Chapter 10. Bakat Raja

2K 663 1.1K
                                    

Kata -kata baik yang datang kepadamu saat kamu tak
punya harapan apa -apa, bisa saja akan menjadi pegangan
hidupmu.

(Malaikat Magang —Raja)

SMA Harapan Bunda satu tahun lalu

Kolam renang gimnasium SMA Harapan Bunda ramai oleh siswa- siswa  kelas  X.  Namun,  tidak  ada  yang  benar-benar  berenang. Pelajaran renang hanya tertib saat masa penilaian. Di luar itu, mereka hanya perlu berganti pakaian renang dan masuk ke kolam, untuk mendapatkan nilai presensi kedatangan. Mau renang silakan, mau bermain air juga tidak dilarang.

“Naya! Sudah hampir satu semester kamu bolos terus pelajaran renang. Mau dapat nilai telur mata sapi atau dadar?!” tanya Pak B alias Bagyo, guru Olahraga, kepada Naya.

Naya hanya diam. Setelah mengisi buku absen, dia ingin cepat- cepat menghilang dari area kolam.

“Kalau diajak ngobrol tuh ngomong,” tambah Pak B jengkel.          “Bapak ngajak ngobrol, kok, ngegas gitu? Itu ngajak berantem,
Pak?”

“Jangan suka buruk sangka dulu. Ini tandanya Bapak semangat!” ucap Pak B masih degan nada keras.

“Lebih baik negatifthinking, Pak. Siap menerima keadaan terburuk. Daripada terlalu berharap dan malah jadi terpuruk!” bantah Naya.

“Terserah kamu, Nay. Bapak cuma penginnya kamu ikut pelajaran. Demi nilai rapor Olahraga kamu. Pokoknya buat hari ini, nggak mau tahu apa alasannya, cepat ganti baju dan nyebut. Eh, nyebur maksudnya!” ucap Pak B tegas dan keras. Bikin kuping budek kalau nggak jaga jarak.

“Bapak nggak bisa maksa gitu, dong,” ucap Naya gagal menahan emosi, jari-jarinya sudah mengepal siap bertarung.

Petinju  SMA  Harapan  Bunda  ini  memang  bukan  profesional, tapi meski amatir, dia penyumbang medali petinju remaja putri satu- satunya di sekolah. Semua orang nggak tahu aja, motivasinya menekuni tinju untuk meluapkan rasa sakit.

“Nay, sungguh, Bapak sudah nggak bisa lagi membantu. Ini bukan lagi masalah tinju. Tapi, di sini Bapak sebagai guru Olahraga yang harus menilai pelajaran renang murid-muridnya.  Bapak tidak bisa berbuat apa-apa lagi kalau nilai renangmu nol. Kecuali ada malaikat dari langit yang bantu kamu,” kata Pak B jujur. Dia memang pelatih Klub Tinju SMA Harapan Bunda, tapi tidak mungkin dia memberi nilai kepada siswi yang tidak mengikuti pelajaran. Meski Naya adalah siswi kesayangannya.

“Mana ada malaikat sore-sore begini lewat, Pak,” dengus Naya malas. “Di kolam renang lagi. Malaikatnya hobi renang?”

“Kalau begitu ikhlas, nih, Bapak kasih aja nilai telor?”

Belum Naya menjawab TERSERAH, tiba-tiba Patih sudah berdiri di antara mereka dengan hanya memakai celana renang. Tentu, Naya langsung membuang muka. Padahal, postur cowok kayak Patih ini adalah tipe idealnya.

“Sori, Pak B. Ini surat izin sakitnya Naya. Kayaknya tadi terjatuh,” ucap Patih tersenyum tulus. “Kalau ada surat izin sakit, Naya bisa kan nggak ikut penilaian?” tambah Patih sopan.

“Astajim!  Sakit  apa  sih  kamu,  Nay?”  kata  Pak  B  cemas,  lalu mengambil surat izin sakit Naya. Dia membacanya dengan sangat serius. “Ha? Sejak kapan kamu punya sakit ambeien, Nay?” tanya Pak B meminta penjelasan kepada Naya.

AMBEIEN?!

Naya memelotot hampir menonjok Patih. Kenapa cowok ini pilih penyakitnya random banget, sih?  Demam kek, flu, batuk. Astaga, ambeien! Tapi, Naya berusaha menahannya, ini juga demi dia bisa bolos.

FACTORY RESET (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang