3. Sosok Juyeon

288 61 5
                                    


"Kok lo dateng lagi, sih.."

"Nggak boleh?"
"Emang jadwalnya harus dateng berapa hari sekali?"
Juyeon yang baru aja masuk ke dalam unit apartemen sederhana itu menaruh sepatunya pada sebuah rak kecil milik Eunseo.

"Ya nggak ada jadwalnya, sih.."

"Yaudah." jawab Juyeon sangsi.

"Bisa gue ketemu Mihi sekarang?"

"Ada, di kamar.." ucap Eunseo yang dibalas sebuah langkah cepat dari Juyeon. Cowok dengan balutan jaket hitam itu terlihat antusias untuk bertemu Mihi.

Juyeon segitunya banget pengen ketemu Mihi?

Eunseo bahkan nggak mengira, Juyeon akan berakhir seperti itu.


"Emang lo nggak kuliah..?" Eunseo nyeletuk di ambang pintu.

Juyeon yang sedang memandang-mandangi wajah Mihi nggak sedikitpun menoleh ke arah Eunseo.
"Gue udah semester akhir, nggak mesti ke kampus."

"Oiya, ya. Lo kan seangkatan sama gue.."  gumam Eunseo.

"Lo udah mulai skripsi juga?" tanya Juyeon kemudian.

"Gue aja udah putus kuliah."

Tangan yang semula mengusap-usap pipi Mihi yang tertidur pulas itu berhenti bergerak. Juyeon mengernyit, kemudian menoleh.

"Kenapa..?"

Eunseo melangkah masuk ke dalam kamar, lalu mendudukkan diri di sebelah Juyeon.

"Waktu itu.. lagi ada masalah keuangan, plus Mama gue sakit."

"Terus.. kegiatan lo sekarang ngapain?"

"Gue kerja di cafe."

"Lah? Terus Mihi?"

Eunseo belajar dari kesalahan kemarin, sekarang dia udah menyiapkan konsep hidup pura-pura—terkait misi Papa Juyeon— seperti apa yang akan dia tampilkan di hadapan Juyeon.

"Mihi gue titipin di tempat penitipan anak di deket cafe tempat gue kerja."

Padahal aslinya, sepeninggalan Papa Juyeon memberikan Mihi, Eunseo belum bekerja lagi. Sebab kebetulan waktu itu hari weekend.

Jadi, soal Mihi dititipkan itu, hanyalah bualan semata.

"As.. taga.." Juyeon mendesis.

Its like 'udah nggak punya bapak, ditinggal kerja mamanya pula.'
poor Mihi..






"Mulai sekarang Mihi dititipin ke gue aja. Sepulang lo kerja, gue anter kesini."

"Nggak ngerepotin emang..?

Meskipun kebersediaan Juyeon untuk merawat Mihi adalah salah satu tujuan yang Eunseo incar––sesuai perintah Papanya Juyeon— tetapi sebetulnya cewek itu juga penasaran tentang bagaimana bisa cowok seperti Juyeon bisa dengan mudah menyediakan waktunya untuk mengurus bayi yang bahkan bukan darah dagingnya sendiri.

"Enggak," jawab Juyeon.








"Kan gue ayahnya." lanjutnya.

Wow..
Eunseo terpana.

Kini ada banyak pertanyaan yang menyerang kepalanya.

Belum selesai Eunseo terpana, ada sebuah bel yang menginterupsi.
Eunseo buru-buru melangkah ke arah pintu.









"Besok pasti saya bayar, Bang. Tolong, tolong kasih waktu."

"Tolong.." Eunseo berulangkali membungkukkan setengah tubuhnya.

Too Bad To Say HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang