3*

6.3K 800 28
                                    

Enjoy aj bacanya
.
.
.
.
.
.

...........................................................

"Sudahlah A-cheng, anggap saja itu hanya bunga tidur." sahut Xue Yang sang editor.
"Hanya katamu?! Asal kau tahu a-yang semua terlihat begitu nyata! mimpi itu aku dan Wei Wuxian alami sudah seminggu ini!"
Teriak Jiang Cheng frustasi. Jika dilihat lebih dekat terlihat bahwa lelaki Jiang itu memiliki lingkar kantung mata yang cukup hitam di wajah manisnya.

"Aku dan Wei Wuxian sampai berusaha tidak tidur 4 hari lalu, karena mimpi konyol itu." Jiang Cheng mencondongkan tubuhnya di meja editornya. Membuat Xue Yang sedikit mendorong punggungnya ke sandaran kursi kerjanya.

"Tenang kawan, tenang, tarik nafas perlahan kemudian keluarkan dengan tenang pula." ujar Xue Yang berusaha menenangkan penulis berbakat itu.
Jiang Cheng menghela nafas pelan, ia menuruti ucapan Xue Yang tadi.
Setidaknya sekarang perasaan dan pikirannya mulai tenang.

"Baiklah, aku akan meliburkanmu dua bulan penuh tanpa jadwal, aku tak ingin kau semakin kacau dengan masalahmu yang bisa memengaruhi kinerjamu ini, jadi selesaikan masalahmu itu." Xue Yang memberikan sebuah amplop berisi surat tentang liburan Jiang Cheng kali ini.
Xue Yang tak tega melihat Jiang Cheng sekarang yang penuh dengan tekanan dari cerita anehnya. Padahal biasanya pemuda Jiang itu tak peduli dengan masalah diluar kerjanya. jiang Cheng menghela nafas berat setelah menerima surat itu sebelum akhirnya pergi dari ruangan editor.

Xue Yang hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan. Ia tak bisa membayangkan bagaimana nasib saudara Jiang Cheng yang bekerja sebagai dokter di rumah sakit keluarga Wen. Xue Yang yakin mungkin keadaan dokter absurd itu sebelas dua belas dengan penulis andalannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Wei Wuxian menghela nafas lelah. Dia hanya memandangi segelas kopinya yang sudah mendingin dua jam lalu. Hari ini ia benar-benar tak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya bahkan beberapakali ia juga ditegur oleh Wen Qin, dokter sekaligus wakil kepala rumah sakit ini.

Kali ini ia hanya disuruh memilah dokumen lama dengan yang baru.
Ia tahu pekerjaan ini termasuk salah satu cara Wen Qin menegur pekerja rumah sakit agar bisa tenang dan merenungkan diri dengan masalah mereka.

Wei Wuxian menggeleng kepalanya pelan. Ia mengurut pangkal hidungnya lelah. "Astaga, ada apa dengan diriku?" gumam Wei Wuxian sebelum menatap layar komputer yang sudah berwarna hitam. Terlihat bayangan Wei Wuxian yang menunjukkan lingkaran kantung mata Wei Wuxian yang mirip seperti panda akibat stres dan kurang tidur.

"Hah, aku lelah, mengantuk, tapi aku tak ingin tidur,hisss...kenapa lelaki itu slalu datang dimimpiku?" gumam Wei Wuxian yang terlihat kacau. Sejak awal mimpi bertemu lelaki datar itu Wei Wuxian menjadi slalu memimpikannya setiap kali ia memejamkan mata untuk tidur.

Bayangkan saja, jika kau bermimpi bertemu dengan orang yang sama selama seminggu ini. Bukan hanya di malam hari, tapi juga siang hari, bukankah hal itu aneh? Seolah mimpi itu sedang mengisyaratkan sesuatu yang harus dimengerti oleh dirinya.

"Jangan melamun disaat bekerja." suara bernada sinis milik Wen Qin berhasil menyadarkan Wei Wuxian dari pikirannya.

Wei Wuxian menatap wanita muda berwajah cantik yang slalu masam. Andai Wen Qin slalu tersenyum dan bisa menghilangkan sifat galaknya itu, bisa dipastikan ia akan diburu banyak lelaki seperti Jiang Yanli.
Tapi, sayangnya wanita ini malah menjelma sebagai titisan iblis, namun masih memiliki secuil hati malaikat.
Dan anehnya mengapa sepupu Wei Wuxian bisa tergila-gila dengan wanita jelmaan iblis ini? Hah? Oh, astaga bagaimana bisa seekor kucing jatuh hati dengan iblis?

Beliving Dream [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang