WHO AM I TO YOU 12 (END)

627 46 8
                                    

- Aku tidak akan bertanya tentang apa kau baik-baik saja. Tapi, bisakah kita merenungkan arti satu sama lain. Ketika kau menemukan artinya maka aku akan tau kau baik-baik saja atau tidak-

Rumah Kim Seokjin & Jisoo

07.00 PM

"Apa kau akan bermalam semalam suntuk di dalam mobil?" tanya Seokjin setelah mobilnya sampai di halaman rumah mereka. Sejak sepulang dari cafe, keduanya sama sekali tidak berbicara sepatah kata pun. Bahkan ini sudah terhitung lebih dari tiga puluh menit, keduanya masih betah di dalam mobil hingga Seokjin menghembuskan nafasnya kasar kemudian dia meraih satu tangan kanan Jisoo yang sedari tadi terkepal. Seokjin sedikit tersenyum miris melihat bagaimana telapak tangan gadisnya yang seharusnya bisa dia genggam dengan begitu erat kini benar-benar tertutup rapat, seolah tidak membiarkan siapa pun masuk di antara sela-sela jemari cantiknya.

Seokjin masih memandang istrinya yang saat ini juga memperhatikan segala tingkah lakunya. Seokjin melingkupi kepalan tangan Jisoo dengan kedua tangannya, kemudian mengecupnya lembut "Aku tahu kau sedang marah padaku, dan aku sedang tidak ingin untuk membujukmu yang sedang merajuk saat ini. Emosiku juga sedang tidak baik. Jadi, turunlah Soo~ya! kau boleh merajuk tapi jangan menyakiti dirimu sendiri, udara semakin dingin" Seokjin berujar begitu lirih sembari terus memberikan ciuman lembut bertubi-tubi pada kepalan tangan Jisoo, berharap kepalan itu perlahan akan mengendur. Namun harapannya sirna ketika Jisoo menarik tangannya dengan kasar, Seokjin menatap Jisoo dengan pandangan yang begitu nanar.

"Kumohon, jangan menatapku begitu." ujar Jisoo dengan begitu lirih. Jisoo merasakan bagaimana dadanya begitu terasa sesak karena melihat pandangan Seokjin. Pandangan yang belum pernah sama sekali dia lihat dari sorot mata Seokjin, seorang pria yang selalu mengklaim marga Kim yang disandangnya akan berasal dari dirinya bukan lagi dari pria lain bahkan ayah kandungnya sekalipun.

"Baiklah, aku akan turun. Nikmati waktumu di sini." Seokjin benar-benar mengalah kali ini, tanpa ada pembelaan ataupun segala ujaran-ujaran pemaksaan dan berhasil membuat Jisoo sedikit terkejut dengan perubahan Seokjin yang mendadak begitu pasrah. Entahlah seharusnya Jisoo merasa lega karena dirinya akhirnya sedikit bisa membuat Seokjin tidak dapat memaksakan kehendaknya, namun kenapa semuanya semakin terasa menyesakkan?. Pria itu keluar, benar-benar menjalankan perannya dengan baik sebagai pria yang putus asa membujuk wanitanya. Ia membuka pelan pintu mobil tapi, sebelumnya dia melepaskan jaket yang ia kenakan untuk dipasangkan ke badan Jisoo "Setidaknya jaketku dapat menghangatkanmu,". Seokjin benar-benar meninggalkan Jisoo sendirian di halaman rumahnya.

"Sial!! Bahkan aku masih saja tidak bisa membencimu!!" geram Jisoo lirih sembari dia meremas jaket Seokjin yang sudah sejak satu jam yang lalu berpindah ke pangkuannya. Jisoo merasa jika perasaannya tidak kunjung membaik hanya karena parfum yang dikenakan Seokjin begitu terasa menyesakkan hidungnya terlebih jaket itu membungkus penuh tubuhnya sehingga dia memutuskan melepas jaket pria itu dan mengalih fungsikan sebagai samsak. "Ada apa dengan dirimu Kim Jisoo?! Apa kau benar-benar sudah jatuh cinta terlalu dalam pada pria itu, tanpa kau sadari? Pria yang menukarkan nyawa kedua orang tuanya untukmu? Pria yang mengikatmu dalam pernikahan konyol di Yunani sembari menahan air matanya untuk jatuh saat pengucapan janji suci di hadapan Tuhan? Memangnya dia siapa bagimu? Kalaupun dia pria yang kau cintai dan kini telah menjadi suamimu sendiri, apa istimewanya?" Jisoo bergumam sendirian di dalam mobil dengan melampiaskan kekesalannya pada jaket Seokjin yang berubah menjadi samsak dadakan.

Memang selama tiga belas tahun ini dirinyalah yang selalu mendapat predikat istimewa dari Seokjin. Predikat istimewa yang selalu meluncur dengan lancar dari mulut pria itu, seolah mulut pria itu memang sudah diberi tugas oleh Tuhan untuk selalu menjerat dirinya secara perlahan, hingga dia pun tidak mampu menyadarinya. Terutama pola pikir Seokjin, pria yang selalu meletakkan dirinya di piramida tertinggi hidupnya hingga dia memutuskan segalanya secara sepihak dan memerankan perannya sebagai pria baik-baik yang selalu dia bangga-banggakan.

WHO AM I TO YOU? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang