1*

8.2K 936 47
                                    

Gak tahu mau ngomong apaan
Tapi enjoy aja bacanya oke.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Wei ge, ada pasien yang membutuhkan pertolongan anda." seru seorang dokter pada seorang dokter manis yang tengah bercassanova dengan perawat yang berjaga di resepsionis rumah sakit.
"Benarkah? Dimana ruangannya, Wen Ning?"

Dokter bernama Wen Ning itu segerah memberikan sebuah map berisi tentang data pasien kali ini. "Ruangan 16." Wei Wuxian tengah membolak-balik setiap kertas dalam map itu dengan cepat. "Baiklah aku paham, kali ini kau ikut jadi asistenkan?"

Wen Ning mengangguk dengan ucapan yang dilontarkan oleh dokter seniornya ini. "Ayo, cepat!" seru Wei Wuxian yang sudah berlari lebih dulu tak lupa memberikan lambaian tangan pada perawat wanita yang baru ia goda tadi.

Wei Wuxian adalah salah satu dokter bedah terbaik di kota tersebut. Ia sudah banyak mendapat penghargaan sejak lulus dari kuliah kedokteran dan dengan beruntungnya dia langsung diminta untuk bekerja di rumah sakit besar milik keluarga Wen. Termasuk rumah sakit terkenal di kota itu. Sungguh keberuntungan yang indah bukan bagi Wei Wuxian kita ini.
.
.
.
.
.
.
.
Jiang Cheng meneguk air mineral dinginnya dengan rasa penuh dahaga. Ia tak percaya dengan fans meeting kali ini. Banyak sekali yang hadir bahkan diluar perkiraan dirinya dan editornya.

"Lelah?" tanya Liu Qingge sang editor yang sudah dengan baik hati menyalakan ac dengan suhu yang cukup menyejukan tubuh mereka. "Tentu saja! Kau kira enak pura-pura tersenyum lebar terus seperti tadi? Rasanya tulang pipiku benar-benar kaku saat ini." kesal Jiang Cheng sambil melemparkan botol air kosong itu pada editornya yang tengah terkekeh kecil dan beruntung ia bisa menangkap botol kosong itu. "Ayolah, A-Cheng seharusnya kau senang dengan fans meeting kali ini, salahkan saja novel ke 3 mu yang langsung meledak seperti bom." Liu Qingge kini duduk di sofa tunggal yang berhadapan dengan penulis muda jenius yang sayangnya sangat pemarah, namun manis. "Ya, kau benar seharusnya aku mematahkan saja tanganku agar tak membuatku sesibuk ini." sahut Jiang Cheng dan mereka berdua tertawa akan candaan bodoh novelis itu. "Hei, ingat lusa kita akan melihat pembuatan film dari buku ke 2 mu."

Jiang Cheng mengangguk dengan jadwalnya yang mungkin akan sedikit longgar bulan-bulan ini. Ya, Jiang Cheng adalah sepupu Wei Wuxian.
Dia adalah seorang novelis terkenal sejak pertama kali ia muncul sebagai penulis novel. Lelaki yang sama manisnya dengan sepupunya ini adalah lelaki yang cukup bermulut pedas namun tegas. Ia mendapatkan semua ide novelnya tentu dari sang kakak perempuannya yang baru saja menikah 3 bulan lalu. Ya, ia mendapatkan ide novel romansnya dari kisah cinta sang kakak dengan pacarnya yang menyebalkan menurut Jiang Cheng dan Wei Wuxian.
T

entu nama karakter sudah dirubah, bukan lagi nama sang kakak dengan kakak ipar.

Awalnya ia hanya seorang sarjana lulusan bahasa dan bekerja sebagai wartawan koran, tapi karena sebuah kejadian di tempat ia bekerja terpaksa ia dipecat dan ketika sedang putus asa ia mencoba menulis sebuah cerita yang berasal dari curhatan sang kakak yaitu Jiang Yanli. Jiang Cheng tak mengira jika novel pertamanya akan disambut baik oleh publik bahkan sudah difilmkan begitu juga dengan novel keduanya yang akan segera dilaksanakan pengarapan filnnya.

Ini benar-benar keberhasilan yang luar biasa bagi anak bungsu dari keluarga Jiang ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Aku pulang shimei!" seru Wei Wuxian begitu ia membuka pintu dan langsung memeluk sepupunya yang sedang berjalan menuju dapur dari belakang. "Ya! Lepaskan aku bodoh! Sana mandi, kau bau!"

Wei Wuxian melepas pelukkannya dengan seulas senyuman manisnya. "Siap baby."
Dengan jurus seribu langkah Wei Wuxian pergi dari sisi sepupu pemarahnya itu sebelum bom kemarahan meledak dan mencelakai dirinya.

"Yak! Wei Wuxian! Awas kau!" seru Jiang Cheng yang kesal dengan panggilan Wei Wuxian untuk dirinya tadi. Benar-benar membuatnya merinding, ayo lah dia itu laki-laki, tapi entah mengapa sepupu laknat dan kakak perempuannya itu slalu memperlakukan dirinya seperti seorang gadis smp yang masih labil.

Wei Wuxian menyelesaikan acara mandinya tepat ketika Jiang Cheng baru saja selesai menyusun makanan di meja makan. "Wahhh... Sup akar teratai, sepertinya moodmu sedang bagus, ada apa?" tanya Wei Wuxian yang langsung menarik kursi makan yang berhadapan dengan Jiang Cheng.

Jiang Cheng, "Katakan saja ini sebagai pesta kecil akan keberhasilan ku untuk novel ke 3 ini." tangan manisnya dengan sigap memotongkan daging bakar untuk sepupunya itu.

"Wah... Hebat, meledak lagi?" Wei Wuxian kembali menyuapkan nasi ke dalam mulutnya dan kembali berkata. "Tak ku sangka kisah cinta jie-jie bisa semeledak ini."

Jianh Cheng tersenyum kecil. "Aku juga tak percaya banyak orang yang menyukai cerita ini, dan kau makan jangan sambil bicara, bodoh!" Wei Wuxian hanya mengangguk sambil menahan tawanya melihat Jiang Cheng yang cerewet seperti bibinya.

Setelah menyelesaikan makan malam mereka, kini dua orang itu tengah menikmati acara tv kesayangan mereka. Tentu ditemani dengan banyak cemilan dan beberapa minuman kaleng.

"Btw, Shimei beli minuman ini di mana?" tanya wei wuxian yang mengangkat sebuah minuman kaleng dengan merek yang cukup asing bagi dirinya.

"Bukan aku yang beli, minuman ini dari Shijie, mungkin," jawab Jiang Cheng yang ikut menatap aneh minuman di tangannya.

"Mungkin?" Wei Wuxian menatap bingung Jiang Cheng yang sedang mengaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. "Itu paket yang ku terima tadi dan alamat pengirimannya adalah tempat Shijie bulan madu sekarang."

Wei Wuxian mengangguk paham dengan penjelsan dari Jiang Cheng.
"Hanya ada dua kaleng teh teratai, satu-satu ya, Shimei jangan ngambil lebih." Wei Wuxian dengan sigap membuka penutup kaleng itu. "Maaf ya, itu kamu bukan aku, mohon kesadarannya iblis!" jawab Jiang Cheng yang ikut meminum sekaleng teh teratai itu.

Teh teratai itu benar-benar membuat mereka rindu untuk kembali ke kampung halaman dan bertemu kembali dengan orang tua mereka.
"Rasanya luar biasa! Mirip dengan buatan mama dan bibi." seru Wei Wuxian senang dengan minuman kaleng itu.

Jiang Cheng mengangguk setuju dengan ucapan Wei Wuxian. "Mungkin kapan-kapan aku akan bertanya dimana shijie membeli minuman enak ini."

Malam itu, dua pemuda hebat itu menghabiskan malam dengan menonton dan bersenda gurau layaknya saudara kandung.
Jiang Cheng menatap lamat jam di dinding yang baru saja menunjukkan pukul 10 malam dan anehnya ia sudah merasa sangat mengantuk.
Aneh, biasanya dia mengantuk dan tidur ketika pukul 1 pagi, itu pun sudah di tegur beberapakali oleh sepupunya yang kebetulan melihatnya masih membuka mata.

Jangan tanyakan Wei Wuxian bagaimana keadaannya, tentu makhluk cantik itu sudah tidur satu jam lalu dengan nyenyak di sofa panjang. Mata Jiang Cheng benar-benar tak bisa diajak untuk berkompromi lagi. Ia benar sangat mengantuk hingga malas untuk pergi ke kamar, mungkin ia akan tidur di sofa tunggal sama seperti Wei Wuxian.

Akhirnya lelaki manis itu pun tertidur lelap dan membiarkan tv mereka tetap menyala, seolah sedang melihat mereka yang sedang tidur lelap.

Mereka tak mencurigai bahwa minuman itu aadalah awal dari kisah cinta mereka di dunia mimpi dan nyata.

Tbc.....


Huwhahahahhahaha.... (ketawa konyol). Maklum di ff sebelah Author belum bisa lanjut cerita karena kekurangan inspirasi.

Maaf kalau banyak typo, btw jangan lupa vote cerita gajen ini.
Dan juga Author mau bilang kalau Author bakal buat ff horor dengan karakter pemain kpop ama anime mgkn.

Dan semoga negara kita kembali baik-baik saja, aminnn.

Beliving Dream [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang