M&M - Adopsi?

378 62 4
                                    

Setelah berbelanja perlengkapan bayi untuk Matcha, tidak lupa susu formula dan masker mini untuknya, Marvien menuju rumah Mba Ratih untuk mengembalikan tas bayi Aisha yang ditinggalkan di Apotek.

Marvien mengetuk pintu rumah Mba Ratih kemudian 1 menit kemudian, pintu itu terbuka, menampilkan mba ratih dengan daster rumahannya menggendong bayi perempuan imut, Aisha.

"Assalamu'alaikum, Mba Ratih." Marvien mengucapkan salam nya, ia tersenyum sambil menggendong Matcha.

"Iih lucu banget bayinyaa. Jadi ini, anak tetangga kamu Ca?" Ya, Ica adalah nama panggilan Marvien, baik semasa sekolah, hingga rekan kerjanya memanggil Marvien Ica.

"Hmm. Maaf ya mba jadi minjem baju dan perlengkapan bayi Aisha. Sebelumnya, aku juga mau minta maaf karena bohong soal bayi ini." Mba Ratih terkejut, ia terdiam, menunggu lanjutan cerita Marvien.

Marvien menceritakan asal usul Matcha yang sebenarnya kepada mba Ratih. Mba Ratih tentu kaget, ia menatap Matcha dengan prihatin.

"Jahat banget ya, orangtua nya, kalau ga mau tanggung jawab, ya jangan berbuat seenaknya. Kasian kan, bayi 1 bulan udah ditinggal orangtuanya, mana ga dikasih makan. Titisan Dakjal emang tuh orang."

Marvien tertawa kecil, Mba Ratih memang begitu, kadang mebgumpat tanpa tahu situasi.

"Lah mbak, kalo ortu nya titisan Dakjal, Matcha juga titisannya titisan Dakjal dong?"

"Oh iya ya? Eh ngga dong, bayi kan suci. Gue ngumpatin tingkah laku ortunya aja. Maafin tante ya." Matcha hanya tertawa gemas melihat ekspresi mba Ratih yang sedang mengelusnya.

"Terus, kalo polisi udah dateng, rencana kamu gimana ca? Mau diserahin aja gitu Matcha nya? Dibiarin dibawa ke panti asuhan kalo emang ga ada laporan penculikan bayi? Emang kamu ga kasihan sama Matcha?"

Ah iya,

Marvien melupakkan hal penting itu. Kalau seandainya Matcha diambil oleh polisi itu dan diserahkan ke panti asuhan, Marvien tidak rela. Ia sudah terlanjur menyayangi Matcha dan menganggap Matcha adalah darah dagingnya sendiri.

"Aku ga rela sih mba, kalo Matcha sampai harus masuk ke Panti Asuhan. Tapi aku juga ngga bisa seenaknya mba, aku harus nurutin peraturan, aku takut kalo ga ngelaporin ini ke Polisi, Matcha bisa jadi adalah korban penculikan. Aku nungguin kepastian dari polisi, kalo emang Matcha dibuang ortunya, aku siap buat adopsi Matcha."

Ratih menatap kagum Marvien, bahkan diusianya yang tergolong muda, apalagi ia dibesarkan sebagai anak tunggal yang biasanya manja, Marvien tergolong dewasa. Ia rela menanggung resiko membesarkan bayi yang tidak jelas asal usulnya.

"Yaudah, kalo emang itu keputusan kamu, mba cuma bisa berdoa, semoga kebaikan kamu dibalas tuhan. Kalau ada kesulitan ngurusin Matcha, kamu bisa bilang mba ya."

Marvien mengangguk dan berpamitan, lalu bergegas pulang karena Matcha sepertinya mengantuk, ia juga belum makan siang.

______

Tok tok tok

Terdengar ketukan pintu rumah Marvien sore ini. Kemungkinan itu adalah polisi yang menyelidiki laporan dari pak RT untuk kasus penemuan Matcha.

Marvien melenggang lalu membuka pintu rumahnya, terlihat 2 anggota kepolisian di depan teras rumahnya.

"Selamat sore. Kami dari petugas kepolisian Polda Metro Jaya, datang atas laporan ketua RT setempat, Bisa saya bertemu dengan saudari Marvien Indica?"
Polisi menyodorkan kartu nama dan surat tugasnya.

Marvien mengangguk.

"Iya, dengan saya sendiri, silahkan masuk pak."

Kedua polisi itu masuk dan mulai menginterogasi Marvien. Cerita penemuan Matcha pun disampaikan dengan rinci oleh Marvien, ia menunjukkan rekaman CCTV yang ia peroleh dari pak RT tadi pagi.

MACAROON & MOMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang