10*

4.1K 566 33
                                    

Enjoy
.
.
.
.
.
.

Sebenarnya




Dengan sedihnya Author mau bilang kalau Author mau...




























































Hiatus...

















































































































Eh, gk jadi 😅













Enjoy
.

.......................................................................

"Wei Ying, ayo sarapan." ujar Lan Wangji sambil menggoyangkan tubuh suami manisnya yang masih tertidur lelap di kasur.

"Hm, 5 menit lagi, Shimei."

Lan Wangji menghela nafas, selalu saja begini. Kalian tahu Lan Wangji tidak terlalu suka ketika Wei Wuxian bergumam nama kakak iparnya, Bisa dikatakan dirinya cemburu akan hal itu.

Dengan tenangnya Lan Wangji menggendong Wei Wuxian menuju kamar mandi dan meletakkan tubuh suami manisnya di bathroom.
Perlahan Lan Wangji membuka pakaian piyama milik Wei Wuxian.

'Bolehkah dirinya khilaf? Yang ada di bawah sudah mengeras sejak ia meletakkan suaminya yang tidur di bathroom.'

Ingat, Lan Wangji tidak akan menerkam suaminya yang masih tidur manis itu. Ia sungguh tidak mau kejadian lalu terulang di mana dirinya terusir dari rumah sendiri karena mencium Wei Wuxian tiba-tiba.

Dengan telaten Lan Wangji memandikan Wei Wuxian, tentu dengan menahan hasrat.
Setelah selesai dengan acara yang meng-ambyar-kan iman Lan Wangji tadi, kini ia memakaikan baju pada Wei Wuxian.

Kalian tahu, sejak dimandikan sampai dikenakan baju Wei Wuxian tidak terusik sedikit pun. (Ini namanya rajanya kebo😴😋, heran aing masak kena air kagak bangun, udhlh bomat)

Lan Wangji kemudian menggendong Wei Wuxian menuju ruang makan yang ada di lantai bawah. Ia meletakkan Wei Wuxian pada salah satu kursi makan.

Wei Wuxian mulai membuka matanya karena bau enak dari kepulan asap makanan di hadapannya.
Matanya seketika berbinar bahagia. "Aiya, sapi panggang! Uwaahhh... Ada ramen pedas juga, lope u Lan Zhan ku."
"Me to." Lan Wangji menyerahkan mangkuk berisi nasi pada Wei Wuxian yang terlihat sudah tidak sabar ingin memakan makanan yang ada di meja.

"Lan Zhan, Lan Zhan, Lan Zhan!!! Kau tidak ikut makan ramennya?" tanya Wei Wuxian yang melihat Lan Wangji yang hanya memakan sup seperti biasanya.
Lan Wangji menggeleng pelan.
"Pedas." Wei Wuxian mengangguk paham jika Lan Wangji tidak menyukai pedas. "Kalau tidak suka pedas, setidaknya makan daging sapi panggangnya," Wei Wuxian memberikan beberapa potong daging sapi panggang di mangkuk Lan Wangji.

"Tubuh juga butuh asupan nutrisi hewani." lanjut Wei Wuxian kemudian mengunyah kembali makanan miliknya. Lan Wangji hanya menjawabnya dengan deheman seperti biasa dan disertai dengan kedua telinganya yang mulai memerah.

Setelah selesai acara makan-makan, Wei Wuxian mengantarkan Lan Wangji sampai ke depan. "Hati-hati, nanti kalau pulang jangan lupa bawakan aku cemilan." ujar Wei Wuxian sambil meraphikan jas yang dikenakan Lan Wangji.

"Tentu, aku berangkat." Lan Wangji mengecup kening, pipi dan terakhir bibir Wei Wuxian. Tenang ini hanya kecupan kecil kok.
Lan Wangji bergegas pergi masuk ke dalam mobil meninggalkan Wei Wuxian yang masih mematung karena kecupan ringan suaminya tersebut.

Ketika mobil yang dikendarai Lan Wangji mulai menjauh wajah Wei Wuxian baru terlihat jelas berwarna merah seperti tomat.

"Kyaaa!!! Apa-apaan, nih jantung kek mau copot! Hah, Lan Zhan." jerit Wei Wuxian sambil memegang dadanya karena detakan jantung yang tidak normal. "Bagaimana kalau suatu saat aku tidak bisa melepasmu, Lan Zhan?" gumam wei Wuxian sebelum akhirnya menjedotkan dahinya ke tembok.

"Sepertinya aku memang sudah jatuh hati dengan suamiku, jadi gak tega buat ninggalin kehidupan ini."  keluh Wei Wuxian dengan senyum yang dipaksakan.
.
.
.
.
  "Wanyin, bangun, sudah pagi." Lan Xichen yang baru saja selesai mandi dengan halus membangunkan Jiang Cheng yang masih berkencan dengan selimut dan bantal.

"Hm, aku bangun." ujar Jiang Cheng mencoba duduk dengan mata terpejam dan mencoba untuk mengumpulkan nyawanya yang masih berkeliaran di alam mimpi. "Lan Huan, kau siap-siap sana, kubuatkan sarapan." ujar Jiang Cheng yang kini sudah berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci wajah dan gosok gigi.

Kali ini Jiang Cheng hanya memasak makanan sederhana. Sup mie dengan kaldu ayam yang lumayan lezat.
Jiang Cheng menuangkan segelas teh hijau pada cangkir putih dengan emot ikan pari tersenyum milik Lan Xichen.
Sedangkan dirinya hanya menuangkan susu dingin ke dalam cangkir berwarna ungu dengan emot kucing lucu.

Sarapan diselesaikan dengan mulus seperti jalan tol. "Wanyin, mungkin nanti aku akan pulang telat, jadi kau tidur saja duluan tidak usah menungguku pulang seperti biasanya." jelas Lan Xichen sambil memasangkan dasi pada kerah lehernya. Jiang Cheng yang baru saja membereskan piring kotor menatap Lan Xichen yang sedikit kesulitan memakai dasi, Ia pun berinisiatif untuk membantu.

"Hm, tak apa kau pulang telat yang penting jangan lupa untuk makan tepat waktu." ujar Jiang Cheng yang kini sudah fokus membantu Lan Xichen mengenakan dasinya. Lan Xichen menatap dalam-dalam wajah Jiang Cheng yang serius memakaikan dirinya dasi itu terlihat manis.

"Wanyin, kau manis." ungkap lembut Lan Xichen membuat Jiang Cheng terhenti sesaat sebelum akhirnya malah menarik dasi Lan Xichen kuat sehingga membuat pemiliknya mengaduh kesakitan karena tercekik dasi.

"Masih pagi! Gak usah ngegombal!" kesal Jiang Cheng dengan memalingkan wajah. Lan Xichen hanya tertawa ringan setelah mengaduh karena tercekik tadi, suami manisnya benar-benar manis ketika malu.

Jiang Cheng mengantarkan Lan Xichen sampai ke depan. "Jangan lupa jaga pola makan, jangan jelalatan ama yang lain." celetuk Jiang Cheng dengan bibir sedikit dipautkan membuat Lan Xichen gemas. "Iya, iya aku mengingat baik ucapanmu ini," ujar Lan Xichen sebelum mengecup kening Jiang Cheng. "Aku berangkat." Lan Xichen tersenyum sebelum berangkat menggunakan mobil miliknya meninggalkan Jiang Cheng yang sudah memerah wajahnya dengan tangan kanan memegang kening bekas kecupan Lan Xichen.

"Sialan! Ngapa aku malah deg-degan, sih?" gumam Jiang Cheng sambil menggigit jari telunjuknya. Apa yang dilakukan lan xichen itu benar-benar membuat jantungnya berdetak kencang, tapi rasanya begitu menyenangkan apalagi dengan senyuman Lan Xichen yang seperti dewa.
Membuat Jiang Cheng semakin bahagia. "Apa begini ya yang rasanya berkeluarga?" tambah Jiang Cheng sebelum masuk ke dalam rumah.

Perasaan seperti itu terus saja muncul dalam hatinya yang paling dalam. Ia jadi merasa bersalah karena bersikap dingin pada Lan Xichen.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
  Terlihat aura menyenangkan keluar dari dalam duo Lan dan membuat orang-orang yang melihat mereka menatap dengan terheran-heran.

"Ini laporan yang kalian inginkan," Ujar asisten wanita kepada duo lan tersebut sambil menyerahkan map coklat kepada mereka. "Dan semua masih stabil seperti yang lalu-lalu."

"Hm, terimakasih atas laporannya, A-Qin." ujar Lan Xichen dengan senyum yang tidak lepas dari wajah tampannya.

Asisten wanita itu mengangguk sebelum akhirnya mengundurkan diri dari ruangan duo Lan itu.

Tbc...

........................................................................

Maaf kalau banyak typo dan makin gaje nih ceritanya.
Maaf juga buat awalan tadi, aing gabut soalnya.
Jangan lupa vote dan komen.
Sampai jumpa di bab selanjutnya.

Beliving Dream [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang