LMLYL [20] : Aksa-Aldi

438 41 3
                                    

Berhubung aku lagi bahagia malam ini, aku up lagi aja, chapter yang harusnya buat Rabu kupublish malam ini hehe.

Enjoy reading!

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Gadis itu memasuki lapangan basket. Tak banyak anak perempuan sepertinya di sana. Tempat itu hanya didominasi oleh anak lelaki.

"Nja?"

"Eh?" Senja menoleh terkejut saat pundaknya tiba-tiba disentuh. "Aldi! Ngagetin aja," ujarnya dengan kesal.

Aldi tersenyum tipis. "Dicari Pak Janu tuh di ujung lapangan," ujarnya sambil menunjuk pak Janu yang berdiri di seberang mereka.

Senja mengangguk. "Makasih, gue ke sana dulu," pamitnya tersenyum.

"Eh, Nja." Aldi mencekal pergelangan tangan Senja sebelum gadis itu melenggang pergi.

Senja mematung terkejut sambil melihat tangan Aldi yang melingkar di pergelangan tangannya.

Gavin yang sedang menggoda Nada dan Bella tak jauh dari sana pun gemas. Ia berlari mendekati sepasangan manusia itu.

"Hei! Pegang-pegang, awas nanti dari tangan masuk ke hati," ledek Gavin sambil tertawa.

Aldi langsung melepaskan tangannya dari Senja. "Sorry-sorry, nggak maksud," ujarnya.

Senja tersenyum kecil. "Ada apa?" tanyanya menutupi kegugupan yang ia kini sedang rasakan.

"Nanti lo ke rumah sakit?" tanya Aldi.

Deg. Senja membisu. Dalam hati ia tersenyum kecut. "Bagaimanapun, tetap Milena yang Aldi pikirin, Senja!" batinnya merutuki dirinya sendiri.

"Kayaknya nggak deh, Mama sama Ayah pulang malam katanya, kasian adik gue kalau sama pembantu doang," jelas Senja.

Aldi mengangguk paham. "Ya udah, makasih," ujarnya sambil tersenyum.

Senja mengangguk. "Ya udah, gue ke Pak Janu dulu, bye!" Senja berlari menghampiri pak Janu.

Aldi berjalan menuju tasnya untuk mengganti baju yang dipakainya. Jangan lupakan Gavin yang terus mengekor di belakang lelaki itu.

"Eh, Al." Gavin menepuk pundak Aldi. "Lo tau nggak sih sebenernya kalau Senja tuh suka sama lo?" tanya Gavin sambil terus memperhatikan Senja yang sedang berbicara serius dengan pak Janu.

"Kenapa?" Aldi balik bertanya.

"Orang nanya malah nanya balik, tuman!" Gavin menatap sebal temannya itu.

"Lagi pun, kalau emang dia dan gue saling suka, saling cinta, saling sayang, kita nggak akan bisa bersatu, Vin," jelas Aldi yang masih mencari-cari di mana celana basketnya.

"Kenapa?" tanya bodoh Gavin.

Aldi menegakkan tubuhnya. Menatap lekat manik mata Gavin. "Sejauh apa pun perasaan manusia buat manusia lainnya, tetap Tuhan yang harus diutamakan."

°°°

Gadis manis itu hanya duduk sendirian di taman rumah sakit. Melihat banyak anak kecil berlarian ke sana dan ke mari.

"Hai," sapa seseorang berdiri di samping kursi rodanya.

Gadis itu mendongak menatap perempuan bersetelan pastel muslimah yang cantik. "Hai," balasnya dengan singkat.

"Aku Arshi, kamu?" Perempuan itu mengulurkan tangannya.

"Milena," balas Milena menjabat tangan Arshi.

Let Me Love You LongerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang