11. Priority

200 32 16
                                    

"Seo,"
"Temenin gue yuk,"

"Kemana?"

"Ketemu dospem di rumahnya, haduh sumpah gue agak nerveous mau bimbingan, soalnya gue ada yang nggak mantep sama tulisan gue, sebenernya.."

"Di metode penelitiannya itu loh, bikin cranky, gara-gara revisi kemarin sih jadi banyak yang diubah."

"Kapan?"  tanya Eunseo.

"Habis ini,"

"HaH?"

"Lah kenapa, kaget,"

"Enggak, nggak papa, maksudnya kirain besok gitu,"

Duh, gimana, Eunseo kan habis ini harus ketemu Taeyang.. Udah di-iyain juga.

Eunseo berpikir sejenak. Mau nggak mau harus ada yang direlain. 

Juyeon—Taeyang.. Juyeon—Taeyang.. Juyeon—Taeyang..

Taeyang aja. Rasanya Juyeon lebih berharga buat Eunseo saat ini.

Eunseo mengambil ponselnya dan mulai mengetikkan pesan.

Eh,
Sori ya
Gue ternyata nggak bisa dateng
Ketemuannya diundur aja

Yoo Taeyang
Oh..
Well..
Okey



Eunseo menutup ponselnya, kemudian beranjak buat mandi dan ganti baju. Oh iya, sejak saat itu, saat Juyeon meminta ia dan Mihi buat tinggal bermalam di apartemennya yang katanya buat nemenin ngerjain skripsi, Eunseo jadi mengangkut sebagian pakaiannya ke apartemen Juyeon. Pada kenyataannya memang akhirnya ia terjebak di apartemen Juyeon.
Keburu nyaman.
Berasa rumah sendiri..



"Udah?"

"Udah. Yuk,"

Juyeon melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Pengen ngebut tapi masalahnya bawa 2 anaknya yang harus dijaga sepenuh hati. Yang satu Mihi, yang satu bundelan kertas skripsi. Si dosen kalau bimbingan minta harus diprint dulu.

Lalu  juga ada Eunseo, tuh cewek suka nggak mau pegangan. Juyeon mau ngebut jadi mikir-mikir dulu.
Mau maksa dikira modus. Jadilah, kadang-kadang kalau pas kepepet Juyeon main asal gas yang kemudian dapat pelukan dari Eunseo—yang diikuti geplakan di punggung setelahnya.

"Seo, gue ngebut ya!" ucap Juyeon dari balik helm nya.

"Jangan!! Mihi tidur!" balas Eunseo yang suaranya balapan dengan semribit angin. Eunseo menilik Mihi yang terasa anteng di dalam gendongannya. Tetapi ketika Eunseo menyingkap sedikit gendongannya, rupanya Mihi nggak tidur. Mata bulatnya mengerjap menatap Eunseo dengan senyum yang seolah bilang "aku nggak tidur kok mama 👻"

Eunseo buru-buru menyingkap kembali kain gendongannya. Nanti kalau Juyeon tau, bisa ngebut dia. Eunseo nggak masalah kalo motornya motor bebek, tapi kalau motornya macam badannya Hongseok Pentagon gini Eunseo mana berani. Udah pasti bakal kejengkang kalo nggak pegangan.
















Sesampainya di rumah bapak dosen, Juyeon dan Eunseo melepas masing masing helm dan mulai berjalan mendekati teras.

Juyeon memencet bel yang ada di sebelah pintu. Satu kali, dua kali. Nggak dibukain juga.

Juyeon terlihat sedikit gugup dengan menggembungkan sebelah pipinya. Sementara Eunseo ikut gugup dengan terus mengamati pergerakan Juyeon.

Kalau Mihi sih asyik sendiri menelisik tanaman tanaman indah di pekarangan rumah pak dosen. Bayi itu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru pekarangan taman yang dapat dijangkau oleh matanya. Tubuhnya agak meronta dari gendongan Eunseo kala bayi itu terkikik melihat capung hinggap di daun. Menurutnya mengagumkan banget kali, ya.

Too Bad To Say HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang