2. Welcome To Be Part Of My Life

333 67 13
                                    

"Btw gue nggak nyangka, lo ternyata.."

"Kenapa?" Belum selesai Juyeon ngomong, Eunseo udah menyela aja. Sebenarnya Eunseo tau, kemana arah ucapan Juyeon.

"Bakal melakukan hal itu. Sama cowok yang bukan suami lo." lanjut Juyeon.

Sial, Eunseo jadi kayak cewek nakal.
Padahal boro-boro melakukan, pacar aja nggak punya.

Tapi nggak apalah, demi uang.

"Emang lo kira gue kayak gimana orangnya..?" Eunseo bertanya menelisik.
Kepo juga, sebenarnya Juyeon menganggap dirinya itu sosok yang seperti apa.

Juyeon mengorek sebelah telinganya yang nggak gatal sebagai pelampiasan bingungnya.

"Gimana, ya,"

Juyeon mau ngomong polos, tapi kesannya gimana gitu.

"Ya cewek baik-baik."

"Lalu menurut lo sekarang, apakah gue bukan cewek baik-baik lagi..? Karna gue melakukan kesalahan itu..?"

"Nggak juga. Gue cuma nggak nyangka atas image lo dulu yang gue buat sendiri. Dan ternyata kenyataannya berbeda. Tapi bukan berarti lo jadi bukan cewek baik-baik."

"Lo bisa memperbaiki diri, justru dari kesalahan itu. Lo bisa menjadi cewek baik-baik, bahkan versi paling baik, dari kesalahan yang lo punya. Dan sekarang, itu semua kembali ke lo."

Eunseo cukup terpukau dengan jawaban itu.
Juyeon tidak menghakiminya atas  keadaan–rekayasa— yang bejat itu.
Juyeon juga tidak memarahi, merasa jijik, atau mengoloknya.

Ih, bego!
Jangan, Seo!
Lo suka dia tuh dulu!
Sekarang udah enggak!
Jangan baper!



Suasana apartemen Eunseo rasanya seperti ada yang berbeda.
Kehadiran Juyeon untuk pertama kalinya, setelah cowok itu mendeklarasikan dirinya untuk  menafkahi dan menjadi ayah dari anaknya-- Ralat, anak jadi-jadiannya--
Membuat suasana apartemen yang tidak cukup luas itu jadi mencekam.


Lebih tepatnya, Eunseo yang deg-degan.


Ada bayi dan seorang laki-laki dewasa di apartemennya!

Kalau kak Bona tau, Eunseo bahkan tidak bisa mengira-ira akan seperti apa reaksinya.

Akankah senang karna Eunseo punya gandengan cowok tampan nan kaya sehingga dia tidak lagi menjadi beban keluarga—ah maksudnya beban diri sendiri sebab kini Mama sudah tiada.

Atau kak Bona justru akan mencaci Eunseo atas tuduhan hamil diluar nikah.

Entahlah, Eunseo capek.

Kak Bona sudah sibuk dengan urusan rumah tangganya sendiri dengan Kak Minhyun.

Eksistensi Eunseo di dunia ini bagi Kak Bona rasa-rasanya terus menerus menciut.






Cukup lama keduanya mengobrol, suara tangisan bayi––atau akan lebih tepat dikatakan suara bayi setengah balita, terdengar nyaring.

"Eh? Nangis!" Eunseo melotot kemudian melangkah cepat ke arah kamarnya.
Disusul Juyeon yang mengikuti langkah itu.



Satu langkah masuk ke dalam kamar milik Eunseo, Juyeon mundur lagi.

Rasanya aneh.

Dia bahkan baru bertemu Eunseo kembali setelah sekian lama tadi malam.
Dan kini, Juyeon bisa-bisanya dengan bebas masuk ke kamar yang tak pernah dia tapaki sebelumnya itu.
Pula dengan keberadaan Eunseo di dalamnya dengan seroang anak kecil berjenis kelamin perempuan yang sedang di gendong gendong.

Too Bad To Say HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang