11*

3.7K 548 40
                                    

Enjoy.

.
.
.
.
.
.
.
...........................................................

"Wei Ying," bisik Lan Wangji sambil memeluk suami manisnya dari belakang ketika lelaki yang lebih kecil dari dirinya itu sedang melakukan ritual pagi, gosok gigi. "Geli, hentikan, Lan Zhan!" balas Wei Wuxian sambil menahan kepala Lan Wangji yang mulai mengecup perpotongan lehernya. "Morning kiss, sudah lama." bisik Lan Wangji di telinga wwei Wuxian.

Wei Wuxian membeku sesaat sebelum mengangguk. "Ya, nanti, biarkan aku menyelesaikan ritual pagi."
Lan Wangji melepas pelukannya kemudian ikut mengosong gigi di samping Wei Wuxian.
Mereka melakukan kegiatan pagi itu dengan tenang tanpa ada keributan.

Lan Wangji lebih dulu keluar meninggalkan Wei Wuxian yang kini tengah sibuk mencuci wajahnya dengan sabun muka. "Tadi itu apa?" monolog Wei Wuxian ketika menyadari sebuah keanehan ketika suami semunya berada di sebelahnya tadi.

Sudah tidak terasa Wei Wuxian menghabiskan waktu di dunia mimpi ini mungkin sekitar lima bulan. Ia sering berpikir jika sekarang ini dirinya ada di dunia nyata, tetapi melihat kenyataan tentang dirinya yang seorang dokter masih terekam jelas di ingatannya. Wei Wuxian menghela nafas pelan sambil memikirkan keanehan yang ia lihat.

Wei Wuxian menatap dirinya dalam cermin kamar mandi sambil berkata pada bayangannya sendiri. "Apa kami akan segera pulang?"

***

Wei Wuxian berlari seperti biasa menuju meja makan yang di mana terdapat lan wangji tengah menyiapkan sarapan pagi ini.

"Lan Zhan!!!" Lan Wangji langsung menangkap suami mungilnya dalam pelukan hangat. "Hati-hati." Wei Wuxian yang mendengar hal itu hanya bisa tersenyum lebar tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. "Hei, Lan Zhan, bagaimana jika aku hilang dari sisimu?" tanya Wei Wuxian tiba-tiba membuat Lan Wangji yang semula ingin melepaskan pelukan terhenti.

Lan Wangji kembali memeluk erat pinggang ramping Wei Wuxian. "Wei Ying jangan hilang, aku takut." Wei Wuxian terkekeh pelan mendengar jawaban Lan Wangji yang seperti anak kecil yang takut kehilangan ibunya. "Hahahaha!!! Aku bercanda, Lan Zhan, jangan kau anggap serius."

Lan Wangji terdiam, membiarkan lelaki manis yang ada di pelukannya ini untuk tertawa hingga puas sebelum akhirnya ia menghentikan tawa Wei Wuxian dengan ciuman.

"hhmm!!! Lan Zhan!" Wei Wuxian melepas tautan bibirnya dengan paksa, ayolah ini masih pagi dan Lan Wangji sudah dengan mesumnya mencium dirinya, jangan lupakan salah satu tangan kekar itu yang sempat masuk ke dalam piayamnya.

"Mesum! Ini masih, pagi." kesal Wei Wuxian sambil memanyunkan bibirnya ketika selesai berciuman
"Jangan menggodaku lagi atau kucium nanti."

Wei Wuxian menjulurkan lidahnya mengejek Lan Wangji dan seolah tidak peduli dengan peringatan tersebut.
"Wei Ying, aku pulang lambat."

Wei Wuxian mengangguk akan penjelasan Lan Wangji. Sungguh dirinya tidak apa-apa jika Lan Wangji pulamg terlambat karena dengan begitu ia bisa meminta Jiang Cheng untuk membuat atau mungkin mengajaknya makan malam di luar.

***

Wei Wuxian melambaikan tangan mengiringi kepergian mobil lan wangji yang mulai menjauh dari rumah. "Karena sekarang libur bekerja sebaiknya apa yang harus kulakukan?" monolog Wei Wuxian mulai membaringkan diri pada sofa panjang ruang tamu. "Aku jadi rindu bekerja di rumah sakit." Wei Wuxian memejamkan matanya sambil menghela nafas berat jika mengingat pekerjaan sebenarnya.

Tunggu ia mengingat satu hal, satu hal yang harus ia beritahukan ke pada Jiang Cheng. Wei Wuxian hampir saja melupakan hal ini, ia harus segera menghubungi kakak iparnya itu tentang apa yang ia lihat pagi ini di kamar mandi.

Hayo....hayo, ada yang bisa nebak mami Wei tadi liat apaan? -Author.

.
.
.
.
.
.
"Lan Huan! Sarapan sudah siap!!!" teriak Jiang Cheng dari ruang makan. Lima bulan lamanya bersama Lan Xichen membuat Jiang Cheng terbiasa memanggil suaminya dengan nama kecil. "Iya, aku datang." ujar Lan Xichen yang mendekati meja makan sambil membenarkan jam tangannya.
Segera Jiang Cheng mendekati Lan Xichen. "Diam! dasimu belum benar." Lan Xichen tersenyum simpul melihat perhatian sang suami galaknya setiap pagi.
"Itu bekal untuk mu di kantor." Jiang Cheng menunjuk kotak makan yang tidak jauh dari hadapan Lan Xichen.
Lan Xichen mengangguk pelan sebelum duduk di kursi yang berhadapan dengan Jiang Cheng. Ia meraih cangkir yang berisikan teh sambil membaca berita di tablet miliknya. "Wanyin, kemungkinan aku akan pulang sedikit terlambat jadi tidak usah menungguku untuk makan malam." Jiang Cheng mengangguk akan penjelasan jadwal Lan Xichen sambil mengunyah potongan kentang ke dalam mulut kecilnya.

"Ngomong-ngomong kenapa di sini tidak ada cermin?" tanya Jiang Cheng santai, ya mengingat hanya ada satu cermin di rumah ini, yaitu di kamar mandi.
Hanya ada cermin itu di rumah ini, bukankah biasanya akan banyak cermin walau kecil ukurannya di rumah sebesar ini?

"Kata siapa tidak ada, itu di kamar mandi." Jiang Cheng mendegus malas, seharusnya mendengar jawaban Lan Xichen yang sudah ia duga. "Sudahlah, lupakan saja."

Lan Xichen terkekeh pelan melihat suami manisnya yang sepertinya terlihat kesal. Sungguh mengemaskan, rasanya ia jadi malas pergi ke kantor jika melihat aksi manis suami tercintanya ini. "Jangan menatapku seperti itu, bodoh! Kau terlihat mesum." Lan Xichen tertawa canggung mendegar ucapan Jiang Cheng, sepertinya si Sulung Lan ini menatap si Kucing Ungu terlalu intens dan membuat Jiang Cheng tidak nyaman.

***

"Akhirnya pergi juga." ujar Jiang Cheng bernafas lega ketika mobil Lan Xichen sudah pergi jauh dari pekarangan rumah. Ia berpikir untuk melanjutkan membaca novel yang dulu sempat dibeli saat kencan atau mungkin acara romantisnya bersama Lan Xichen ketika di bazar buku dulu.

Jiang Cheng merenggangkan sendi-sendi di badannya ketika sudah menyiapkan satu buku novel, snack rasa coklat, dan segelas air hangat.
Ah, rasanya nikmat sekali dunia ini.

Baru dirinya membuka novel di tangannya suara pengganggu terdengar jelas di gendang teilnganya belum lagi suara membuka pintu yang begitu kasar.

"SHIMEI!!! KAU DI MANA!!!AKU ADA BERITA PENTING!!!"

Jiang Cheng mendegus mendengar teriakan Wei Wuxian yang persis toak. Ia hanya ingin menikmati hari libur bekerja di cafe dengan membaca novel saja, kenapa begitu sulit sekali ya, Tuhan?!

"BERHENTI BERTERIAK, BODOH!!!" sahut Jiang Cheng ketika Wei Wuxian sudah menemukan dirinya yang sedang mulai bersantai di ruang keluarga.

Tanpa rasa bersalah Wei Wuxian tersenyum lebar sambil melangkah menghampiri Jiang Cheng. "Shimei, kau tahu tidak tadi aku mengalami hal aneh."

"Berhenti memanggilku begitu, palingan cuman fantasimu saja."

Wei Wuxian memajukan bibirnya kesal melihat reaksi Jiang Cheng yang terlihat dingin dan cuek. "Aku melihat sesuatu yang aneh ketika gosok gigi pagi ini." Wei Wuxian mulai mendekatkan diri pada telinga Jiang Cheng dan membisikkan sesuatu yang membuat Jiang Cheng langsung memukul pucuk kepala Wei Wuxian dengan novel.

"Ini masih pagi untuk bercerita horor, bodoh!" Wei Wuxian mengusap kepalanya yang menjadi korban kesayangan tangan Jiang Cheng. "Aku berkata benar! Lagi pula apa kau tidak mencurigai hal-hal yang berhubungan dengan cermin yang ada di sini?" seketika ucapan Wei Wuxian membuat Jiang Cheng terdiam.

Tbc.
........................................................................
Author akhirnya balik lagi setelah sekian lama gk updet karena terlalu fokus ama game.

Belum lagi karena sinyal jelek dan wifi tetangga rusak jd gak bisa nebeng.

Udhlh, jgn lupa komen dan vote cerita gaje ini. Maaf kalai banyak typo dll.

Jumpa bsk lagi!!!

Beliving Dream [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang