- Semuanya terasa biasa saja tidak ada yang istimewa karena bagiku ini tidak bisa didefiniskan. Aku terlalu menikmatinya dan semua terasa begitu ringan serta membahagiakan -
Rumah Seokjin dan Jisoo
07.00 AM
Ini pagi yang ke tiga ratus enam puluh lima hari, masih saja sama dengan dua piring roti bakar, satu gelas coklat panas serta satu gelas kopi hangat. Menu sarapan yang sangat sederhana tidak jauh dari dua gelas cairan hangat yang terkadang bisa digantikan oleh teh ataupun sekedar air putih hangat yang disandingkan dengan roti bakar, ataupun roti isi selai. Selama satu tahun ini semuanya masihlah sama, mulai dari siapa yang meletakkan hidangan itu di meja makan, siapa yang sedang sibuk menuang air panas pada gelas semuanya masihlah sama. Bisa saja itu Seokjin yang mengoleskan selai ataupun Jisoo yang sedang sibuk menuangkan air panas.
Mereka berdua sedang fokus mengunyah roti bakar serta menghangatkan kerongkongan mereka dengan cairan hangat di gelas mereka masing-masing. "Selamat ulang tahun pernikahan yang pertama, Seokjin~a" ujar Jisoo sembari tersenyum setelah berhasil menelan kunyahan rotinya yang terakhir pagi ini.
Seokjin mendongakkan kepalanya serta mengerutkan keningnya heran pada Jisoo kemudian matanya mengedarkan pandangan ke sembarang arah mencoba memastikan sesuatu yang seharusnya pada umumnya ikut serta. Bukankah kurang pas rasanya jika kau mengucapkan selamat tanpa adanya hadiah? "Kau benar-benar tidak mau merepotkan diri ya? Wanita lain akan bersusah payah mencarikan hadiah ataupun membuat kejutan kecil-kecilan. Sedangkan kau mengucapkan selamat dengan baju tidurmu tanpa buah tangan apa pun?!" dengus Seokjin
Jisoo hanya menatap datar Seokjin sembari mengambil sisa roti bakar yang masih ada di piring Seokjin, "Masalahnya adalah aku di sini wanitamu bukan wanita lain, jadi jelas aku tidak akan merepotkan diri. Asal kau tahu setiap hari aku sudah kerepotan bernafas dengan segala afeksimu! Jadi aku tidak mau repot-repot lagi" jawabnya santai sembari mengunyah pelan rotinya.
Seokjin hanya menggelengkan kepalanya dan kemudian tertawa begitu hambar. Demi Tuhan, apa yang dia tawarkan kepada Tuhan dulu sebelum ia hadir di dunia ini sehingga ia bisa jatuh cinta pada wanita aneh di depannya ini. Seokjin terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu, kemudian dia merogoh kantong jasnya dan mengambil sebungkus permen rasa lemon. "Balasan untuk ucapanmu, aku hanya bisa menemukan sebungkus permen ini. Happy Anniversary sayang," ucap Seokjin sembari tersenyum.
"Ulang tahun pernikahan dan kau memberi permen yang begitu asam?" dengus Jisoo memutar bola mantanya "Lebih baik kau tidak memberiku apa-apa." sambungnya.
"Kau ingin aku memberimu hadiah yang manis nyonya KIM?" tanya Seokjin datar,
Jisoo menggelengkan kepalanya pelan "Tidak!!Aku tidak mau menjadi gadis melankolis di hari ulang tahun pernikahan. Lagipula kurasa kehadiran kita satu sama lain dengan masih bernafas dengan baik sudah menjadi hadiah yang tak ternilai"
"Bagus kau sudah jauh lebih pintar," balas Seokjin
................................................................................................................................................................................................
Seokjin mendudukkan pantatnya di ruang kerjanya setelah rapat dengan para investor dan mengerutkan keningnya heran melihat ada satu kotak bekal. Seokjin mengerutkan keningnya, karena tidak mungkin jika ini Jisoo, gadis itu mana mau memasakkan dirinya bekal makan siang apalagi mengantarkan ke kantornya. Padahal, gadis itu memiliki usaha old cafe.
"Aku membuka usaha kuliner bukan berarti aku akan bersedia memasakkanmu makan siang untuk kau makan di kantor Seokjin~a. Kau pesan saja di cafe ku hitung-hitung menambah pemasukkan cafe" Begitulah jawaban istrinya ketika ia meminta makan siang.
Dibukanya kotak makan siang itu, dan dia mengerutkan dahinya heran sekali lagi melihat ada foto meja makan di rumah mereka, kemudian foto kamar mereka, serta foto teras rumah mereka. Ada yang aneh di sini, sejak kapan ruang makan mereka memiliki dua buah kursi tambahan berukuran kecil dengan warna yang berbanding terbalik dengan keseluruhannya, kemudian di kamar mereka sejak kapan bertambah satu kasur kecil yang terdiri dari dua buah bantal serta empat buah guling kecil, dan jangan lupakan sejak kapan di terasnya ada ayunan?
Matanya kemudian menangkap secarik kertas
Kurasa kau harus bekerja lebih keras lagi sayang! Dalam waktu dekat barang-barang kecil akan bertambah di rumah kita. Tidak hanya di ruang makan, ruang tidur, dan juga teras. Kau tidak keberatan bukan menambah dua anggota keluarga lagi? Kuharap mereka berdua tidak akan merepotkanmu nantinya dan satu hal lagi, tolong kau bagi cintamu yang teramat sangat kepadaku kepada dua anak kembarmu nantinya. Delapan bulan lagi kau akan menjadi seorang ayah! Congratulation Seokjin~a. Jangan merajuk seperti kemarin-kemarin jika aku tidak bisa melayani hasratmu, Tuan Kim!! Selamat ulang tahun pernikahan yang pertama calon ayah :). Tidak perlu merasa cemas dengan diriku yang akan melahirkan dua anakmu nantinya, aku percaya kau sudah merencanakan apa pun termasuk cara licik sekalipun untuk tetap membuatku hidup lebih lama di sampingmu dan anak-anak kita.
Dari : Satu-satunya wanita yang kau izinkan mengandung dan melahirkan anak-anakmu.
Seokjin melepaskan secarik kertas itu begitu saja, kemudian beranjak keluar dari kantor mengirim pesan kepada Hajoon bahwa dia akan pulang lebih cepat dan memintanya untuk mengirimkan file yang belum ia tanda tangani ke rumah nanti sore. Sekarang yang lebih penting adalah melangkahkan kakinya agar segera berada di depan wanitanya.
BRAKK!! Pintu rumah terbuka dengan begitu kasar mengagetkan seorang wanita yang sedang asyik memakan makan siangnya di ruang tamu.
"Aishh kau membuatku tidak karuan sepanjang perjalanan dari kantor ke rumah dan kau malah enak-enakkan makan di sini?!" ujar Seokjin frustasi sembari mendudukkan pantatnya kasar di sofa.
Jisoo memandang jengah suaminya "Kedua anakmu memaksaku untuk makan! Bahkan ini sudah piring ke tiga! Mereka belum lahir saja sudah berhasil mengaturku. Bukankah hidupku akan benar-benar akan kalian atur? Tiga lawan satu sangat tidak adil." ujar Jisoo sembari menggelengkan kepalanya.
Seokjin membalikkan badan Jisoo kemudian mengelus pelan kedua tangan Jisoo "Memang sangat tidak adil, tapi aku pastikan jika mereka berdua hanya akan menganggapmu sebagai seorang wanita satu-satunya yang pantas mereka cintai, lindungi, dan juga hormati sebagai seorang ibu. Aku akan menanamkan pemikiran sejak mereka masih di rahimmu, bahwa hanya kau satu-satunya ibu mereka yang harus mereka bahagiakan. Aku akan mengajak mereka berdua bersaing nantinya. Bersaing memberikanmu kebahagiaan." Seokjin mengakhiri ucapannya dengan merengkuh Jisoo ke dalam pelukkannya.
"Bahkan kau sudah mendikte anakmu. Kau benar-benar diktator profesional." bisik Jisoo di telinga Seokjin.
Seokjin hanya tertawa renyah mendengar bisikan Jisoo itu "Aku sudah berbakat tentang itu, dan terima kasih sudah bertahan bersamaku dari kecil hingga kau akan memberikanku dua anak kecil." ucap Seokjin begitu tulus.
"Ya..sama-sama. Saranghae Kim Seokjin. Suami dan calon ayah anak-anakku." balas Jisoo dengan kecupan ringan di bibir Seokjin.
.
.
.
.
.
Terimakasih semuanya sudah menyempatkan waktunya untuk membaca tulisan ini:)
Selamat bersantai di hari minggu ini & jangan lupa kasih vote dan komennya ya :)
silakan mampir ke Because Of You ataupun Truth And Choice untuk menemani hari-hari kalian heheheh..
See you later :)
![](https://img.wattpad.com/cover/229920851-288-k690700.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO AM I TO YOU? (END)
FanfictionAku hanya ingin tahu tentang 'siapa aku untukmu' pada akhir kisah ini. Cinta itu sesuatu yang abstrak, jadi biarkan perasaan itu mengalir dengan bebas.. Entah nanti sebagai teman, kekasih, ataupun musuh. Tapi, jika Tuhan mengarahkan kita ke sebuah...