- Krisis kepercayaan dalam sebuah hubungan memang wajar. Tapi, satu hal yang tidak bisa dipungkiri yaitu keduanya sangat ketergantungan satu sama lain, saling menggilai dan juga saling merindukan.-
- Bagi siapa pun, mereka terlihat seperti pasangan yang bodoh. Bodoh karena cinta yang mereka miliki.-
Rumah Jisoo dan Seokjin.
03.00 AM
Dinginnya suasana pagi hari yang berhembus di halaman depan rumah, tidak membuat Seokjin ingin beranjak masuk ke dalam rumah atau sekedar untuk berpindah tempat duduk dari rumput yang lembab ke kursi yang memang disediakan di halaman ini. Seokjin sama sekali tidak bisa memejamkan matanya setelah perdebatan kecil dengan istrinya Kim Jisoo. Sebetulnya, badannya terlampau sangat lelah dua bulan ini bolak-balik dari Inggris ke Korea. Hajoon asistennya, telah memberikan saran untuk menetap saja di Inggris beberapa minggu untuk segera menyelesaikan permasalahan di perusahaan yang ditinggalkan ayahnya di sana. Tapi Seokjin tetaplah keras kepala, dia selalu memaksa asistennya untuk menyiapkan kepulangannya dengan Hajoon ikut juga di dalamnya.
Hajoon, dan kakak kandungnya hanya menggelengkan kepala mengenai tingkah laku Seokjin. Inggris-Korea bukanlah jarak yang pendek apalagi perihal waktu, terkadang dia hanya menginjakkan kaki di Korea tidak lebih dari tiga jam. Dia membuang seluruh waktunya di dalam pesawat hanya untuk tiga jam berharga dalam hidupnya. Tiga jam ia habiskan hanya untuk memantau Kim Jisoo, dibantu oleh bibi kesayangannya. Song Ahjumma akan memberitahukan kegiatan apa yang Jisoo lakukan saat ini dan di mana dia berada, maka dengan begitu setelah dia sampai di Korea bisa bergegas melihatnya. Dulu, dia meninggalkan gadis itu dengan alasan dia sedang menata masa depannya, tapi saat ini dia tidak akan pernah melakukannya lagi. Meskipun harus di bayar dengan badannya yang terasa remuk. Ayahnya tidak main-main dalam meninggalkan kekayaannya, dia membujuk Kim Jaewoo kakaknya untuk berbagi sedikit beban pekerjaannya yahh..walaupun kakaknya hanya mau mengurus perusahaan yang di Seoul dengan jabatan Manajer. Itu sudah lebih dari cukup.
" Sejak tanganmu yang memutuskan kehidupan orang tua kita, maka kau pula yang menanggung apa yang di tinggalkan mereka. Aku memang tidak membencimu dan sudah memaafkanmu. Tapi, aku juga bukan pria yang sebaik itu."
" Bilang saja kau sedang menghukumku, dasar!!" Seokjin berbicara sendiri mengingat kenapa kakaknya benar-benar tidak mau mengurus perusahaan jika tidak di Seoul.
" Sajangnim butuh teman bicara?" tiba-tiba Hajoon datang dan menghampiri Seokjin kemudian ikut duduk di rumput yang lembab karena embun pagi sudah mulai menghampiri.
Keduanya terdiam dalam keheningan yang begitu menenangkan. Suara yang terdengar hanyalah gesekan dedaunan di sekitar rumah, air yang mengalir di danau buatan. Keduanya masih enggan berbicara selama hampir lima belas menit. Hingga Hajoon harus terpaksa memulai pembicaraan dengan sajangnimnya, jika dibiarkan saja dipastikan mereka akan sampai pagi tidak berkata apa pun.
" Sajangnim, kau bisa menikmati waktumu di Korea hingga satu bulan ke depan. Hyungmu menghubungi dia akan mengunjungi mertuanya di Inggris jadi dia akan menghandle perusahaan ayahmu yang ada di sana." Hajoon berucap sesuatu yang membuat binar kecil di mata Seokjin muncul, dan Seokjin menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari perkataan Hajoon.
" Selesaikan masalahmu dengan Nona Jisoo, kurasa kalian adalah pasangan paling bodoh yang aku temui!!. Saat ini bahkan kau sudah tidak perlu lagi merasa cemas tentang ingatannya!!"
Asisten Seokjin itu berujar dengan begitu kesal, bagaimana tidak kesal jika saat ini kedua atasannya sedang berperang dingin dengan alasan yang tidak jelas. Dua bulan mereka saling menghindar tapi juga sibuk mencari informasi satu sama lain. Dan dirinyalah yang dijadikan informan bagi keduanya selain bibi kesayangan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO AM I TO YOU? (END)
FanfictionAku hanya ingin tahu tentang 'siapa aku untukmu' pada akhir kisah ini. Cinta itu sesuatu yang abstrak, jadi biarkan perasaan itu mengalir dengan bebas.. Entah nanti sebagai teman, kekasih, ataupun musuh. Tapi, jika Tuhan mengarahkan kita ke sebuah...