Chapter 1. Malaikat Magang

13.8K 1.8K 1.8K
                                    

Waktu di dunia itu sangat cepat. Di sini baru satu detik,
di duniamu sudah empat hari berjalan. Maka, bila kamu
sedang terluka, bersabarlah. Bila kamu sedang sakit,
bertahanlah. Karena itu tak akan lama.
(Malaikat Magang —Raja)

“Factory Reset?” tanya cowok berkemeja putih lengan panjang yang digulung sampai batas siku. Celananya hitam, dilipat hingga atas mata kaki. Mirip karyawan Indomaret baru training. “Tunggu, tunggu .... Gue ini manusia, Om. Bukan handphone.”

“Panggil gue Bang Jago,” perintah laki-laki yang dipanggil “Om” berwibawa, serasi dengan jas hitamnya yang tampak berkelas dan mahal. Sayap hitamnya menjulur dari sayatan belakang jas. “Sekarang gue tes. Siapa nama lo?”

Cowok itu tidak fokus dengan pertanyaan Bang Jago. Matanya malah mengamati sekitar. Dia tercengang, takjub, sekaligus takut. Sepanjang penglihatannya, hanya tampak tanah lapang yang dipagari pohon-pohon pinus menjulang di antara kabut.

Tempat apa ini?

“Woi! Gue nanya, siapa nama lo?” ulang Bang Jago gemas.

“Oh, nama gue ....”

Cowok itu tiba-tiba diam. Dia memiringkan kepala mencoba mengingat-ingat. Namun, tak ada yang bisa dia ingat. Panik dan ketakutan tercetak jelas di wajahnya. Dia pun menatap curiga laki-laki, yang anehnya sudah terasa dekat baginya.

“Lo apain kepala gue, Bang?!” tanyanya memicingkan mata. “Kok, gue nggak ingat apa- apa?”

“Harus banget gue ulang?” Bang Jago mengelus dadanya yang bidang. Baru kali ini, dia menemukan calon malaikat seperti ini. “Kan, udah gue bilang tadi. Factory reset! Sekarang lo dalam kondisi nol.”

“Maksudnya gue sudah mati?” kejar cowok itu menuntut kejelasan status nyawanya.

“Tepatnya, hampir mati.”

“Syukurlah, kalau hampir.”  Ketakutan  dan rasa tidak nyaman cowok ini seolah menguap. Dia merasa pernah bertemu dengan Bang Jago meski lupa kapan dan di mana. Dia yakin, makhluk bersayap tidak jahat. “Eh, Bang. Kita pernah ketemu sebelumnya? Tapi, gue lupa lo siapa, Bang,” serunya memastikan.

Bang  Jago  geleng-geleng  mendengar  pertanyaan  calon anak didiknya.

“Dengerin! Pertama, gue ini malaikat. Kedua, lo hampir mati, bukan sudah mati. Ketiga, lo di sini atas perintah Atasan untuk mendapat tawaran khusus. And for your information, nama lo Raja.”

Dengan menyebalkan, Raja malah balik meniru gaya Bang Jago berbicara.

“Tolong,  pertanyaan  gue  juga  didengerin,  Bang.  Pertama,  ini tempat apa? Kedua, tawaran khusus apa? And for your information nih, Bang, lo itu sebenarnya malaikat apa?”

Mata Bang Jago mengilat. Telapak tangannya terbuka. Tanpa Raja sadari, gerakan Bang Jago itu membuatnya melayang-layang.  Raja terbang bebas tanpa persiapan.

“Bang! Turunin! Bang!” jerit Raja panik.

“Lo bisa diam dulu sampai gue selesai nerangin, kan?”

“Ampun, Bang Jago! Janji! Gue bakal diam,” jawab Raja ketakutan.

Bang Jago menurunkan Raja dengan hanya menutup telapak tangannya. Dia lalu menatap Raja serius.

“Gue ini malaikat maut. Dan, tempat ini bernama Sasvata, alam kedua setelah dunia.”

Raja khusyuk mendengarkan.

FACTORY RESET (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang