14*

3.8K 576 92
                                    

Enjoy
.

.
.
.
.
.
.
.
...........................................................

Jiang Cheng menghela nafas ketika menatap pagar besi rumah mewah yang menjulang tinggi di hadapan mereka.
Benar, Jiang Cheng tidak sendiri, ia bersama Wei Wuxian padahal setelah melihat foto tersebut Jiang Cheng berniat tidak akan menemui orang dalam foto itu, berbeda dengan Wei Wuxian yang keras kepala ingin menemui orang tersebut dan memukul wajah mereka.

"Setidaknya kita harus diberi penjelasan yang pasti dari mulut dua orang itu." ujar Wei Wuxian dengan semangat membara Sedangkan Jiang Cheng hanya memutar bola matanya malas. "Sudahlah, ini sungguh tidak berguna, Wei Wuxian." Wei Wuxian menatap Jiang Cheng dengan tatapan kesal. "Tidak berguna katamu?! Ini itu berguna Shimei, setidaknya kita harus mendapatkan sedikit bayar karena telah menjadi kelinci percobaan yah, walau itu karena terpaksa sekali."

"Hei! Coba kau fikir apa mereka akan mempercayai tuntutan bodohmu itu? Di bolehkan masuk rumah ini saja belum tentu bisa."

"Kalau tidak bisa, aku akan tetap menerobos dan memberikan cap telapak tanganku ke wajah mereka."

"Astaga, ini memalukan."

Wei Wuxian dengan santainya mendekatkan diri pada sebuah tombol yang ada di tembok sebelah kiri. Ia menekan tombol tersebut beberapa kali dengan bar-bar sedangkan Jiang Cheng sudah memilih untuk melangkah mundur secara perlahan. Astaga, dia malu dengan kelakuan bocah Wei Wuxian yang sedang kambuh.

"Siapa?" tanya seorang penjaga yang mendekati gerbang tersebut.

"Aku Wei Wuxian dan ini Jiang Cheng ingin bertemu pemilik rumah ini!"

"Apa kalian sudah membuat janji?"

"Sudah! Cepet oi buka! Ini pegel berdiri lama-lama di sini!"

Penjaga tersebut membukakan pintu kepada dua pria manis itu tanpa mengetahui jika dua pria itu tidak memiliki janji apa pun dan datang hanya untuk merusuh saja.

***

"Woaahhh, gila, gila, gila." ujar Wei Wuxian yang terpana akan kemewahan isi rumah tersebut.
Jiang Cheng yang melihat itu hanya bisa menutup wajahnya dengan satu telapak tangan, ia malu dengan kelakuan sepupunya yang seperti belum pernah melihat barang mewah.

"Kira-kira mereka dapat semua kekayaan ini dari mana,ya?" ujar Wei Wuxian sambil menatap sebuah lukisan yang jelas sekali dimata duitan Wei Wuxian memiliki harga yang fantastis di pasaran apalagi pasar gelap.

"Ngepet Mungkin." jawab Jiang Cheng asal sambil menatap sebuah guci kramik yang memiliki ukiran yang cukup menarik perhatiannya.
Wei Wuxian yang mendengar itu memasang wajah datarnya kepada Jiang Cheng.

"Ohhhh, oke besok kita ngepet aja Shimei, kau babinya aku yang jaga lilin, nanti kalau uangnya udah muncul di wadah kutiup lilinya, biar mampus kau!"

"Yak! Apa yang kau katakan!!!"

"Lagian kau menyebalkan, aku tanya serius malah dijawab begituan."

"Ya, mana kutahu mereka dapet uangnya gimana, bukan urusanku!"
Kesal Jiang Cheng.

"Nih, kalau jadi menantu keluarga ini lumayan warisannya." ujar Wei Wuxian membuat Jiang Cheng memutar bola matanya malas. Kumat sudah sifat matre di dalam dokter hebat ini.

"Nah, kumatkan matrenya."

"hehwehe, aku bukan matre Shimei, lebih tepatnya materialistis."

Beliving Dream [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang