- Kau dan aku hanya itu. Bukankah sebenarnya semuanya nyata? Hanya saja ada interupsi sedikit oleh keadaan. Kenapa harus menyalahkan keadaan jika kita bisa memanfaatkannya.
- Aku sedang berusaha menenangkan diri. Menenangkan diri dari kegagalan semua masa depan yang ku rencanakan untukmu.
- Aku takut kecewa dan aku juga jauh lebih takut pada diriku,
Rumah Seokjin dan Jisoo
01.00 P.M
Rumah yang minimalis namun terlihat begitu segar, dan tenang sangat cocok dengan pemiliknya. Taman kecil dipenuhi bunga serta terlihat di bagian sudut rumah ada danau buatan, pas sekali untuk menenangkan pikiran dari kejaran-kejaran tugas ataupun pekerjaan.
Angin yang berhembus sepoi-sepoi membuat rambut gadis itu sedikit bergerak perlahan, bukannya membuat gadis itu tampak jelek karena rambutnya yang berantakan tapi, malah membuat gadis itu tampil begitu cantik dan sexy, lebih dari cukup untuk menyegarkan mata siapa pun yang memandang.
" Yakk!! Kau mau membuat Seokjin mengomeliku ha?! Astaga lihat kakimu, kenapa kau masukkan ke dalam air!! Kau bisa demam Soo~ya. Ingatlah kau masih dalam tahap pemulihan!! " ujar laki-laki yang tak lain adalah Kim Jaewoo kakak laki-laki dari Seokjin. Jaewoo membawa selimut tipis yang kemudian dia sampirkan ke tubuh Jisoo, sedikit mengurangi angin yang bisa mengakibatkan kesayangan adiknya menjadi sakit.
Jisoo hanya diam tak merespon apa pun. Sesekali jemari tangannya merapikan anak-anak rambut yang menghampiri wajahnya. Tapi, gerakan itu terhenti karena ucapan Jaewoo
" Awalnya aku tidak setuju jika Seokjin benar-benar mengurungmu di sini. Tapi sekarang aku tahu," ujar Jaewoo pelan.
" Kau dengan tampilan polos seperti ini saja, sangat menarik. Cantik, mempesona, dan terlihat begitu anggun." ucap Jaewoo begitu santai dan tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun dari Jisoo.
PLAKK!! jari-jemari yang awalnya digunakan untuk merapikan rambutnya beralih fungsi. Menggunakan kekuatan penuh dengan tangan yang tidak terbalut perban, Jisoo menampar pipi kakak iparnya itu dan tersenyum meremehkan.
" Kau meninggalkan satu definisi lagi Oppa!!" Jisoo menyeringai di akhir kalimatnya dan hal itu membuat Jaewoo sedikit memundurkan badannya. Tapi, sayangnya gerakan itu terbaca dengan mudah oleh Jisoo.
Dukk..Dukk.. Jisoo mememukul perut Jaewoo dengan segenap rasa kesal dan dongkol dihatinya, kemudian dia beranjak pergi dan melangkahkan kakinya. Tapi sebelum itu dia masih menyempatkan diri untuk menginjak sedikit tangan Jaewoo.
" Aku sedang tidak ingin diganggu, dan kau malah datang menggangguku,"
" Akhh...Sialan!! Kau benar-benar!!" Jaewoo meringis akibat perbuatan Jisoo yang bisa dikatakan tidak main-main.
" Sial!! Aku lupa jika dia juga definisi dari kata gila dan kasar!!" Jaewoo segera berlari mengikuti Jisoo.Jaewoo segera masuk ke dalam rumah, dia ingin sedikit mengadu kepada istrinya jika dia mengalami kekerasan dalam hubungan kakak ipar. Bolehkan dia menyebut dirinya sebagai kakak ipar? Bukankah mereka semua di sini di tuntut untuk menjadikan semuanya nampak nyata?.
Jaewoo melihat istrinya Haera sedang asyik menyusui anaknya, di sofa ruang tamu. Dia mendengus sebal saat melihat Jisoo sudah duduk di samping istrinya. Dia yakin bahwa setelah ini kehadirannya akan diabaikan oleh istrinya Kim Haera. Terkadang Jaewoo baru menyadari kenapa Seokjin begitu posesif dan sangat menginginkan Jisoo tetap berada dalam pengawasannya. Jisoo itu merupakan salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki daya tarik yang bisa memikat siapa pun tanpa dia harus bersusah payah melakukan apa pun, tragisnya adalah dia dengan kesadaran penuh selalu menggunakan potensinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO AM I TO YOU? (END)
FanficAku hanya ingin tahu tentang 'siapa aku untukmu' pada akhir kisah ini. Cinta itu sesuatu yang abstrak, jadi biarkan perasaan itu mengalir dengan bebas.. Entah nanti sebagai teman, kekasih, ataupun musuh. Tapi, jika Tuhan mengarahkan kita ke sebuah...