"Tidak ada laporan anak hilang 6 bulan terakhir di Jakarta.Bayi ini berusia 4 bulan, kemungkinan orangtua anak ini sempat menjaganya beberapa bulan setelah kelahiran. Dan lagi, Bayi ini juga tidak nampak seperti bayi yang diculik."
"Kami juga sudah mengecek DNA bayi, tidak cocok dengan laporan kehilangan bayi di beberapa daerah." Polisi tersebut menyerahkan hasil tes DNA Matcha dengan kasus kehilangan bayi dari beberapa daerah di Indonesia. Dan hasilnya.. memang tidak ada yang cocok.
Marvien termenung, entah harus senang atau sedih, sebetulnya, ia kasihan kepada bayi di gendongannya. Nasibnya begitu miris, disisi lain, ia tak ingin kehilangan bayi ini.
"Bagaimana? Apakah saudari akan mengadopsi bayi ini? Kami tahu, anda belum memiliki suami. Resiko lainnya seperti pandangan masyarakat terhadap bayi ini juga akan berat. Jika memang anda tidak sanggup, kami akan mencari Panti Asuhan yang dapat mengurus bayi ini."
Marvien terdiam, meyakinkan dirinya. Genggaman tangan Yuna menguat, Marvien menganggukkan kepalanya, Ia yakin sekarang.
"Saya sanggup pak. Akan saya urus surat adopsi serta akta kelahirannya."
Semua yang ada di ruangan tersebut terharu akan keputusan yang diambil Marvien. ya, dia baru bersama dengan bayi itu selama seminggu, namun Marvien sudah menyayanginya layaknya anak kandung sendiri.
______
Tuk tuk tuk..
Marvien mengetuk-ngetuk pulpen di tangannya. Ia telah menyelesaikan surat pemesanan obat Narkotika. Mereka kini tengah berada di Apotek. Kini, gadis berambut pendek itu kebingungan, bagaimana caranya menghubungi kedua orang tua nya?
Hell,
Ia bukan membuat keputusan kecil untuk membeli mobil atau mengadopsi anak kucing. Masalahnya, ia mengadopsi bayi manusia. Ia benar-benar melupakan orangtuanya. Ia terlalu sibuk dan excited dalam mengurus Matcha.
"Aguaguamamama, waa. akhgagaga." Bayi itu bergumam sambil berusaha untuk merangkang.
Perkembangan Matcha memang cukup cepat, di usianya yang ke-4 bulan, bayi itu sudah bisa tengkurap dan berusaha merangkang.
"Iya sayang, makasih. Moma bakal berusaha ngeyakinin mama papa."
_____
Marvien berencana membuat Macaroon untuk kedua orangtuanya. Dalam rangka sogokan agar omelan mereka tidak terlalu panjang. Ia dan Matcha bersiap pergi ke Supermarket terdekat untuk belanja keperluan untuk membuat Macaroon.
"Hand sanitizer udah, masker udah, tas bayi udah. lengkap juga semuanya."
Matcha digendong dengan alat gendong yang dibeli bersama perlengkapan bayi untuk Matcha, tak lupa ia juga sudah membeli baby seat untuk Matcha.
"Leggoo!!!"
Matcha hanya menatap Marvien yang mengacungkan tangannya. Bayi buntal itu sedang sibuk memakan biskuit bayi yang ada di genggamannya.
"Gini ya rasanya dikacangin anak sendiri."
Ibu dan anak itu berangkat, tak lupa memasangkan seatbelt untuk Matcha.
Sesampainya di supermarket, Marvien segera mengambil troli belanjaan, tak lupa ia menyemprotkan alkohol untuk sterilisasi pegangan troli yang ia ambil di Apoteknya.
Ia tetap menggendong Matcha, takutnya banyak bakteri dan virus lain di tempat duduk troli walaupun Matcha sudah dapat duduk dengan sempurna, ukuran badannya masih cukup kecil untuk diletakkan di tempat duduk bayi pada troli belanjaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MACAROON & MOMA
FanfictionON GOING Marvien yang merupakan anak tunggal yang tidak berpengalaman mengurus seorang adik tiba-tiba harus menjadi seorang ibu untuk bayi menggemaskan yang ia temukan di depan pintu rumahnya. "HAH! BAYI SIAPA NIH?" Jae, GM genius yang mampu mencap...