Part 7

760 148 49
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

🌸

Seorang pria remaja dengan kulit tanned-nya tengah berlutut di depan seorang pria dewasa yang sedang duduk di kursi kebanggaannya sambil menatap datar pria remaja yang merupakan anak semata wayangnya. "Apa yang membuatmu kemari, Haechan?"

"Aboji, bisakah Aboji hentikan rencana menyerang istana?" Jung Haechan menatap Jung Jaehyun— ayahnya dengan tatapan memohon.

"Apa maksudmu, Haechan?" Tanya Jaehyun dengan nada tidak suka.

Haechan menelan salivanya, berharap kegugupannya ikut tertelan saat melihat tatapan Ayahnya yang menatap tidak suka. Ayahnya tampak sangat menyeramkan saat ini, tidak ramah seperti yang biasa Haechan lihat. "Jika penyerangan ini hanya karena tahta, bukankah wilayah Timur dan Tenggara seperti sekarang ini sudah cukup?"

Jaehyun memasang wajah marah saat mendengar ujaran yang dilontarkan Haechan. "Hanya? Kau bilang alasan tahta itu hanya?!" Bentak sang Ayah, membuat badan Haechan tersentak dan ketakutan. "Kau tidak akan mengerti, Haechan. Jika saja Kim Doyoung tidak ada, Ayahmu ini sudah menjadi Wang! Dia hanya beruntung dilahirkan dari rahim Wangbi¹. Jika Aboji yang lahir dari rahim Wangbi, tidak lahir dari rahim seorang selir² atau jika Doyoung saat itu tidak hidup, Aboji sudah mendapat seluruh wilayahnya!" Bahkan Ayahnya tidak memanggil Doyoung dengan sebutan Wang atau Jeonha lagi.

Haechan tidak mengerti dengan pemikiran Ayahnya. Bukankah upacara pengangkatan Wang baru sudah berlalu sejak lima tahun yang lalu? Dan selama lima tahun itu Ayahnya baik-baik saja meskipun sempat tidak terima di awal. Tapi, kenapa Ayahnya baru-baru ini gencar sekali ingin mengambil alih kerajaan?

Ini pasti ada yang tidak beres! Haechan yakin ada sesuatu yang terjadi di pemerintahan, karena sang Ayah berubah menjadi seperti ini sejak beberapa waktu yang lalu melakukan perombakan pemerintahan.

"Aboji jadi serakah." Lirih Haechan kecewa dengan matanya yang berkaca-kaca, hanya itu yang bisa Haechan katakan. Sedangkan Jaehyun hanya menatap Haechan dalam diam dengan tatapan matanya yang tajam.

Air mata Haechan yang sudah tidak bisa ditahan pun menetes, Ayahnya benar-benar sudah seperti monster. "Aku akan pergi jauh dan tidak mau melihat Aboji lagi sampai Aboji membatalkan perang ini, dengan atau tanpa izin Aboji." Nada suara Haechan terdengar sangat dalam dan dingin, lalu berjalan pergi meninggalkan ruangan Ayahnya.

"Haechan! Mau kemana kau?! Jika kau kabur dari tempat ini tanpa seizinku, kau akan menyesalinya! Ingat itu, Haechan!!" Teriak Jaehyun geram, namun perkataannya tidak digubris sampai Haechan keluar dari ruangan Ayahnya.

Di luar, Haechan bertemu Mark, mantannya. Mark yang melihat Haechan dalam keadaan menangis pun menahan lengan Haechan, membuat langkah Haechan berhenti dan menatap Mark.

As Beautiful As Spring || 잼런 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang