Chapter 4. Debut Malaikat

2.6K 894 844
                                    

Kamu tahu rasa sesal yang paling dalam? Ketika orang yang
ingin kamu lindungi justru terkapar tak berdaya di pelukan.
Serasa, kata maaf tak cukup. Seolah, seluruh jiwamu tak
hidup.

(Malaikat Magang —Raja)

Angin malam menampar-nampar wajah Naya. Dari jendela kamar loteng rumahnya, dia hanya berani sedikit mengintip di dasar paving taman yang tampak gelap.

“Tuhan, daripada bunuh diri, bisa nggak ya otak gue aja yang direset? Lupa sama orang-orang yang punya hobi nyakitin gue,” doa Naya antara hidup dan mati.

Dia berjanji sudah tidak ingin menangis lagi. Rasanya air matanya sudah kering.

“Tapi, sakit nggak ya, jatuh dari sini?” gumam Naya takut-takut saat mengintip lagi ke bawah. Rasanya persis seperti waktu ingin lompat ke kolam renang.

Baginya, loncat dari loteng dan loncat ke kolam renang sama-sama mengerikan. Namun, malam ini tekadnya sudah bulat. Dia ingin tetap melompat. Karena hanya itulah satu-satunya cara untuk melupakan kenangan buruk hidupnya.

Saat  Naya  sudah yakin akan loncat, tiba-tiba bayangan  Patih justru hadir. Kenangan bersama cowok yang membuatnya semerana ini berputar tanpa diminta. Naya menyerah. Dia tak bisa menahan tangisnya lagi.

Akan tetapi, desau angin seolah menyadarkan Naya kembali, bahwa tidak ada harapan lagi untuk hidupnya. Dia pun mengusap air matanya, berdiri  tegak,  dengan  mata  lurus  ke  dapan.  Napasnya  menderu, jantungnya berdetak hebat; keras dan kencang. Seolah malaikat maut sudah dikirim Tuhan untuk datang.

Naya perlahan menutup mata. Hatinya pun kukuh menghitung mundur.

Tiga ....

Naya berhenti menghitung untuk mengambil napas dalam. Dia berusaha mengosongkan pikiran. Namun, gagal. Di dalam kepalanya justru muncul suara-suara yang tak ingin dia dengarkan. Naya pun menutup telinga dengan kedua tangannya.

Dua ....

Bayangan  Patih  semakin  mengambil  alih.  Kakinya  mendadak bergetar. Ada ketakutan yang tak bisa dijelaskan menerobos ke dalam hatinya. Namun, bayangan penderitaannya selama ini membuat dia kembali menghitung mundur. Ya, dia berjanji dengan diri sendiri di hitungan kesatu akan lompat.

Satu ....

Tidak  ada  lagi  ketakutan.  Hanya  ada  rasa  sakit.  Naya  telah memutuskan.  Satu  kakinya  yang  bergetar  mulai  bergerak  maju. Perlahan. Pelan. Hingga terasa satu kakinya tak menemukan pijakan selain ruang hampa. Namun, saat Naya siap akan meloncat, tiba-tiba dia mendengar lagu “A Whole New World” .

Nada dering dan ring back tone itu khusus dia pasang untuk dirinya dan orang terdekat.

“Patih ...,” gumam Naya.

Kemudian satu kakinya yang sudah menjulur di udara, seketika ditarik. Dia tiba-tiba menangis lagi. Naya mengingat Patih. Bukan hal yang membuatnya menderita, tapi kenangan manis dengan cowok itu.

Ya,  Tuhan!  Kenapa  saat  akan  mengakhiri  semua, Naya justru mendengar nada sakral dering ponselnya?

Apakah  dia  harus  masuk  ke  dalam  loteng  dan mengangkat ponselnya?

Atau, tetap loncat saja sesuai rencananya?


* * *

Raja lega melihat Naya akhirnya masuk kembali ke kamar loteng. Namun, beberapa saat kemudian, Naya kembali terlihat di jendela dan tampaknya berbicara kepada seseorang. Terlihat mereka berdua seperti adu mulut. Apa dua manusia itu sedang bertengkar?

FACTORY RESET (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang