selamat ya kalian berdua,sudah lama kita berkabar..aduh.."Anin ingin menjawab tapi rasa sakit kepalanya tak tertahankan.

Alfa mengambil alih "Sudah Anin yang penting kamu istirahat.Akan lebih baik kamu istirahat di rumah,jangan disini. Di luar terlihat rusuh sekali,mungkin wartawan ada yang penasaran karena ramai di ballroom tadi."

"Nanti kami akan pindah ke apartemenku dekat dari sini."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AmortentiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang