Relentless

3.3K 35 5
                                    


Tangan Jinan menabur bunga dari atas geladak kapal milik TNI AL di perairan Natuna. Jasad suaminya tidak ditemukan setelah hampir 2 minggu pencarian. Puing-puing pesawat pun hanya sedikit ditemukan walaupun tim SAR menemukan black box.Ia memakai baju hitam sepadan dengan selendang hitam yang menutupi rambutnya dari panas terik siang itu. Mata merahnya tertutup kaca mata Ray Ban hitam karena sudah berhari-hari ia menangis.

Suaminya mungkin pria yang culas dan licik bagi orang-orang  tapi tidak bagi Jinan;ia diam-diam telah jatuh cinta kepada suaminya. Jinan sedari awal hanya mengincar kekayaan dari suaminya sejak diajak menjadi istri mudanya namun perlakuan suaminya hingga menceraikan istri lamanya demi dirinya. 

Ia mengelus perutnya,sifat keibuannya sudah muncul setelah menyadari ia mengandung anak dari Filbert.

"Kak Jinan... i'm so sorry for your loss.."suara cerempeng perempuan yang ia kenal tiba-tiba muncul di belakangnya. Jinan refleks membalikan badan dan agak kget melihat wanita berpostur tinggi dan berkulit putih. Bibir merahnya terlihat dominan dengan kaca mata hitam yang ia pakai dengan memamkai topi. Angin kencang hampir membuat topi wanit aitu terbang. Long dress hitam mereka berdua kenakan berbentuk sama kecuali sepatu sneaker putih wanita tersebut.

"ah...Marsha? Loh...Keluargamu ada yang meninggal juga disini?"

"Ehmmm....Salah satu petinggi perusahaan aku di Jepang ikut di pesawat ini kak. Aku datang mewakili perusahaan karena kebetulan aku dapat tugas dinas di Singapore. " Marsha Well, I guess someone sabotage that plane,kak." Marsha menimpali. Jinan ingin membahas namun rahasia kecelakaan itu ia simpan sendiri. 

" It's weird accident,isn't?"Aduh maaf pake inggris kak Ji.."  Gigi taring Marsha yang khas muncul akibat kecerobohan tadi. Kulih putihnya terlalu dominan,sangat kontras dengan kulit sawo matang Jinan. Bibir tebalnya merah merekah dengan rambut diikat ekor kuda dan poninya menutupi dahi lebarnya.

"Kalau sudah terjadi,apa lagi yang harus disesali?"Jinan hanya menjawab getir. Matanya agak berkaca-kaca. Marsha reflek memeluknya,ia mungkin tidak terlalu dekat dengan Jinan namun sebagai perempuan kehilangan seseorang terdekat jelas butuh seseorang untuk ada di sampingnya. 

Marsha sendiri memilih lulus dari jeketi lebih cepat karena tawaran kerja langsung dari perusahaan Jepang. Ia menjadi  duta vocaloid Indonesia-Jepang  dari salah satu perusahaan terkemuka di Tokyo.Alasan ia keluar bukan hanya passion dia terhadap dunia vocaloid, namun musibah distalking kehidupannya oleh wota saat ia menjadi member idola di jakarta. Bahkan ada wota yang melukai tangannya saat kegiatan handshake. Dalam lubuk hatinya,ia masih mau menjadi idol bersama teman-temannya namun yang membuat kecewa adalah sikap manajemennya yang tidak serius menangani kasusnya. Adanya tawaran kerja ke Jepang langsung ia ambil hingga ia keluar dari grup idola tersebut tanpa ada kegiatan graduation untuk dirinya.

Hari semakin sore,matahari mulai tenggelam.Jinan mengajak Marsha pulang ke indo menggunakan jet pribadiny yang standby di Padang.Marsha sebetulnya sudah punya tiket pesawat Padang-Jakarta untuk melapor atasannya di Jakarta,mendengar tawaran tadi,ia langsung ikut tanpa berpikir panjang. Mereka naik helikopter ke bandara tanpa perlu menunggu kapal mereka belabuh.

"Wah,kak Jinan sekarang kaya banget ya."Marsha terkesima saat ia masuk ke pesawat Jet Jinan.Jinan hanya tersenyum,Mereka disambut pengacara keluarga,Mr. Coldman. Pria paruh baya itu berbadan tambun dengan memakai kemeja krem dan dasi dengan corak hati. Cincin-cincin emas di jemarinya menunjukkan sifat eksenktrik dirinya.

"Pak Coldman sigap banget sudah sampai disini." kata Jinan

"Sebagai pengacara keluargamu,aku selalu siap termasuk membantu seorang ibu hamil" jawab Coldman dengan suara beratnya.Tangannya menyambut Jinan masuk ke dalam pesawat jet yang diikuti Marsha di belakangnya.

AmortentiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang