Chapter 7. Awal Baru

2.2K 764 928
                                    

Kamu tahu, perihnya hati ketika pengorbananmu tak    pernah dihiraukan? Atau, ngilunya dada saat perjuanganmu
selama ini diabaikan? Tak apa. Karena Tuhan telah
menyiapkan kejutan terbaik untukmu, Kawan.

(Malaikat Magang —Raja)

Naya  telah  100%  ter-factory  reset.  Dia  seperti  orang  linglung menunggu pulang ke tubuhnya. Otaknya terus mengulang-ulang nama Patih. Naya bingung apa yang terjadi dalam kepalanya. Jangankan kenangan, seperti apa Patih aja dia tak ingat sama sekali. Ini sungguh rumit.

“Lo tahu siapa Patih?” tanya Naya kepada Raja setelah kembali ke
Sasvata.

Naya tidak akan sadar dia pergi karena relativitas waktu di dunia dan Sasvata. Waktu yang dibutuhkan Raja untuk perjalanan PP ke dunia mungkin setara dengan waktu Naya mengedipkan mata di Sasvata.

Raja menggeleng.

“Malaikat harusnya tahu, dong,” kata Naya langsung membuat mood bahagia Raja hancur lebur rata dengan neraka. Baru saja Raja melawan maut demi menyelamatkannya, tapi dibalas dengan sikapdingin Naya.

“Gue di sini udah kayak orang sinting. Mikirin Patih, tapi nggak tahu kenapa, siapa dia, di mana bisa nemuinnya?” ceracau Naya sudah tak kuat lagi. Air matanya tiba-tiba saja keluar.

Sial, pakai nangis lagi.

Raja memang paling nggak bisa lihat manusia menangis. Tapi, dia bingung. Bagaimana cara mampetin air menyebalkan milik manusia itu. “Lo bisa nggak usah nangis? Gue nggak suka lihat manusia nangis,” pinta Raja.

Tapi, wajah Naya malah semakin marah. Apa kata-kata gue barusan salah?

“Baru lo, minta cewek biar nggak nangis pakai merintah-merintah,” protes Naya kesal.

Maunya apa, sih, manusia ini?

Masih    merasa    salah,    Raja    sampai    menekuk    lututnya, menyampingkan sayapnya simetris ke kanan dan ke kiri, lalu memohon dengan tangan tertelungkup di dada. Matanya menatap polos ke arah Naya. “Gue nggak bisa lihat lo nangis. Dan gue memang bodoh nggak tahu caranya menghentikan air mata lo. Karena air mata lo bukan pipa bocor. Jadi, tolong, tahan sebentar saja. Lo harus lekas balik. Mau lo sadar dari koma jadi nenek-nenek?” ucap Raja jujur dan apa adanya, membuat Naya tambah nangis kejer. “Lho, kok tambah nangis?!” tanya Raja juga makin bingung.

“Gue nggak nangis karena lo. Gue cuma nggak mau jadi nenek- nenek,” ucap Naya ngeri, membayangkan fisiknya di dunia yang sudah kendor sana sini.

“Makanya, kita harus segera balik dari sini.”

“Kalau gitu cepetan. Nih, gue sudah hapus air mata gue.”

Sudah keras kepala, nggak sabaran lagi.

Akan tetapi, meskipun Raja sebal, dia tersenyum tipis karena Naya berhenti menangis. Entahlah, rasanya lega saja.

“Lo sudah siap?” tanya Raja balik dengan nada menyebalkan.

“Emangnya sakit, ya?”

“Nggak sakit. Cuma bikin belek,” jawab Raja singkat.

“Gue serius, Malaikat Magang!” seru Naya jengkel.

“Emang gitu.  Rasanya mata lo kayak dibuka tiba-tiba setelah ditutup lama. Terus pas buka mata pertama kali, lo disorot lampu tepat di keduanya,” terang Raja.

FACTORY RESET (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang