Kerapian adalah prioritasku dalam berpakaian. Penampilan adalah cermin dari seseorang. Jika penampilan rapi, maka orang akan nyaman memandang. Begitupun sebaliknya. Senyum menghiasi wajahku saat mengenakan kemeja ini. Kemeja pemberian orang yang kucinta. Kemeja ini adalah pemberian Tante Riana beberapa tahun yang lalu. Meski sudah lama, tapi kemeja ini terawat dengan baik dan sampai saat ini masih sangat layak untuk dipakai. Semangat darinya pun masih terus membekas. Beliau selalu menyemangatiku dalam segala hal, termasuk sakit yang kuderita saat itu. Aku banyak berhutang budi pada beliau. Sayangnya beliau harus pergi lebih dulu meninggalkan aku sebelum aku membalas budi pada beliau.
Terima kasih, Tante Riana. Ana rindu dengan Tante. Semoga Tante dan Ibu tenang di sana. Ana selalu mendoakan kalian, semoga kalian bahagia dan mendapat tempat terbaik.
Hari ini, aku berencana untuk mengunjungi makam Tante Riana. Aku ingin meminta maaf karena telah menghilangkan cincin pemberian darinya. Tidak ada maksud sengaja untuk meninggalkan cincin pemberian beliau di tempat orang-orang itu. Aku tidak mungkin kembali ke sana karena takut pada orang-orang itu. Semoga Tante Riana mau memaafkan aku.
Langkah kuayun untuk keluar dari rumah. Suasana masih seperti biasa. Sepi. Tempat tinggalku memang tak enak dilihat, tapi bagiku tempat ini nyaman. Aku bersyukur masih bisa punya tempat tinggal. Di luar sana, ada yang tidak memiliki tempat tinggal dan harus tidur di emperan toko. Aku harus bersyukur dengan apa yang ada saat ini. Hidup seperti ini mengajariku untuk lapang dada menerima kenyataan.
Tak terasa, aku pun tiba di pemakaman setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit. Tubuh kurendahkan. Mataku berkaca saat melihat pusara makam Tante Riana. Hatiku mulai mendoakan kebaikan untuk orang yang kucintai. Air mata mengalir di pipi. Aku mengingat semua kebaikan Tante Riana. Mengingat semua kebaikan yang beliau berikan untukku.
Tanganku bergerak mengusap air mata, lalu berdiri. "Ana sayang Ibu dan Tante Riana. Ana janji, Ana akan jaga pemberian Tante Riana apa pun yang terjadi. Ana pergi dulu. Nanti Ana ke sini lagi," lirihku.
Langkah kuayun untuk berlalu dari pemakaman. Aku harus cepat sampai di tempat kerja karena waktu sudah memburu. Setidaknya aku sudah merasa tenang karena mengunjungi makam kedua wanita yang kucinta. Aku tiba di tempat kerja tepat waktu. Seperti biasa, aku bersiap-siap untuk menata kue yang sudah jadi dan siap untuk dipasarkan.
"Aku ingin berbicara denganmu."
Perhatianku teralik ketika seseorang mengatakan hal itu persis di belakang tubuhku. Aku menoleh. Terlihat laki-laki yang menabrakku tempo hari berdiri di belakang tubuhku.
Dia mau ngapain lagi?
"Maaf, tapi saya sedang bekerja." Aku menolak.
"Hanya sebentar." Dia memaksa.
"Aku tidak bisa." Aku masih menolak. Sengaja menghindarinya, melangkah meninggalkannnya.
Dia mencekal laenganku sehingga membuat langkahku terpaksa berhenti. Aku tak menatapnya. Dia menarik lenganku agar menghadapnya.
"Lepaskan tanganku." Aku melepas tangannya dari lenganku.
Tubuh kubalikkan untuk kembali masuk, tapi dia kembali mencekal tanganku, lalu menarik lenhanku agar ikut dengannya. Aku berusaha tenang dan melepas tanganku darinya, tapi cekalannya sangat kuat.
"Katakan pada atasanmu jika pelayan ini kubawa untuk masalah penting. Ini kartu namaku. Dia bisa menghubungiku." Laki-laki itu menyerahkan kartu nama pada Wita.
Pandanganku mengarah pada Wita. Dia menatapku bingung. Aku mengangguk lemah padanya. Dia mengajakku keluar. Aku kembali memberontak. Usahaku berhasil. Aku menatapnya kesal. Dia membuang wajah seakan tidak bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slowly Love (Tamat)
Random(Part masih lengkap) Hits rank 1 #woman - 25/04/2022 Hits rank 1 #pilihan - 06/03/2023 Hits rank 4 #wife - 11/03/2023 Hits rank 2 #boss - 14/04/2023 Hits rank 3 #misterius - 15/04/2023 Hits rank 1 #belanda - 15/06/2023 Bertemu dan menikah secara pa...