"H-hah?"
"T-tau dari mana..?"
"Kak-"
Eunseo menutup panggilan yang ternyata sudah diakhiri sepihak terlebih dulu. Matanya berubah kosong.
Ya Tuhan..
ini gimana..?Eunseo merasa cemas. Jantungnya berdegup nggak beraturan.
"Seo..?" Juyeon yang ternyata berdiri di belakang Eunseo sejak setengah menit yang lalu menepuk pelan bahu Eunseo dari belakang dengan ragu ragu.
"Seo.. Lo kenapa?"
"Tadi siapa..?"Eunseo memutar tubuhnya dan menelan salivanya dengan berat.
"Ju," ucapnya yang terdengar seperti bisikan.
"Kakak gue tau tentang gue dan Mihi,"
"-dan lo,"Eunseo bicara dengan pandangan kosong ke bawah. "Dia lihat kita waktu di cafe waktu itu,"
"Jujur.. waktu itu emang gue sempet berantem kecil sama kakak gue. Dia sempet ada disitu sebelum lo dateng,"Juyeon mengernyit. "T-terus..?" tanyanya yang nggak mengerti dimana letak kesalahan atas sitausi ini.
"Terus dia minta penjelasan,"
"dan gue nggak tau,
"gue nggak tau mau jelasin apa,""Gue pasti akan dimarahi habis-habisan. Gue nggak peduli dia marah. Karena hidup gue juga nggak penting buat dia. Tapi gue bingung, gue harus jelasin apa, gue harus bilang apa, gue nggak tau.."
Eunseo berubah duduk dan mengawang."Jadi lo dan pacar lo belum pernah jelasin tentang ini?"
"Tentang kalian dan Mihi..?"Dan pertanyaan Juyeon hilang dihembus angin tanpa sebuah jawaban dari Eunseo.
"Yaudah."
"Biar gue yang tanggungjawab."
"Kamu siapa." tanya Kak Bona lugas dengan tatapan mata tegas.
Juyeon terdiam dengan bola mata bergetar yang nggak bisa ia sembunyikan. Rasanya ada yang menyerang bagian tegas dirinya hingga ia menjadi begitu lemah. Tetapi, Juyeon tetap berusaha berdiri kokoh di samping Eunseo yang terlihat memainkan jarinya dengan gugup . Sempat mengambil nafas sebelum mulai menjawab, pada akhirnya Juyeon bersuara. "Saya.." ucapnya menggantung. Bibir keringnya ia kulum dengan sedikit gugup.
Nggak Juyeon, lo harus ngomong dengan tegas. Lo harus.
"Perkenalkan saya Juyeon. Teman dari Eunseo."
"Kami pernah satu sekolah waktu SMA."
"Sekarang saya kuliah."
"Dan,"
"Ini,"
"Ini Mihi,"
"Anak saya,"
"Dan Eunseo,"Rasanya ada perasaan lega bercampur takut yang menyelimuti seluruh tubuh Juyeon kali ini. Manik mata bertautan dengan sangat kuat antara Juyeon dan Bona. Mengunci satu sama lain tanpa ada celah untuk beralih.
Plakkk!
Juyeon memejamkan matanya.
Satu tamparan berhasil mendarat di pipinya. Tetapi cowok itu berusaha untuk tetap berdiri seraya mengambil nafas yang entah mengapa perlahan hilang."Sebelumnya saya minta maaf atas semua kejadian yang menimpa Eunseo. Tapi saya-"
Plakkk!
"Maaf saya-"
Plakkk!!
"Kamu,"
"Kurang ajar ya." ucap Bona dengan tatapan matanya yang mengintimidasi."Kamu nggak bayangin, kalau anak kamu ini diperlakukan kayak gitu sama cowok nantinya?" ucapnya lagi seraya menunjuk Mihi dengan arah matanya.
"Mau? Mau anak perempuanmu ini ketemu cowok cowok brengsek kayak kamu?"
"Di mana sih akal anak anak muda jaman sekarang?"
"Susah ya? Jaga norma?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Bad To Say Hate
Fiksi UmumJuyeon menjadi benci, namun ia terlanjur sayang. Eunseo, cewek bersurai panjang dengan binar kaca di matanya itu, sudah menyembunyikan palung di antara indahnya samudera. Juyeon ft. Eunseo -semibaku