Bagian 15

4.8K 258 11
                                    

Setelah lama nggak up akhirnya up lagi.
Semoga masih ada yang kangen sama aku.
Eh, salah. Maksud aku Bian sama Ana. Hahaha ...
Selamat membaca! Jangan lupa vote dulu, ya.


♡♡♡

Bian benar-benar otoriter. Hanya karena kakak Alexa kabur dari penjara, dia sampai melakukan hal ini. Aku, Angel, dan Cia harus mendapat pengawalan ketat. Kenapa Bian jadi penakut seperti ini?

Alasan dia mendatangi aku saat di minimarket karena hal ini. Dia juga yang menyuruh Cia untuk menjemput Angel. Aku memang tahu masalahnya dengan keluarga Alexa, tapi tidak harus seperti ini juga. Lagipula keluarga Alexa tak mengenal aku. Apa yang harus kukhawatirkan?

"Apa ini nggak berlebihan?" Aku mengeluarkan pendapat.

Tak ada jawaban. Kepala kuangkat, lalu menoleh ke arah Cia.

"Ini untuk kebaikan kita semua." Cia membalas.

Tatapanku beralih pada Bian. Dia masih sibuk dengan makanannya. Jika ini kemauan mereka, aku tidak bisa membantah. Sejak kapan usulku diterima di rumah ini?

"Mulai hari ini, Angel tak perlu berangkat ke sekolah. Dia akan sekolah di rumah." Bian kembali bersuara.

Ah, aku hampir saja lupa mengenai hal ini. Alasan aku tak terima dengan perlakuan Bian karena hal ini juga. Angel harus sekolah di rumah. Kemarin, Bian mendatangi sekolah Angel dan mengurus semuanya tanpa meminta pendapat dariku.

Perhatianku teralih ketika pelayan menghampiri kami. "Nyonya. Nona Angel sudah bangun dan marah-marah karena kesiangan." Dia menyampaikan.

Aku mengangguk, lalu beranjak dari ruang makan untuk menuju kamar Angel. Jelas Angel marah. Dia sudah nyaman sekolah di sana dan mendapat banyak teman. Tapi Bian justru merusak kebahagiaan Angel. Dia tidak bisa sekolah dan sosialisasi dengan teman-temannya.

"Bunda! Angel mau sekolah! Angel sudah terlambat!"

Langkahku terhenti ketika melihat Angel berdiri tak jauh dari posisiku saat ini. Senyum kusungging sambil kembali berjalan mendekatinya. "Nanti Bunda jelaskan. Sekarang Angel mandi. Bunda siapkan pakaian untuk Angel." Aku mengusap kepala Angwkl ketika tiba di hadapannya.

Angel menurut, lalu beranjak menuju kamar mandi bersama pelayan. Aku hanya bisa menghela napas. Pakaian Angel sudah disiapkan pelayan. Tubuh kudaratkan di atas ranjang. Sampai kapan Bian akan memeprlakukan kami seperti ini?

Ingatanku tertuju saat pertama kali datang ke rumah ini. Bukankah saat itu aku tak mengenal dunia luar dan merasa takut? Lalu kenapa aku merasa keberatan saat Bian melakukan pengetatan seperti ini? Seharusnya aku senang karena tak beraktivitas di luar yang akan membuatku lelah. Tapi masalahnya bukan mengenai hal itu, tapi pada Angel dan Cia. Dia sudah terbiasa sekolah di luar, lalu sekarang harus sekolah di rumah?

Perhatianku teralih ketika mendengar langkah alas kaki. Pandangan kulempar ke sumber suara. Senyum kusungging ketika melihat Cia memasuki kamar ini.

"Apa Angel protes?" tanyanya.

"Belum. Dia masih belum tau. Mungkin dia akan protes setelah aku jelaskan." Aku membalas.

"Kita tak punya pilihan lain. Aku dan Bian tahu bagaimana sifat Alvin. Dia tidak akan main-main untuk menyakiti orang terdekat Bian. Aku yakin Bian pasti khawatir denganmu, maka dari itu dia melakukan hal ini sampai Alvin ditemukan." Cia menjelaskan.

Mungkin ucapan Cia benar. Ini Belanda, bukan Indonesia. Bisa saja Alvin tahu mengenai aku. Entahlah. Aku tak bisa menerka-nerka. Lebih baik aku menuruti perintah Bian selama itu untuk kebaikan kami.

Slowly Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang