5. Malam Pertama

278 60 37
                                    


Ada yang nungguin book ini nggak sih sebenernya.. ?
Jujur aku bingung, kayaknya nggak ada yang nungguin atau antusias baca book ini, tapi ternyata ada yang nagih juga.. nggak papa sih.. aku cuma jadi bingung aja.. aku update itu kalo semisal emang aku ada semacam jiwa yang masuk di book nya gitu loh (ehe ngomong apaan) intinya kalo aku sendiri antusias, ya aku bakal menulis.

Tapi karna kemarin aku belum ada feel yang cukup jadi aku nggak nulis book ini dulu karna nggak ada dorongan dalam diri sendiri, tapi kalo semisal kalian antusias buat baca, atau ada yang bener-bener pengen banget baca karna udah masuk ke dalam ceritanya, ya itu bisa jadi sebuah dorongan dari luar juga sebenarnya, cuma kan aku merasa kemarin itu nggak ada yang antusias atau nungguin, jadi aku belum lanjut lagi..

Jadi show me your enthusiast, kalo semisal nggak dilihatin, ya nggak apa-apa, tapi berarti mau nggak mau kalian nunggu aku nulisnya saat aku lagi antusias buat menulis book ini.. huhu mian

Udah gitu aja, maaf dan terimakasih udah baca ini dulu, selamat membaca! ^^ 👇




















"Kenapa sih?"
"Kayak sama siapa aja,"

Kinipi sih? Kiyik simi siipi iji.

Begitulah batin Eunseo. Nyinyir.

Hufh, Juyeon mana ngerti tentang perasaannya yang jadi amburadul.

Coba bayangin, sekarang Eunseo, Juyeon, dan Mihi bermalam bersama, di satu ruang yang sama, dan di ranjang yang sama.

Ini first night, Bre..

First night dimana ketiganya tidur bersama di apartemen Juyeon layaknya sebuah keluarga.

Eunseo mana bisa buat biasa aja?
Meski Juyeon selalu bilang.
"Gue nggak bakal gimana gimana kok, nih Mihi sebagai pembatas,"
"Santai aja.. kayak sama siapa aja,"
"Anggap aja rumah sendiri,"

Juyeon yang kepengen ditemenin Mihi buat ngerjain skripsi meminta buat Mihi dibawa ke apartemennya. Eunseo izinin lah, mau nggak mau. Sebab mau gimanapun, Juyeon udah resmi punya hak buat 24/7 sama Mihi juga. Tetapi yang bikin Eunseo jadi amburadul adalah ketika Juyeon meminta Eunseo buat tidur di apartemennya juga. Katanya,

"Mau gimanapun, seorang ibu harus ada di dekat bayinya,"

"Eh, hehe enggak kok? dulu sepupu gue pas masih bayi nggak di dekat mamanya kok, malahan di dekat ayahnya aja. Nggak papa tauu, kalo misal nggak sama mamanya, takut bosen kan anaknya hehehe,"

Mana ada bayi bosen sama Mak nya.

Eunseo mencoba mengelak, walau malah terlihat kayak orang bego.

"Emang mamanya kemana?"

"Ke Rahmatullah..."
"Nggak terselamatkan waktu melahirkan huhu" ucap Eunseo yang jadi agak terlihat sedih, mungkin teringat mendiang tantenya.

Ini cerita sedih sih, dan Juyeon berusaha buat respect, tapi kan???

Argh.

"Ya kan beda seo...."

Maksudnya ya kalo beda cerita gini nggak usah diceritain.

"Kalo lo ada, kenapa enggak? Gue mungkin terlihat sok iye di mata lo karna ngasih petuah ini itu, terserah sih.. lo mau anggap gimana. Tapi yang gue omongin ini bener, gue baca di mading jurusan gue, ada selebaran yang nulis kayak ginian gara-gara mothers day waktu itu,"

Lalu kemudian berakhirlah dengan.

"Oh... yaudah.."
"Gue ikut,"















Too Bad To Say HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang