LMLYL [28] : Demam

822 47 0
                                    

Aku kembali! Lebih cepat!
Kangen nggak? Setelah ini bakalan konsisten update lagi seminggu tiga kali (Senin, Rabu, Jumat/Sabtu).

Happy reading-!

°°°

Tubuh Aksa bergetar hebat. Kepalanya mulai pusing. "Ayah ...."

Tiba-tiba, sebuah dekapan hangat dirasakannya. Ia tahu siapa yang kini memeluknya. Tangannya bergerak membalas pelukan itu dengan erat.

"Takut ...," lirih Aksa.

"Jangan takut ...." Pelukan itu semakin erat. Aksa benar-benar ketakutan.

Milena merasakan bajunya mulai basah. Entah karena keringat atau air mata lelaki yang kini dipeluknya.

"Lo bawa obat penenang lo?" tanya Milena dengan tenang. Ia yakin, Aksa memiliki sesuatu yang dapat menenangkannya.

Aksa menggeleng pelan.

Kilat kembali menyambar bersama dengan guntur yang bergemuruh keras.

Tubuh Milena terhuyung ke belakang. Pantatnya menyentuh pilar yang dingin. Aksa benar-benar ketakutan.

Milena mencoba menegakkan kembali tubuhnya. "Gue antar pulang, ya?" Milena membantu Aksa berdiri.

Aksa yang jauh lebih tinggi dari gadis itu membuat Milena sendiri kesulitan.

"Pak, Bapak bawa motor nggak pa-pa, ya? Biar saya yang bawa mobilnya," ujar Milena pada sopir Mamanya.

Sopir itu keluar dan Milena membantu Aksa untuk masuk ke mobilnya. Milena memutar di tengah derasnya hujan.

Lagi dan lagi, kilat kembali menyambar bersama suara gemuruhnya.

Aksa kembali menutup matanya. Rasanya ia akan mati ketakutan di sana.

Milena meraih sesuatu di jok belakang. Headphone biru kesayangannya. "Pakai ini."

Milena menyambungkan koneksinya dengan playlist musik di ponselnya.

"Ini bisa meredam suaranya. Lo tidur aja, tutup mata lo biar kilatnya nggak lo liat," ujar Milena dengan jelas.

Ia memasangkan headphone itu ke kepala dan telinga Aksa. Setelah memastikan lelaki itu tenang, ia mulai menancap gas membelah sepinya jalan karena hujan.

Napas Aksa masih memburu. Tapi kini, ia cukup tenang. Ia menoleh pada kekasihnya yang tampak sangat khawatir. Terlihat dari raut wajahnya, tak ada senyum sekecil apa pun. Matanya bahkan menahan banyak air mata yang sebentar lagi akan tumpah.

Milena menoleh sekilas. Hatinya perlahan tenang melihat wajah Aksa semakin membaik. Bingkai ketakutan itu perlahan menghilang dari wajah kekasihnya.

Milena melihat mata Aksa perlahan terpejam. Ia mulai khawatir jika Aksa akan demam.

"Ssshh." Milena mulai merasa dirinya pun kedinginan. "Kumohon ... nggak sekarang ...," ucapnya dalam hati.

Mobil putih itu memasuki pekarangan rumah Aksa. Milena membunyikan klakson sebagai isyarat agar ART rumah Aksa keluar.

Milena meraih payung di jok belakang. Keluar, memutari mobil untuk membantu Aksa masuk ke rumahnya.

"Sa? Ayo masuk ke dalam," ucap Milena. Namun, Aksa tak membalas ucapannya.

"Sa?" Milena menyentuh kening lelaki itu. Air matanya sungguh menetes. Ia demam.

"Pak, bisa gendong Aksa, nggak?" tanya Milena saat sopirnya datang.

Let Me Love You LongerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang