Pagi ini, Yuna, Mia, dan Dika datang untuk Membantu Marvien mengurus matcha - (re : bermain).
"Eh gue sampe lupa. Ada undangan reuni buat lo, buat besok. Tadi siang gue sempet ketemu sama Jae, itu loh, Jake Evan, ketua osis angkatan kita."
Shit, Jae lagi.
Kertas undangan reuni SMA Nusantara angkatan 53 dengan desain unik disertai logo angkatannya. Di depan undangan tersebut, tertulis nama dan fotonya yang diambil dari buku tahunannya. Reuni tersebut akan diadakan hari minggu besok.
"Dadakan banget, gue gatau bisa dateng atau ngga, apalagi sekarang ada Matcha. Masa gue bawa kesana."
"Nah ide bagus tuh." Dika menjentikkan jarinya, laki-laki itu tengah bermain trik sulap dengan Matcha.
Marvien mengernyitkan dahinya. Ide bagus apanya. Yang ada Marvien dikira nikah muda, terus dicerca pertanyaan yang aneh aneh dari temannya. Belum lagi, ia belum memiliki suami. Apa kata teman-temannya nanti?
"Ya lo bawa aja Matcha, kenalin dia sebagai anak lo. Bilang aja Bapaknya udah meninggal atau lo cerai kek gitu. Toh Matcha juga sebentar lagi bakal jadi anak lo. Emang lo ga malu apa? Temen kita yang lain udah pada bawa anak cuy." Mia memberi saran.
Marvien menggeplak tangan gadis itu.
"Lah lo juga sama oneng.. belum ada anak. Lagian mereka nanti nanyain kapan gue nikahnya. Kok ga ngundang mereka. Ah males. Mending gue rebahan aja sambil nonton zombie."
"Yeeh elu. Udah gapapa. Nanti gue belain deh. Yaah bawa Matcha. Kita-kita an ga lengkap kalo tanpa lo. Please.. lo mesti ikutan pokoknya titik. Besok jam 7 malem gue jemput. Kita berangkat bareng. Gaada penolakan. Bye. Gue balik dulu."
Yuna menyerahkan Matcha yang tadi ada di gendongan Dika, kemudian ia menarik tangan Mia dan Dika dengan paksa. Gadis itu bergegas menuju pintu rumah Marvien dan menutupnya. Tak lama, deru mobilnya terdengar.
"BYE ICAA. INGET JAM 7 MALEM. DANDAN YANG CANTIK. BABY BOY JUGA JANGAN LUPA DIBAWA."
Marvien menghentakkan kakinya kesal.
Kebiasaan
________
Hari Minggu telah tiba, Marvien sejujurnya bingung harus ikut atau tidak ke acara reuni. Sebelumnya, ia sempat berjaga di apotek pagi ini. Selagi ia bekerja, Matcha dititipkan di rumah pak RT. Bu RT dengan senangnya bersedia mengurus Matcha hingga Marvien pulang dari Apotek.
Fyi, karena Marvien kerja di 2 Apotek, dia kerja sebagai Apoteker Pendamping di Apotek Sahati Farma milik sahabatnya semasa kuliah, dan sebagai pemilik Apotek sekaligus APJ di Apotek miliknya, Indica Farma. Dia bagi Hari Minggu-Rabu di Apotek miliknya, dan Kamis-Jumat di Apotek Sahati. Sementara hari sabtu dia libur.
Yuna tiba di rumah Marvien pukul 6 sore. Ia membantu memakaikan baju pada Matcha, sekaligus membuatkan susu formula untuk bayi gembul satu itu.
"Yun, awas aja ya, kalo sampe gue ditanyain yang ngga ngga sama mereka." Ujar Marvien sambil merapikan tas bayi Matcha.
Di dalamnya sudah ia isi popok, 1 stel baju ganti, susu formula, hand sanitizer, botol susu, bedak bayi, tisu basah, dan keperluan lainnya.
"Gue ga janji yaa. Hehe."
"Ih kaann. Dah lah gue ga ikut. Sono lo pergi sama Dika aja. Ntar gue jadi nyamuk pula." Marvien merengek, ia terlihat kesal dan menaruh tas bayi Matcha ke tempatnya semula.
"Eeh ngga ngga. Iya, nanti gue bantu jawabin. Dah yaa, cup cup. Malu tau, Matcha aja anteng terus ga kaya emaknya." Matcha terkekeh, seolah menyetujui ucapan tante nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MACAROON & MOMA
FanfictionON GOING Marvien yang merupakan anak tunggal yang tidak berpengalaman mengurus seorang adik tiba-tiba harus menjadi seorang ibu untuk bayi menggemaskan yang ia temukan di depan pintu rumahnya. "HAH! BAYI SIAPA NIH?" Jae, GM genius yang mampu mencap...