Mata kubuka perlahan karena merasa tak nyaman dalam tidur. Seperti ada yang membebani tubuhku. Pandangan sontak kualihkan pada pinggang. Sebuah tangan melingar di atas pinggangku. Sontak aku menoleh ke arah belakang. Hampir saja lupa jika semalam akundan Bian kembali tidur satu ranjang. Pertama kali Bian melakukan hal seperti ini. Apa dia sadar sudah melakukannya? Aku rasa tidak. Pandangan kualihkan pada tubuhnya. Mataku sontak membulat karena melihat Bian tak mengenakan pakaian. Aku menggerakkan kepala untuk kembali membelakanginya.
Sejak kapan dia tidur seperti ini? Dia tak pakai baju? Kenapa aku tidak tahu saat dia melepas bajunya? Apa semalam dia melakukan hal-hal yang aneh?
Pikiranku buyar saat Bian menggerakkan tubuh. Tangannya terlepas dari pinggangku. Dia beranjak dari ranjang. Aku menatap cermin di pintu lemari yang memantulkan tubuh Bian. Dia terlihat sedang mengenakan kausnya. Aku kembali memejamkan mata. Semoga aku bisa tenang menghadapinya jika tahu dia melakukan hal ini tadi malam.
"Jangan berpikiran yang tidak-tidak. Semalam, aku hanya merasa kepanasan setelah minum teh yang sudah kamu buat." Dia bersuara.
Rupanya dia tahu jika aku pura-pura memejamlan mata. Terdengar langkahnya beranjak dari kamar ini. Aku menghela napas karena seperti pencuri yang tertangkap basah. Entah aku atau dia pencurinya. Lebih baik aku mandi, lalu membuat sarapan untuknya. Pasti akan ada drama lagi saat berhadapan dengannya.
Aku membuka lemari setelah selesai mandi untuk mencari pakaian. Tidak ada pakaianku di sini satupun. Semua milik Bian. Aku akan pakai pakaian apa? Tidak mungkin aku mengenakan kembali pakaian sebelumnya karena pasti sudah bau dan kusut. Kenapa Cia tidak menyiapkan pakaianku? Apa dia lupa karena harus menyiapkan banyal hal?
Langkah kugerakkan perlahan, mengendap seperti seorang pencuri agar tidak terlihat oleh Bian. Saat ini aku hanya mengenakan handuk kimono untuk mencari pakaian di tempat lain. Tapi di mana? Aku tak tahu harus mencari ke mana karena Cia mengunci semua kamar. Apa aku harus minta tolong pada Bian?
Pandangan kuedarkan untuk mencari sosok Bian. Terdengar suara dari arah dapur. Aku bergegas menuju ke sana. Dahiku berkerut ketika mendapati sosok Bian berada di dapur sedang menyiapkan sesuatu. Aku mendekati dinding yang menyekat ruang tengah dan ruang makan. Meyakinkan dalam hati untuk meminta bantuan pada Bian. Antara yakin dan tidak. Aku menyembulkan kepala. Terlihat Bian sedang mengupas bawang bombay. Sejak kapan dia bisa masak? Selama aku tinggal di rumah, dia tak pernah sekalipun memegang alat dapur.
Aku kembali fokus pada tujuan. Sudah cukup memikirkannya. "Boleh aku pinjam bajumu? Aku nggak bawa baju sama sekali." Aku bersuara. Hanya kepala yang menyembul di balik dinding.
Bian memekik karena tangannya terkena pisau. Aku bergegas menghampirinya karena khawatir lukanya parah. Dia terluka karena aku mengganggunya saat sedang memotong bawang bombay. "Kamu nggak apa-apa?" tanyaku sambil meraih jarinya yang tergores pisau, lalu menyesap jarinya yang mengeluarkan darah. "Kamu harus hati-hati." Aku mengingatkannya setelah mengeluarkan jarinya dari mulutku.
Bian tak membalas. Aku menatapnya. Pandangannya masih pada wajahku. Aku membulatkan mata, lalu menatap tubuhku. Segera aku meninggalkannya karena rasa malu menghujani.
Kenapa aku bodoh seperti ini? Sudah pasti Bian kaget melihat aku hanya mengenakan handuk untuk menutupi tubuhku. Ana! Kenapa kamu stupid! Kamu ceroboh! Kamu ...
Langkah kuayun cepat untuk masuk ke dalam kamar mandi saat pintu kamar ini terbuka. Baru kali ini aku melakukan hal bodoh, mempermalukan diri sendiri di depan Bian. Dia pasti berpikiran aneh tentangku. Ya Tuhan.
"Ini pakaian untukmu. Aku letakkan di atas ranjang."
Aku menelan ludah. Telinga kudekatkan pada pintu kamar mandi. Terdengar pintu kamar tertutup. Aku bergegas keluar dari kamar mnadi. Napas kuhela. Bian sudah tidak ada di kamar ini. Rasanya sangat malu mengenai kejadian beberapa menit yang lalu. Ah, sudahlah. Aku tidak mau memikirkannya lagi karena akan membuatku semakin malu. Lebih baik aku segera berganti pakaian. Kuraih pakaian yang sudah Bian siapkan, lalu mengenakannya. Hanya sepotong kaus tanpa celana? Bian benar-benar keterlaluan. Kenapa hanya memberiku sepotong kaus? Kenapa tidak sekalian dengan celana? Aku menghela napas. Pandanganku mengarah pada tubuh bagian pinggang sampai bawah. Risih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slowly Love (Tamat)
Aléatoire(Part masih lengkap) Hits rank 1 #woman - 25/04/2022 Hits rank 1 #pilihan - 06/03/2023 Hits rank 4 #wife - 11/03/2023 Hits rank 2 #boss - 14/04/2023 Hits rank 3 #misterius - 15/04/2023 Hits rank 1 #belanda - 15/06/2023 Bertemu dan menikah secara pa...