- Apa sebenarnya definisi dari selalu disisimu?-
- Tuhan tahu jika aku mulai congkak, dan aku mendapatkan balasannya -
- Apa benar memaafkan itu sebegitu mudahnya? Jika memang sebegitu gampangnya untuk apa ada kosa kata dendam dan benci?-
Seoul, Rumah sakit
08.00 PM
Seokjin keluar dari pintu kaca dengan diikuti dokter Park. Terlihat orang yang menunggu di luar menahan nafas, saat melihat Seokjin serta dokter Park yang raut wajahnya tidak bisa untuk diprediksi. Dokter Park memutuskan menghentikan langkahnya di depan pintu ruang kaca, membiarkan Seokjin berjalan seorang diri tanpa adanya pendamping di sisinya.
" Aku akan melangkah dengan kakiku dan dengan kesadaranku sendiri. Jangan coba-coba menginterupsi apa pun. Aku hanya tidak ingin menyesalinya dokter Park!." dokter Park menghela nafas panjang mengingat percakapan dia beberapa saat yang lalu dengan Seokjin saat berada di dalam ruangan kaca tadi. Punggung Seokjin, begitu terlihat kokoh menurut penglihatan dokter Park, tapi dia bisa memastikan bahwa punggung yang kokoh tidak menjamin semuanya.
Suara sepatu Seokjin, bagaikan suara jarum jam yang berdetak yang menyebabkan jantung ahjumma Song dan juga ahjumma Park bekerja sangat keras. Langkah kaki itu akhirnya berhenti tepat di depan Hajoon, tidak seperti yang lainnya, Hajoon tidak menampilkan ekspresi apa pun. Seokjin tersenyum sekilas, itulah kenapa dia begitu sangat cocok bekerja dengan Hajoon. Hajoon tahu bagaimana menghadapi dirinya. Seokjin bersyukur diam-diam, karena Hajoon masih bisa dikatakan normal dengan kondisi yang seperti ini. Karena itulah yang dia butuhkan saat ini.
" Kau tahu, aku selalu berhasil mendapatkan apa yang kuinginkan," ujar Seokjin terdengar begitu yakin saat kakinya berada di depan Hajoon.
" Ya sajangnim," Hajoon hanya membalas singkat lontaran kalimat yang dikeluarkan dari mulut Seokjin, hanya kalimat itulah yang selalu terdengar sejak kedatangannya dari Inggris tiga hari yang lalu.
Saat pandangan Seokjin tidak lagi tertuju padanya, Hajoon menatap nanar bagaimana punggung laki-laki yang menjabat sebagai atasannya itu saat berjalan keluar dari ruang kaca. Tubuh Seokjin membelakangi dirinya, menunjukkan punggung dan bahunya masihlah sama sejak pertama kali Hajoon bekerja padanya. Kuat serta kokoh, bahkan untuk saat ini, tubuh itu masih tetap berdiri tegak dan terlihat sangat pongah.
Seokjin berjalan mendekati kepala keluarga Kim yang tampak begitu menyedihkan, bahkan untuk sekedar menyangga kepalanya saja, dia terlihat butuh bantuan dari sopir pribadi mereka, seolah yang ada di sini hanyalah raganya tanpa adanya jiwa. Laki-laki yang menduduki kursi tertinggi dalam keluarga Kim, saat ini layaknya seonggok boneka kayu, tidak lagi memancarkan aura wibawa yang sangat ditakuti oleh setiap kolega bisnisnya.
Tangan Seokjin terulur meraih tangan kepala keluarga Kim, dia memberikan usapan halus beberapa kali. Hal itu, berhasil mengembalikan sedikit kesadarannya dan membuat Seokjin tersenyum tipis. Karena yang dia dengar dari ahjumma Song adalah Tuan besarnya, Kim Donghyuk tidak merespon apapun setelah tahu jika permata kecilnya saat ini sedang berjuang apalagi ditunjang dengan istrinya tergolek tak berdaya.
Istrinya Kim Eunjung bahkan sampai saat ini masih tak berdaya yang membuatnya harus menjalani perawatan intensif. Hati orang tua mana yang tidak sakit, saat tau jika anak gadis yang mereka rawat dengan hati-hati tanpa membiarkan satupun luka menghiasi tubuhnya. Namun, sekarang malah tubuh kecil dan ringkihnya dihiasi goresan dari bebatuan serta ranting yang dengan kurang ajarnya membuat tubuh anak gadisnya nyaris dibalut perban.
Wanita paruh baya yang biasa kita kenal sebagai ahjumma Song, terlihat ingin berjalan mendekati Seokjin. Namun, langkahnya terhenti saat tanpa sengaja dia melihat bagaimana tangan tuan mudanya yang sudah dianggap layaknya anaknya sendiri terlihat gemetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO AM I TO YOU? (END)
FanficAku hanya ingin tahu tentang 'siapa aku untukmu' pada akhir kisah ini. Cinta itu sesuatu yang abstrak, jadi biarkan perasaan itu mengalir dengan bebas.. Entah nanti sebagai teman, kekasih, ataupun musuh. Tapi, jika Tuhan mengarahkan kita ke sebuah...