28. || Mulai nyaman

65.1K 6.7K 230
                                    


Mata Kesya membulat sempurna. Gadis itu masih mematung setelah mendengar ucapan Darel.

"Kenapa? Nggak mau?" tanya Darel kembali.

"Ta-tapi Aku belum siap," ucapnya terbata ketakutan memundurkan badan.

Darel mengangkat satu alisnya bingung. "Apa hubungannya? Saya cuma nyuruh Kamu buat layanin bikin mie sama kopi nanti malam soalnya mau lembur."

Kesya mendongak sambil melongo. "Ha?"

Menahan tawa, Darel menyentil jidat Kesya pelan.

Pltak.

"Mikir aneh nih pasti," ucapnya langsung membuat Kesya melotot.

"Enggak kok," elaknya bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa sambil mengelus jidatnya.

"Yaudah bagus." Darel berdiri dari posisinya lalu pergi meninggalkan kamar. Sementara Kesya langsung menenggelamkan kepalanya di bawah bantal. Malu.

____

21.00 wib

"Ini kopinya tuan," ucap Kesya sengaja bertingkah seperti pembantu meletakkan cangkir di atas meja. Darel hanya mengangguk tapi tetap berfokus pada laptopnya.

Kesya sedikit melirik, entah mengapa Darel terlihat begitu sibuk.

"Loh bukannya perusahaan om Reno itu bergerak di bidang properti ya? Kok ini makanan," tanyaya sambil membaca file di laptop.

"Hm."

"Pak Darel mau kembali ke sana lagi? Eh maksudnya mas Darel," koreksi Kesya sembari melihat sekitar karena takut oma Laras mendengar.

Darel menggeleng.

"Terus ini apa?"

"Saya mau memulai bisnis di bidang makanan tanpa melibatkan papa. Makanya harus di persiapkan dengan matang."

"Berarti nggak ngajar di sekolah lagi dong?"

"Hm."

Bagaikan di siram air. Entah mengapa tubuh Kesya seolah adem setelah mendengar itu. Bagus lah tidak ada lagi yang akan membuatnya kesal dan was-was di sekolah.

"Masih lumayan lama," ucap Darel saat melihat Kesya senyum-senyum sendiri.

Kesya mencebikan bibir "Besok juga gapapa," gumamnya lirih.

Darel hanya menarik sudut bibirnya  mendengar jawaban Kesya lalu kembali fokus pada laptop.

"Ambil buku, cepat belajar di sini!" titah Darel membuat Kesya mendongak.

"Belajar? Kan besok libur."

"Memangnya dosa kalo libur tetap belajar? Nggak kan?"

"Tapi-"

"Cepat! bukannya ada remidi matematika? Kamu tau nilainya berapa? Kalo papi sampai tau gimana?"

Kesya mendengus kemudian mengangguk dan berjalan ke kamar mengambil buku.

Sekejap, ia kembali lagi ke ruang kerja Darel dengan langkahnya yang terpaksa. Gadis itu duduk di sofa kecil, tepatnya di dekat meja Darel.

Kesya duduk menyenderkan punggung sambil menutup wajahnya menggunakan buku pura-pura membaca dengan khusyuk.

Cukup lama berada di posisi seperti itu, Darel pikir Kesya sangat serius sampai tidak berkata apapun sejak tadi. Tapi tiba-tiba saja buku di tangan Keysa jatuh dan ternyata matanya sudah terpejam mulutnya juga menganga.

"Kesya," panggil Darel tidak mendapat respon.

"Kalo mau tidur jangan di sini," ucapnya kembali. Kesya menggeliat sambil menguap.

Oh My Killer Teacher (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang