- Ternyata dirimu menjelma sebagai keyakinanku -
Seokjin menaikki satu per satu anak tangga yang akan membawa dirinya ke kamar seorang gadis yang telah menempati seluruh pikirannya. Jantung Seokjin berdebar tidak karuan berbanding terbalik dengan keyakinan yang telah dia utarakan kepada kedua orang tua gadis itu. Dia sibuk bergumam setiap kakinya melewati satu anak tangga " Sial, kapan terakhir kali jantungku berdebar sekeras ini?", Seokjin berucap demikian sambil menyunggingkan senyum. Namun, sejujurnya di dalam kepalanya bermunculan berbagai macam spekulasi tentang sikap yang akan diterimanya dari gadis itu.
Tiga tahun dirinya tidak bertemu dengan Jisoo, seorang gadis yang sejak usianya baru beranjak tujuh tahun mampu menarik atensi Seokjin. Tapi Seokjin tetaplah Seokjin lelaki yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi ditunjang dengan segala sikap egoisnya mampu menyingkirkan segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Walaupun kemungkinan terburuk itu hadir dia akan melakukan apa pun yang dia bisa agar apa yang dia percayai tetap berjalan sebagaimana yang dirinya mau.
Akhirnya Seokjin telah sampai di anak tangga yang terakhir, dia kemudian berjalan dengan langkah panjang hanya demi mempercepat pertemuan dia dengan Jisoo. Seokjin sangat menyadari bahwa selama tiga tahun kepergiannya tanpa melihat gadis itu secara langsung, membuat dirinya kurang bersemangat seperti ada yang hilang dari hidupnya. Selama ini dia hanya menahan diri agar tidak berlari pulang dan berakhir dia akan meninggalkan tanggung jawab yang dipercayakan appanya serta membuat beberapa karyawan terpaksa harus diberhentikan, karena sikapnya yang kekanakkan. Tapi, bukankah sekarang dia bebas melihat kehadiran gadis itu sesuka hatinya?.
Seokjin tidak sadar bahwa setiap gerak-geriknya telah menjadi sebuah tontonan gratis bagi beberapa pelayan tidak terkecuali ayah dan ibu Jisoo.
" Yeobo, kau tidak keberatan memiliki menantu seperti dia?. Kau lihat bagaimana dia benar-benar hadir di hadapan kita persis seperti janjinya tiga tahun lalu. Cara dia menuju kamar anak gadisku juga persis seperti seseorang yang akan mendapatkan hadiah besar." ucap Kim Donghyuk kepada istrinya.
" Apa ada alasan khusus untuk aku, menjadi keberatan kepada seseorang yang sudah melamar anakku sejak usianya masih dua belas tahun? Lalu, aku juga belum pernah menemukan orang melamar anak gadis seseorang pagi-pagi buta dengan irisan wortel di depannya." kekeh Kim Eunjung istrinya
"Jadi coba berikan aku alasan yang logis untuk membuang dia dari list menantu idaman?" sambung Kim Eunjung sembari menatap suaminya serius, entah kenapa akhir-akhir ini suaminya seringkali merisaukan tentang masa depan Jisoo.
Kim Donghyuk yang mendengar jawaban istrinya langsung menjawab " Seperti itu kau sebut lamaran? Kau benar-benar unik yeobo." ungkap Kim Donghyuk dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.
" Kau tidak tahu seberapa kuat keyakinannya? Keyakinan bahwa dialah satu-satunya yang pantas menggenggam tangan anak gadis kita." balas Kim Eunjung
" Karena itu aku jadi takut." ujar Kim Donghyuk pelan.
" Apa yang kau takutkan?" tanya Kim Eunjung singkat
" Bagaimana jika Seokjin menutup segala akses untuk siapa pun menggenggam tangan Jisoo termasuk kita? Aku tahu bagaimana sifatnya dia." ucap Kim Donghyuk dengan nada khawatir.
" Tenanglah, aku yakin semua ketakutanmu tidak akan terwujud. Karena segila apa pun Seokjin terhadap Jisoo, dia tidak akan pernah bisa memisahkan kita." ujar Kim Eunjung berusaha menenangkan perasaan suaminya. Dia tahu suaminya masih belum begitu rela jika anak gadisnya dilamar, tipikal ayah pada umumnya yang tidak rela jika anak gadisnya diambil orang lain.
" Lalu, kita tidak tahu apakah Jisoo akan menerima genggaman tangan Seokjin atau tidak." sambung Kim Eunjung sekali lagi, namun dia hanya mendapat respon helaan nafas pasrah dari suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO AM I TO YOU? (END)
FanficAku hanya ingin tahu tentang 'siapa aku untukmu' pada akhir kisah ini. Cinta itu sesuatu yang abstrak, jadi biarkan perasaan itu mengalir dengan bebas.. Entah nanti sebagai teman, kekasih, ataupun musuh. Tapi, jika Tuhan mengarahkan kita ke sebuah...