- Setiap orang berhak berubah, tidak ada satu pun yang berhak menentangnya. Namun, tidak ada pula yang melarang jika kau juga mengikuti perubahannya -
" Bagaimana jika kau melanjutkan tidurmu bersamaku Soo~ya?" ucapan itulah yang tertangkap dengan jelas di telinga Jisoo. Gadis itu masih tampak terkejut, dibuktikan dengan wajahnya yang datar dan pandangan mata yang kosong. Jisoo terlihat masih berusaha mencerna kejadian serta kalimat yang mampir masuk ke dalam telinganya, terkadang Jisoo menjadi orang paling bodoh saat bangun tidur terutama saat bangun tidur di pagi hari. Kali ini, gendang telinganya menangkap lagi suara dari seseorang yang masih saja memeluk erat tubuhnya.
" Kau masih saja sama seperti terakhir kali aku membangunkanmu tiga tahun lalu. Kau masihlah gadis bodoh yang linglung di pagi hari," gumam Seokjin sambil menumpukkan dagunya di bahu Jisoo dan jangan lupakan bagaimana laki-laki itu menambah tenaganya hanya sekedar untuk menarik Jisoo lebih mendekat kepada dirinya. Seokjin semakin mendekatkan tubuh Jisoo kepada dirinya, seolah menganggap Jisoo akan hilang jika dia tidak mengeratkan pelukkannya.
" Gadis bodoh yang linglung, itukah kalimat yang kau pilih setelah sekian lama? Apa kau tidak pernah belajar kata-kata manis untuk seorang perempuan selama kau pergi ha?!" balas Jisoo dengan sebal sembari menolehkan kepala kepada Seokjin yang berada di sampingnya.
Namun, Jisoo kemudian memperhatikan dengan cermat wajah itu, tangannya mulai meraba pipi laki-laki itu. Entah sadar atau tidak dengan apa yang sekarang dia lakukan, Jisoo masih saja mengusap wajah Seokjin. Usapan jemari Jisoo di pipi Seokjin, membuat Seokjin berusaha menahan nafasnya serta dia mencoba untuk membuat logikanya tetap berada pada otaknya. Tidak bertemu setelah sekian lama membuat imajinasi Seokjin terkadang keluar dari logikanya, apalagi saat ini dia dengan berani berada di atas ranjang seorang gadis yang menjadi objek imajinasinya.
Seokjin yang diperlakukan seperti itu hanya menatap Jisoo dalam diam serta memperhatikan bagaimana mata gadis itu menatapnya dengan polos ditambah lagi dengan wajah bantal khas dari seorang Jisoo saat bangun dari tidur. ' Percuma aku sejak tadi cemas memikirkan kemarahannya saat melihatku ' itulah kalimat yang Seokjin ucapkan dalam hati. Seokjin kemudian menampilkan senyumannya karena merasa lega dengan sorot mata gadis itu yang menunjukkan bahwa dia juga rindu. Membuat Seokjin semakin yakin dengan pilihannya untuk menjadikan Jisoo menjadi miliknya. Namun, sepertinya Seokjin melupakan fakta tentang sikap Jisoo yang jauh dari kata manis, sampai detik ini Seokjin masih saja berada dalam angan-angannya.
PLAKK!!!
Suara itu adalah hasil dari tangan Jisoo yang berhasil memberikan tamparan keras pada pipi Seokjin. Tamparan itu memang tidak sampai membuat pipi itu memerah, tapi tamparan itu berhasil membuat laki-laki itu meringis kesakitan.
" Akh.." ringis Seokjin yang terkejut dengan tamparan keras dari tangan Jisoo,
" Bagus.. satu poin untukku," ujar Jisoo santai sembari berusaha menyingkirkan tangan Seokjin yang melilit pinggangnya, kemudian Jisoo mengubah posisinya menjadi duduk. Seokjin yang masih dalam fase syok tetap bertahan dalam posisi berbaringnya.
" Apa yang kau lakukan di dalam kamar seorang gadis pagi-pagi seperti ini, Seokjin~sii?" tanya Jisoo tajam,
Seokjin menghela nafas panjang kemudian kekehan ringan keluar dari mulutnya, dia merasa ditipu dengan sikap manis Jisoo saat pertama kali membuka matanya. Jisoo yang mendengar kekehan Seokjin hanya memutar bola matanya jengah, dia tahu bahwa Seokjin memang tergolong manusia spesies langkah, tapi dia juga tidak akan menyangka bahwa respon yang diberikan Seokjin setelah tangannya memberi salam dingin kepada pipinya hanyalah sebuah tawa renyah yang sudah lama tidak dia dengar.
Seokjin menghentikan kekehannya saat mendapati wajah Jisoo yang siap melahapnya hidup-hidup. Laki-laki itu mengambil nafas sejenak lalu berkata " Membangunkanmu, eommamu yang menyuruhku,"
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO AM I TO YOU? (END)
FanfictionAku hanya ingin tahu tentang 'siapa aku untukmu' pada akhir kisah ini. Cinta itu sesuatu yang abstrak, jadi biarkan perasaan itu mengalir dengan bebas.. Entah nanti sebagai teman, kekasih, ataupun musuh. Tapi, jika Tuhan mengarahkan kita ke sebuah...