Part 9

793 152 132
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

🌸

Renjun berdiri sambil menatap Hanbok¹ yang tengah ia kenakan. Renjun sedikit gugup karena ini pertama kalinya ia memakai pakaian wanita, dan ternyata rasanya tidak nyaman. "Haechan, apakah cara ini benar-benar akan berhasil? Apakah mereka tidak akan mencurigai kita? Bagaimana jika kita ketahuan? Kepalaku tidak mau dipenggal, tidak sebelum aku bertemu Jaemin." Ucap Renjun risau dengan melontarkan bertubi-tubi pertanyaan.

"Tenang saja Renjun, kau terlalu berlebihan. Kita tidak akan ketahuan, terlebih dirimu. Lihat, betapa cantiknya kau mengenakan hanbok itu." Ucap Haechan sambil menatap Renjun kagum. "Kalau kau bukan kekasih Jaemin, mungkin aku sudah mengajakmu menikah."

Ucapan Haechan tentu saja mendapatkan hadiah berupa bogeman dari Renjun. "Dan dengan senang hati aku akan menolaknya." Sinis Renjun.

"Aku hanya bercanda, Renjun." Renjun hanya mendengus saat mendengar tawa meledek dari Haechan.

"Hei, di depan sudah sepi!" Seru Chenle yang sedari tadi memantau keadaan luar, menginterupsi kedua pria muda yang tadi sedang berdebat.

"Oke, mari kita tutupi kepala kita dengan jangot." Titah Haechan sambil menyerahkan jangot berwarna pink gelap kepada Renjun, hijau army kepada Chenle, dan navy untuk dirinya sendiri. Sengaja menggunakan warna gelap agar tidak terlalu menarik perhatiran karena warna gelap identik dengan kaum kelas menengah kebawah.

Mereka pun berjalan dengan kepala dan leher yang ditutupi jangot sambil menatap sekeliling dengan awas sampai akhirnya mereka sudah di luar Sungkyunkwan.

"Akhirnya kita bisa keluar dengan aman." Bisikan Chenle mendapat anggukan setuju dari Haechan dan Renjun. Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka menuju istana.

Di tengah-tengah perjalanan, Renjun yang berada di paling belakang mendengar samar-samar seperti ada yang mengikutinya dari belakang dengan jarak yang cukup jauh.

"Mark?! Bagaimana bisa kau ada di sini?"

Langkah Renjun berhenti saat mendengar seruan di belakangnya yang terdengar tidak asing. Saat Renjun hendak membalikkan badannya untuk melihat siapa yang berseru, suara Haechan menahan pergerakannya. "Renjun, apa yang kau lakukan? Kita harus segera sampai istana sebelum pemberontak tiba lebih dulu!"

Renjun pun menurut, lalu menyusul Haechan dan Chenle yang jaraknya sudah cukup jauh. Mungkin ia hanya salah dengar, buktinya Haechan dan Chenle tidak ikut berhenti seperti dirinya.

Renjun, Haechan, dan Chenle pun akhirnya tiba di istana. "Jadi, kita langsung bertemu Jeonha?" Tanya Chenle kepada Haechan.

Haechan menggeleng. "Kita cari Jeno dulu untuk memintanya menemani kita menghadap Jeonha, supaya jika  terjadi sesuatu ada Jeno yang bisa menjadi tameng kita." Haechan memberitahu rencananya. Renjun dan Chenle pun hanya mengangguk dan menurut.

As Beautiful As Spring || 잼런 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang